NI SAYU KETUT EVI WIJAYANTHI, 040237657
(2004)
PENERAPAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI
PRODUKSI SEBAGAI ALAT BANTU MANAJEMEN
UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
PRODUK CACAT PADA PRIMA INTI BOX
DI SIDOARJO.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Prima Inti Box yang memproduksi Corrugated box (kardus), masih kesulitan mengembangkan usahanya, karena kualitas produk yang dihasilkan masih rendah, yaitu banyaknya produk cacat yang dihasilkan. Pihak manajemen kesulitan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan produk cacat tersebut. Penelitian ini mencoba mengatasi pennasalaban dengan menerapkan audit operasional pada perusahaan, khususnya fungsi produksi, dengan menelusuri kegiatan-kegiatan dalam proses produksi, yaitu perencanaan dan pengawasan produksi, pengawasan persediaan, pengendalian kualitas, pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi, serta manajemen tenaga kerja.
Langkah pertama adalah survey pendahuluan mencari dan mengidentifikasi masalah, mengadakan studi lapangan dengan daftar pertanyaan dan pedoman wawancara untuk mendapatkan data kualitatif baik primer maupun sekunder. Cara pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan pihak-pihak yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan. Melalui bentuk model anaiisis, dilakukan pengolaban dan analisis data
Kesimpulannya adalah bahwa faktor penyebab produk cacat terjadi pada kegiatan perencanaan dan pengawasan produksi, yaitu sering berubahnya rencana produksi karena keterlambatan baban baku, sehingga diadakan sistem kerja lembur, tidak ada pengawasan produksi tertulis, dan kurang pengawasan secara intensif Pengawasan persediaan, tidak dilakukan pemesanan persediaan berdasarkan jadwal tertentu, hanya berdasarkan rutinitas dan pengalaman, tidak ada alarm I fire extinguisher untuk: pertolongan pertama mengatasi pencurian dan kebakaran. Pengendaiian kualitas. tidak adanya bagian Quality Control sehingga belum mampu mencapai standar kualitas, dan banyak complain dati customer. Pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi, kurang personel teknisi, persediaan alat-alat sering tercecer, dan sOOu pabrik yang panas. Manajemen tenaga kerja, tidak ada pelatihan kerja bagi tenaga kerja baru, dan perekrutan pekerja tidak memperhatikan usia produktifuya. Sebaiknya dibuat Rencana Kerja Produksi secara tepa!, sehingga tidak terjadi kerja lembur. Pengawasan produksi tertulis berupa Iaporan penyimpangan produksi, dan menunjuk pekerja berpengalaman sebagai mandor. Pengawasan persediaan dengan pembuatan jadwal tertentu dan perhitungan yang tepat Alarm dan fire extinguisher sebagai pertolongan pertama mengatasi kebakaran dan pencurian. Pengendalian kualitas dengan dibentuknya bagian Quality Control agar proses produksi lancar, produk yang dihasilkan sesuai standar kualitas perusahaan. Penambaban personel teknisi menunjang keefektifan pemeliharaan mesin, dan perIu diingatkan mengenai job description mereka. Ruangan pabrik yang panas, periu dipasang mesin Exhaust fan untuk: mengeluarkan panas dalam ruangan atau mesin Turbine Ventilator untuk: sirkulasi udara agar lebih segar dan nyaman. Seharusnya dilakukan pelatihan tenaga kerja baru, dan perekrutan pekerja periu dilihat usia produktifuya, untuk: mencegah banyaknya kesalahan karena kurang konsentrasi, cepat lelah, dan kurang produktif
Actions (login required)
|
View Item |