ANNISA RIZQIA RAHMAH, 051211132089
(2016)
UJI EFEK SEDATIF EKSTRAK DAUN Gynura
procumbens (LOUR.) MERR DENGAN
EKSTRAKSI BERTINGKAT TERHADAP
MENCIT JANTAN GALUR Balb/C.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering
dikeluhkan oleh masyarakat yang meliputi gejala-gejala seperti kesulitan
memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, terbangun pada dini hari
dan ketidakpuasan dalam tidur (Morphy et al., 2007). Prevalensi penduduk
Indonesia yang terjangkit insomnia yaitu 28.035 juta jiwa (11.7%) dari
238.452 juta jiwa (Cure Research, 2004).
Insomnia bisa diatasi baik secara farmakologi maupun non
farmakologi atau kombinasi dari keduanya. Namun penanganan secara
farmakologi dengan menggunakan obat-obatan menyebabkan
ketergantungan dan kecanduan. Selain itu juga bisa menimbulkan efek
samping seperti kantuk, pusing, depresi, mual, dll (Gyawali, 2010; Edewor,
2013).
Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr (sambung nyawa) dipilih
berdasarkan pendekatan kemotaksonomi yaitu karena beberapa tanaman
dari keluarga Asteraceae seperti Matricaria chamomile, Lactuca sativa,
Cichorium intybus, Eclipta alba, Wedelia calandulaceae, Chrysanthemum
morifolium, dan Aster glehni serta tanaman dari satu genus yaitu Gynura
aurantiaca (Umyung) telah diketahui memiliki efek sedatif (Kurniawati,
2008; Srivastava et al., 2010; Kim et al., 2011; Edewor, 2013; Nomani et
al., 2013; Jahan et al., 2014; Rahman et al., 2013; Sutrisna et al., 2015).
Selain itu, senyawa-senyawa yang diduga memiliki efek sedatif pada
tanaman-tanaman tersebut seperti flavonoid, terpenoid, dan senyawa fenolik
juga terkandung dalam daun sambung nyawa (Syamsuhidayat et al., 2001;
Sudarsono et al., 2002; Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2010; Kaewseejan, 2015).
Pada penelitian ini, daun sambung nyawa diekstraksi secara
bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, dan etanol
96%. Dengan ketiga pelarut tersebut diharapkan dapat menarik senyawa- senyawa yang diduga memiliki efek sedatif. Uji efek sedatif ini dilakukan
secara in vivo dengan menggunakan mencit jantan galur Balb/C dan alat
rotarod. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol negatif (tween
10%), kontrol positif (diazepam 1.3 mg/kgBB), ekstrak n-heksana (500
mg/kgBB), ekstrak kloroform (500 mg/kgBB), dan ekstrak etanol 96% (500
mg/kgBB) daun sambung nyawa. Jumlah mencit tiap kelompok sebanyak 7
ekor.
Mencit yang sudah diadaptasi selama seminggu dilatih dengan alat
rotarod 15 menit/hari selama satu minggu. Mencit yang dapat bertahan lebih
dari 300 detik dapat digunakan untuk uji. Tahap pertama, mencit diletakkan
pada alat rotarod dengan kecepatan 30 rpm dan dicatat waktu jatuhnya.
Kemudian mencit diberi larutan sampel secara per oral sesuai dengan
kelompok perlakuannya dan ditunggu selama satu jam. Setelah itu mencit
kembali di letakkan pada alat rotarod dengan kecepatan 30 rpm dan kembali
dicatat waktu jatuhnya.
Hasil yang didapatkan yaitu ekstrak etanol 96% daun sambung
nyawa memiliki efek sedatif dengan persen hambatan sebesar 68.41±33.21.
Sedangkan untuk ekstrak n-heksana dan kloroform tidak menunjukkan
adanya efek sedatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perlu dilakukan uji
lain yang berkaitan dengan efek pada Sistem Saraf Pusat (SSP) untuk dapat
menunjang hasil penelitian ini
Actions (login required)
|
View Item |