PERMATASARI,CINTIA YUNIASIH, 051211131076
(2016)
STUDI PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)
DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif irreversible atau reversible sebagian yang meliputi
emfisema dan bronkitis kronik. Faktor utama terjadinya PPOK adalah
kebiasaaan merokok karena asap merokok akan meningkatkan oksidan
yang dapat merusak sel dan jaringan sehingga terjadi proses inflamasi
serta mengganggu keseimbangan protease-antiprotease dengan
menghambat aktivitas enzim antiprotease dan meningkatkan sintesa
elastase yang akan mendegradasi elastin (komponen dari dinding
alveolar). Terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi inflamasi yang
terjadi pada pasien PPOK adalah dengan menggunakan antiinflamasi
yaitu kortikosteroid. Penyakit ini umumnya terjadi pada pasien usia lanjut
dan memiliki riwayat penyakit lain sehingga penggunaan kortikosteroid
harus lebih diperhatikan. Untuk hasil yang lebih maksimal, kortikosteroid
yang diberikan pada pasien PPOK hendaknya memperhatikan beberapa
hal, seperti tepat jenis, tepat dosis, dan tepat cara pemberiannya serta
memperhatikan efek samping maupun interaksi obat yang potensial
terjadi.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengkaji pola
penggunaan kortikosteroid yang meliputi jenis, dosis, rute pemakaian
obat, serta mengidentifikasi terjadinya DRP (Drug Related Problem) yang
meliputi interaksi obat dan efek samping obat yang potensial terjadi pada
pasien PPOK.
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian observasionaldeskriptif
dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Bahan
penelitian yang digunakan adalah Data Medik Kesehatan (DMK) pasien
dengan diagnosa Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 1 Januari – 31
Desember 2015. Analisis dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada
DMK pasien yaitu profil penggunaan kortikosteroid dalam terapi PPOK,
meliputi jenis kortikosteroid, dosis, rute pemakaian, efek samping serta
kemungkinan adanya interaksi obat yang dapat terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien laki-laki (96,9%)
lebih mendominasi PPOK dengan sebaran usia terbanyak pada rentang
usia 56-75 tahun (78,1%). Kortikosteroid bentuk kombinasi dengan long
acting β2-agonis yaitu Budesonide/Formoterol 160/4,5 mcg adalah yang
paling banyak digunakan (85,7%) dengan dosis 2 inhalasi 2 kali sehari.
Interaksi obat yang yang potensial terjadi yaitu kortikosteroid dengan β2-
agonis dimana penggunaan keduanya secara bersamaan akan
mengakibatkan kondisi hipokalemi pada pasien, kortikosteroid dengan
obat antidiabetes dapat menurunkan efektifitas antidiabetik karena
kortikosteroid dapat menyebabkan retensi insulin sehingga menimbulkan
hiperglikemik pada pasien, dan interaksi kortikosteroid dengan obat
antihipertensi dimana beberapa kortikosteroid dapat meyebabkan retensi
cairan sehingga berefek antagonis dengan obat-obatan antihipertensi. Efek
samping potensial yang mungkin terjadi pada terapi yaitu ruam pada
mulut dan tenggorokan, peningkatan resiko pneumonia, dan retensi cairan
dan natrium yang berpotensi dapat menyebabkan hipertensi. Karena
adanya masalah terkait obat, maka diperlukan peran serta farmasis dalam
monitoring efek terapi, efek samping, dan interaksi obat serta memberi
konseling kepada pasien seperti pada pemakaian inhaler sangat diperlukan
sehingga dapat tercapai efek terapi yang optimal pada pasien PPOK.
Actions (login required)
|
View Item |