High througput screening antimalaria beberapa tanaman Indonesia dengan metode ELISA Histidine Rich Protein 2

Aty, Widyawaruyanti and Achmad, Fuad Hafid and Indah, S Tantular (2013) High througput screening antimalaria beberapa tanaman Indonesia dengan metode ELISA Histidine Rich Protein 2. Project Report. Universitas Airlangga, Surabaya. (In Press)

[img] Text (FULL TEXT)
Article C37-Laporan PUPT 2013.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text (PEER REVIEW)
37 Penilaian Reviewer.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi parasit protozoa dari genus Plasmodium yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles (World Health Organization, 2011). Penyakit malaria tersebar di seluruh Indonesia dengan angka prevalensi yang beragam, tersebar merata di semua kelompok umur, prevalensi pada bayi relatif rendah, dan relatif tinggi pada kelompok umur produktif, yakni, 25 - 54 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Resistensi pada semua obat antimalaria meningkatkan angka mortalitas terkait malaria (White, 2004). Prevalensi dari resistensi obat antimalaria merupakan dasar dari usaha penelitian untuk mencari obat antimalaria baru (Gelb, 2007). Tanaman merupakan sumber obat utama untuk melawan malaria yang sudah dikembangkan menjadi obat malaria utama di dunia (Pouplin et al., 2007). Fakta ini menjadi alasan mengapa pencarian obat antimalaria dari bahan alam penting untuk dilakukan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk menguji aktivitas antimalaria dari obat- obatan yang diduga sensitif terhadap Plasmodium falciparum secara in vitro. Metode WHO microtest ini memiliki sensitivitas yang tinggi, namun dibutuhkan ketelitian yang tinggi dan pengalaman yang cukup (Noedl et al., 2003). Dengan sampel yang banyak, metode ini membutuhkan banyak tenaga peneliti dan waktu yang lama. Metode pengukuran HRP 2 lebih sensitif dibandingkan dengan uji aktivitas antimalaria in vitro yang lain. Metode ini membutuhkan alat-alat teknis yang lebih sedikit, pelaksanaannya mudah dan cepat meskipun dikerjakan pada jumlah sampel yang banyak, serta sangat sesuai untuk skrining kandidat obat-obatan antimalaria (Noedl et al., 2003). Pada tahap awal penelitian ini telah dilakukan ekstraksi terhadap 20 sampel tanaman yang diperoleh dari hasil eksplorasi tanaman di Taman Nasional Hutan Alas Purwo, Banyuwangi-Jawa Timur. Sebanyak 50 g sampel diekstraksi menggunakan pelarut etanol 80% dengan teknik maserasi dibantu gelombang ultrasonik selama 2 menit dengan 3 kali replikasi. Dari ekstraksi didapatkan ekstrak dengan rendemen 2-9 %. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimia dari masing- masing ekstrak, khususnya terhadap golongan senyawa alkaloid, terpenoid, dan polifenol. Dari hasil skrining fitokimia ini diketahui bahwa semua ekstrak mengandung golongan senyawa terpenoid. Ekstrak daun Lepisanthes rubiginosum dan Harpulia arborea, ekstrak daun dan batang Garuga floribunda, ekstrak daun Alectryon serratus mengandung hampir semua golongan senyawa, antara lain terpenoid, polifenol, flavonoid, dan antrakuinon. Begitu pula ekstrak daun dan batang O.akkeringae mengandung alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan antrakuinon. Sedangkan ekstrak yang lain mengandung sedikitnya satu hingga tiga golongan senyawa. Uji aktivitas antimalaria in vitro diawali dengan pemeliharaan kultur parasit dengan spesies Plasmodium falciparum dengan strain 3D7. Pemeliharaan kultur dimulai dari tahap thawing (pencairan kultur beku), mengganti media kultur setiap 24 jam, diiringi dengan pemeriksaan %parasitemia. Bila % parasitemia telah mencapai 7-8% menunjukkan parasit tumbuh dengan baik. Sehingga kultur sudah siap digunakan untuk uji aktivitas. Tahap berikutnya adalah skrining aktivitas ekstrak dengan menggunakan satu konsentrasi (konsentrasi rata-rata 1000 µg/mL). Hasilnya menunjukkan bahwa tiga ekstrak, antara lain ekstrak batang Lepisanthes rubiginosum, ekstrak daun Garuga floribunda, dan ekstrak daun Alectryon serratus memiliki persentase hambatan pertumbuhan berturut-turut 92,4% ± 0,4%; 86,2% ± 0,8%; dan 88,1% ± 0,9%. Ketiga ekstrak tersebut diuji kembali untuk mengetahui nilai IC50 menggunakan serial konsentrasi dari 1000 µg/mL sampai 15 µg/mL. Dari hasil uji untuk mencari IC50, diketahui bahwa IC50 ekstrak batang Lepisanthes rubiginosum, ekstrak daun Garuga floribunda, dan ekstrak daun Alectryon serratus berturut- turut 252,2 µg/mL, < 14,8 µg/mL, dan 12,3 µg/mL. Sehingga ekstrak daun Garuga floribunda, dan ekstrak daun Alectryon serratus sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk antimalaria dengan penelitian lanjutan.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: SCREENING, ANTIMALARIA, ELISA-HISTIDINE
Subjects: R Medicine
R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology > RM300-666 Drugs and their actions
R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: 05. Fakultas Farmasi > Farmakognosi Fitokimia
Creators:
CreatorsNIM
Aty, Widyawaruyantiaty-w@ff.unair.ac.id
Achmad, Fuad Hafidachmadfuad@ff.unair.ac.id
Indah, S TantularUNSPECIFIED
Depositing User: Mr M. Fuad Sofyan
Date Deposited: 09 May 2017 17:38
Last Modified: 09 May 2017 17:38
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/57056
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item