MUSYAHIDA,ROBIATUL AINIYAH, 051211131056
(2016)
STUDI PENGGUNAAN TERAPI FUROSEMID PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) STADIUM V
di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) didefinisikan sebagai suatu abnormalitas pada struktur maupun fungsi ginjal, yang terjadi selama 3 bulan atau lebih yang mempengaruhi kesehatan (KDIGO, 2013). Survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun 2009, prevalensi PGK di Indonesia sekitar 12,5%. PGK di klasifikasikan berdasarkan kategori nilai GFR menjadi stadium I hingga stadium V. PGK sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu penurunan jumlah nefron, hipertensi kapiler glomerulus, dan proteinuria (Platt, 1952). Proteinuria merupakan lolosnya protein dari filtrasi glomerulus diantaranya albumin. Jika terlalu banyak albumin yang lolos dari filtrasi glomerulus, dapat terjadi hipoalbuminemia dan merujuk pada terjadinya edema. Penderita PGK juga mengalami gangguan keseimbangan elektrolit, seperti peningkatan kadar natrium dan air akibat penurunan pada fungsi ekskresinya (Dipiro et al., 2008). Umumnya pasien-pasien ini direkomendasikan untuk mendapatkan terapi diuretik (McPhee, 2006).
Furosemid merupakan obat golongan loop diuretic berpotensi tinggi yang banyak digunakan dalam aplikasi klinik pasien dengan kondisi hipervolemik (Kitsios et al., 2014). Lokasi aksi furosemid adalah pada lapisan tebal loop henle ascenden di nefron (Phakdeekitcharoen dan Boonyawat, 2012). Hal-hal yang menentukan aktivitas diuretik furosemid, yaitu pertama konsentrasi furosemid dalam sistem urinari yang dipengaruhi oleh adanya asam-asam organik yang berkompetisi dalam pengangkutan menuju tubulus proksimal, kedua waktu penghantaran furosemid ke site of action yang dipengaruhi oleh cardiac output dan rute pemberian furosemid, ketiga kadar albumin plasma yang dapat membantu sekresi furosemid ke lumen tubulus dan keempat respon dinamik dari site of action yang dipengaruhi oleh karena aktifitas RAAS (Ho dan Power, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan regimentasi dosis, drug related problem (DRP) yang meliputi interaksi obat dan efek samping obat, serta outcome terapi (meliputi berat badan, nilai, kondisi visual edema, dan volume urin pasien) dari terapi furosemid yang diberikan pada pasien PGK stadium 5. Penelitian dilakukan secara prospektif observasional dengan metode pengambilan sampel time limited sampling dalam kurun waktu 22 Maret hingga 19 Juni 2016 di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Dari hasil penelitian didapatkan 23 subyek penelitian dengan jumlah pasien laki-laki 9 orang (39%) dan pasien perempuan sebanyak 14 orang (61%) yang mayoritas berada pada masa lansia awal (46-55 tahun) yaitu 10 orang (43%). Mayoritas subyek penelitian diketahui mengalami hipoalbuminemia sedang yaitu sebanyak 43% (10 orang). Pasien-pasien ini tak hanya menderita PGK namun juga penyakit lainnya. Diantara yang tertinggi adalah hipertensi (87%), anemia (74%), diabetes melitus (70%) dyspnea (39%) dan asidosis metabolik (22%).
Regimentasi dosis yang diterima subyek dalam penelitian ini terbagi menjadi 10 regimen yang dibedakan menurut dosis dan rute pemakaian. Secara garis besar, regimen dosis ini dapat dibedakan menjadi 3 yaitu oral 20 – 80 mg, i.v bolus 10 – 200 mg dan i.v kontinyu 10 – 40 mg/jam. Outcome terapi yang didapatkan dari subyek penelitian berupa peningkatan volume urin pada 65% (15 pasien), penurunan edema perifer pada 92% (11 pasien dari 12 pasien yang mengalami edema) dan kembali normalnya nilai RR pada 78% (18 pasien). Namun data berat badan tidak dapat terdokumentasi dengan lengkap akibat keterbatasan penelitian.
DRP yang teridentifikasi adalah efek samping dengan kategori probable terbanyak yaitu hiponatremi (87%), possible terbanyak yaitu dehidrasi (70%) dan Doubtful terbanyak yaitu konstipasi (57%). Interaksi obat potensial furosemid dengan NSAID (26%), Kortikosteroid (13%), ACE-I (13%), Sucralfat (9%), OAD (9%), diuretik lain (9%) dan antiplatelet(9%).
Actions (login required)
|
View Item |