Nova Normasari, -
(2004)
Pengaruh Pemberian Fraksi N-Heksana, Etil Asetat, Dan Metanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L) Terhadap Gm-Csf Pada Tikus.
Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi sekunder virus dengue. Salah satu kriteria yang penting dari DBD adalah adanya trombositopenia dimana jumlah trombosit adalah ≤100.000 sel per mm³ (100.000 /μL). Salah satu penyebab trombositopenia pada DBD adalah terjadinya kerusakan progenitor pertumbuhan sel yang mengakibatkan terganggunya proses pembentukan trombosit (menurunnya trombopoisis). Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembentukan trombosit adalah GM-CSF (Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Factor). Dengan adanya GM-CSF akan merangsang megakariosit untuk memproduksi trombosit sehingga dapat meningkatkan jumlah trombosit pada DBD dengan trombositopenia.
Berdasarkan studi klinik pengobatan DBD yang dilakukan Harjono Achmad (2001) dengan pemberian ekstrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L) dapat mempercepat pencapaian jumlah trombosit lebih dari 100.000/μL, maka untuk mengetahui mekanisme trombopoisis (pembentukan trombosit) melalui pengaruh GM-CSF, dilakukan pengujian dengan menggunakan daun tersebut. Pada penelitian Wasiatul Ulum, diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji berpengaruh terhadap kadar GM-CSF dalam serum.
Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji yang berperan terhadap peningkatan kadar GM-CSF, dilakukan pemisahan senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun jambu biji dengan proses ekstraksi bertingkat menggunakan berbagai macam pelarut yang berbeda kepolarannya. Pelarut non polar digunakan n-heksana, pelarut semi polar adalah etil asetat, dan pelarut polar adalah metanol. Dari proses ekstraksi tersebut diperoleh fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol.
Untuk mengetahui golongan senyawa yang ada pada tiap kelompok fraksi, dilakukan skrining fitokimia. Metode yang digunakan adalah KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan menggunakan eluen dan penampak noda yang spesifik untuk masing-masing-masing-masing golongan senyawa. Eluen dan penampak noda yang digunakan yaitu etil asetat : metanol : air (10 ; 1,7 : 1,3 v/v) dengan penampak noda peraeksi Dragendorf untuk alkaloid, n-heksana : etil asetat (4 : 1 v/v) dengan penampak noda Anisaldehida asam sulfat untuk terpenoid, kloroform : aseton : asam formiat (15 : 3,3 : 2,5 v/v) dengan penampak noda uap amonia untuk flavonoid, dan kloroform: aseton : asam formiat (10 : 3,3 : 2,5 v/v) dengan penampak noda pereaksi FeCl3 untuk polifenol.
Dari uji skrining diketahui bahwa pada fraksi n-heksana terdapat golongan senyawa terpenoid yang tampak sebagai noda merah ungu atau ungu. Pada fraksi etil asetat terdapat golongan senyawa terpenoid, flavonoid yang tampak sebagai
Actions (login required)
 |
View Item |