SYAIFUL QADAR BASRI, 121514153015 (2018) REPRESENTASI WARIA PADA PEMENTASAN OPERA KECOA KARYA NANO RIANTIARNO OLEH TEATER KOMA. Thesis thesis, Universitas Airlangga.

	Text (ABSTRAK) Abstrak TKSB 38 18 Bas r.pdf Download (150kB)
	Text (FULLTEXT) Fulltext TKSB 38 18 Bas r.pdf Restricted to Registered users only until 14 January 2022. Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dibalik sosok waria yang direpresentasikan pada sebuah media yakni pementasan Opera Kecoa karya Nano Riantiarno oleh Teater Koma. Serta untuk menemukan dan memaknakan performativitas waria dalam teater, mampu melampaui struktur gender dan seksualitas yang bersifat hetero atau mengukuhkan heteronormativitas. Menggunakan metode penelitian kualitatif dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang tersaji dalam bentuk kata maupun audio, serta visual yang tergambar dalam objek material, yakni video pementasan Opera Kecoa yang dipentaskan oleh Teater Koma tahun 2016. Keseluruhan data yang diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk-bentuk uraian deskriptif. Analisis semiotika dan teori Queer (performativitas dan camp) digunakan sebagai landasan teori untuk menganalisis makna yang terkandung dibalik representasi waria baik dari segi plot, karakter, dialog, serta stage direction pada pertunjukan ini. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa temuan diantaranya: Pertama, melalui representasi dan performativitas waria yang dihadirkan dalam pementasan Opera Kecoa karya Nano Riantiarno oleh Teater Koma, waria direpresentasikan sebagai citra buruk yang melekat pada diri mereka. Seperti misalnya mitos waria yang senantiasa identik dengan prostitusi. Kedua, waria adalah seorang laki-laki yang senantiasa mengkonstruksi dirinya sebagai perempuan, yang tidak dapat diterima masyarakat, hanya diskriminasi yang selalu mereka terima. Ketiga, dari pembahasan perihal performativitas waria dalam pementasan ini hasil penelitian ini menujukkan bahwa waria senantiasa mengkonstruksi dirinya sebagai seorang perempuan secara terus menerus. Proses yang terus menerus ini (pengulangan) adalah bagian dari proses memproduksi dan mereproduksi identitas, sebuah proses peniruan, proses performativitas untuk membuktikan bahwa mereka adalah “wanita yang asli”. Keempat, melalui representasi waria dan performativitas waria dalam pementasan ini sutradara berusaha menggambarkan bagaimana waria melakukan stategi camp demi keberlangsungan diri mereka. Betuk strategi camp yang direpresentasikan waria pada pertunjukan ini meliputi strategi parodi (humor) camp, dan strategi bersikap (kostum, gesture dan gaya bicara). Hal itu bertujuan untuk visibilitas sosial transgender (waria). Serangkaian strategi camp yang direpresentasikan dalam pementasan ini untuk menyuarakan kritik atau mendobrak tatanan heteronormativitas, serta untuk mencapai kebertahanan transgender (transgender survival). Akhirnya, melalui representasi dan performativitas waria yang dihadirkan dalam pementasan Opera Kecoa karya Nano Riantiarno oleh Teater Koma, hal itu mengukuhkan ideologi kekuasaan seksualitas dan gender yakni heteroseksual terhadap homoseksual, tampak bahwa sutradara berusaha mendobrak tatanan heteronormatif yang ada, namun di akhir pementasan peneliti sadar, pada akhirnya mereka para waria harus menerima akan keberadaan mereka yang termajinalkan.

Actions (login required)

View Item