Vidri Widyastuti, NIM011611223038 (2018) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR SURABAYA. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK_FK.BID 44 18 Wid f.pdf Download (231kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
FULLTEXT_FK.BID 44 18 Wid f.pdf Restricted to Registered users only until 12 July 2021. Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting, lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun tingginya berada di bawah rata-rata (Milleneum Challenge Account, 2015). Pada tahun 2015, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi stunting di Jawa Timur 27,1% dan di Surabaya adalah 20,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hasil studi pendahuluan didapatkan data pada tahun 2017, prevalensi stunting sebesar 30,48% di Kelurahan Medokan Semampir yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Keputih Surabaya. Stunting merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Dampak stunting dapat berakibat pada kemajuan bangsa menjadi menurun karena para penerus bangsa mengalami gangguan kesehatan seperti penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan stroke, disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja tidak kompetitif yang berakibat rendahnya produktivitas (Tompunu 2015; Pusdatin 2016; Bappenas dan UNICEF 2017). Hasil Riskesdas (2013), menyatakan bahwa stunting merupakan salah satu indikator status gizi yang didasarkan pada indeks TB/U dimana standar antropometri penilaian status gizi balita, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) ≥- 3,0 sampai dengan <-2SD (pendek / stunted) dan <-3SD (sangat pendek / severe stunted). Stunting sebenarnya dapat dicegah salah satunya dengan memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama 6 bulan (WHO, 2014; Millennium Challenge Account Indonesia, 2015; Pusdatin 2016). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Keputih, cakupan pemberian ASI eksklusif telah memenuhi target 80%, pada tahun 2015 sebesar 87%, tahun 2016 sebesar 86%, dan tahun 2017 sebesar 90% namun prevalensi stunting masih tetap tinggi. Cakupan jumlah kasus diare pada tahun 2017 sebanyak 194 kasus meningkat dari tahun 2016 sebanyak 133 kasus sedangkan kasus ISPA yang ditemukan pada tahun 2017 sebanyak 157 kasus. Cakupan imunisasi pada tahun 2017 sebesar 96,1% yang telah memenuhi target sebesar 91,5%. Cakupan Perilaku Hidup Sehat yang dinilai per indikator telah melebihi target sebesar 65%. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita di Kelurahan Medokan Semampir Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebesar 120 ibu yang memiliki balita usia 12-36 bulan yang ditentukan dengan cluster random sampling. Cluster yang dimaksud dalam penelitian ini adalah posyandu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah riwayat pemberian ASI ekskusif, riwayat penyakit infeksi (keadaan, jenis dan frekuensi), ketersediaan pangan (pendapatan dan jumlah anggota keluarga), akses pelayanan kesehatan (riwayat imunisasi dan kunjungan ke akses pelayanan kesehatan), higiene dan sanitasi lingkungan, pemberian MPASI (usia pertama MP-ASI dan jenisnya) sedangkan variabel dependennya adalah stunting. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur panjang badan atau tinggi badan terhadap umur, lingkar kepala dan berat badan pada balita serta wawancara dengan kuisioner pada ibu balita, untuk variabel higiene dan sanitasi lingkungan menggunakan kuisioner terdiri dari 36 pertanyaan, baik melalui observasi ataupun wawancara (Agustina et al, 2013). Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik Chi-square dan Fisher exact, kemudian dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik pada variabel yang memenuhi syarat yaitu riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat imunisasi, higiene dan sanitasi lingkungan serta usia MP-ASI.
Actions (login required)
View Item |