WIYONO,YULINDA RISMA RARAS DWI, 051211132019
(2016)
STUDI PENGGUNAAN TERAPI CAIRAN
PADA PASIEN LUKA BAKAR
(Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Luka bakar adalah masalah kesehatan masyarakat yang sangat
serius di dunia. Setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 300.000 kematian
diakibatkan oleh luka bakar karena api. Lebih dari 95% kejadian luka
bakar berat terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan
angka kematian tertinggi akibat luka bakar ditempati oleh Asia Tenggara
(11,6 kematian per 100.000 populasi per tahun). Penyebab kematian pada
fase akut (48 jam pertama) ialah syok luka bakar dan inhalation injury.
Syok luka bakar dapat terjadi karena kebutuhan cairan yang tidak
terpenuhi. Terapi cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan
perubahan fisiologi pasien luka bakar diantaranya perfusi pada ginjal dan
mesenteric vascular beds yang berkurang, kerusakan ginjal akut, iskemik,
kolaps kardiovaskular dan kematian. Pemberian cairan yang berlebihan
dapat menimbulkan fluid creep, sindrom kompartemen ekstermitas,
meningkatkan tekanan intraokular, sindrom kompartemen okular, edema
paru dan otak, acute respiratory distress syndrome, serta gangguan
berbagai organ.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil jenis, dosis,
frekuensi dan waktu penggunaan terapi cairan, serta mengkaji hubungan
profil penggunaan cairan dengan hasil terapi melalui data laboratorium
dan data klinis pasien. Penelitian dilakukan secara prospektif pada periode
4 Maret sampai 4 Juni 2016 di RSUD Dr. Soetomo. Penelitian ini telah
disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Kriteria inklusi sebagai sampel penelitian adalah semua pasien
luka bakar yang mendapat terapi cairan dan menjalani perawatan di
RSUD Dr. Soetomo serta memiliki data rekam medik yang lengkap.
Hasil penelitian dari 12 pasien diketahui bahwa pasien dengan
jenis kelamin laki-laki (75%) lebih banyak daripada pasien perempuan
(25%) dengan rentang usia paling banyak adalah 25-44 tahun sebesar
50%. Termis (66,67%) merupakan penyebab luka bakar terbanyak diikuti
oleh elektris (33,33%). Penyebab termis ialah ledakan LPG (50%) dan
scald (16,67%). Pasien dengan luka bakar derajat II sebesar 66,67%,
sedangkan pasien dengan luka bakar derajat II dan III sebesar 33,33%.
Komplikasi yang paling banyak adalah hipoalbuminemia sebesar 100%.Terapi cairan yang digunakan adalah kristaloid, koloid dan TPN
(Total Parenteral Nutrition). Terdapat 12 jenis cairan kristaloid yang
digunakan yaitu NS (100%), RL (100%), RD5 (75%), D5½NS (58,33%),
RA (25%), D5 (16,67%), KaenMg3® (16,67%), Triofusin® E1000
(16,67%), NaCl 3% (8,33%), D5NS (8,33%), D5¼NS(8,33%), dan
Tutofusin® (8,33%). Jenis koloid yang diberikan ada 4 yaitu albumin
20% (50%), FFP (Fresh Frozen Plasma) (33,33%), Gelofusin®
(33,33%), dan dextran (8,33%). Jenis TPN yang digunakan ialah
Clinimix® 20E (41,67%), Ivelip® 20% (33,33%) Clinimix® 15E (25%),
Kalbamin® (16,67%), Aminofluid® (8,33%), dan Ivelip® 10% (8,33%).
Penggunaan terapi cairan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase
resusitasi atau awal dan fase pemeliharaan. Pada fase awal, pasien dewasa
dengan luas luka bakar <15% TBSA (Total Body Surface Area) dan
pasien anak dengan luas luka bakar <10% TBSA membutuhkan cairan
sebanyak kebutuhan fisiologi tubuh dan IWL (Insensible Water Loss).
Pada fase resusitasi, pasien dewasa dengan luas luka bakar >15% TBSA
dan pasien anak dengan luas luka bakar >10% TBSA membutuhkan
cairan dengan jumlah berdasarkan rumus Baxter. Pada fase pemeliharaan,
pasien mendapatkan cairan dengan jumlah berdasarkan kebutuhan cairan
fisiologi dan IWL. Jenis cairan RL (91,67%) dan RA (50%) banyak
digunakan saat fase awal, sedangkan pada fase pemeliharaan lebih banyak
digunakan NS (58,33%), D5½NS (50%) dan RD5 (50%). Jenis cairan
yang banyak diberikan saat terjadi tindakan ialah RL (100%), NS (75%)
dan Gelofusin® (33,33%). Jenis, dosis dan frekuensi penggunaan terapi
cairan tergantung dari kondisi pasien. Monitoring terapi cairan dilakukan
melalui pemantauan produksi urin, data klinik yang meliputi tanda vital
dan CVP (Central Venous Pressure) serta data laboratorium seperti kadar
albumin, natrium, dan kalium.
Dari penelitian ini disarankan perlunya penelitian lanjutan terkait
ketercapaian penggunaan terapi cairan yang meliputi jenis, dosis,
frekuensi dan lama penggunaanya pada pasien luka bakar. Di samping itu,
perlu suatu kolaborasi interprofesional yang melibatkan apoteker dalam
bentuk pemberian konseling, monitoring, dan evaluasi rutin terkait
penggunaan terapi cairan untuk mengoptimalkan terapi. Penulisan data
rekam medik yang lebih lengkap, tepat dan jelas juga diperlukan.
Actions (login required)
|
View Item |