KORELASI INFESTASI EKTOPARASIT Octolasmis DENGAN INFESTASI JAMUR PADA KEPITING BAKAU DI DESA TANJANGAWAN, KECAMATAN UJUNG PANGKAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

ZAINUL HAMID, 141411131132 (2018) KORELASI INFESTASI EKTOPARASIT Octolasmis DENGAN INFESTASI JAMUR PADA KEPITING BAKAU DI DESA TANJANGAWAN, KECAMATAN UJUNG PANGKAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

[img] Text (Abstrak)
Abstrak.pdf

Download (329kB)
[img] Text (Fulltext)
PK BP 153 18 Ham k.pdf
Restricted to Registered users only until 15 January 2022.

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Kepiting bakau (Scylla serrata) memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak diminati pasar lokal maupun mancanegara. Berdasarkan pertimbangan kontinuitas produksi, perlu dikembangkan budidaya kepiting bakau secara terkontrol. Salah satu penyebab rendahnya kelangsungan hidup kepiting bakau yaitu teknik dan manajemen pemeliharaan kepiting bakau yang masih belum maksimal dan adanya serangan penyakit. Ektoparasit yang biasa menyerang kepiting bakau di Indonesia adalah Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella sp., Octolasmis sp.. Kepiting bakau biasanya lebih sering terinfestasi parasit Octolasmis sp.. Infestasi ektoparasit pada kepiting bakau dapat menyebabkan penurunan ketahanan terhadap patogen karena adanya luka yang memudahkan infestasi oleh patogen lain yaitu jamur. Jamur tersebut dapat dengan cepat menular pada kepiting, sehingga penyebarannya semakin cepat dan berpotensi kerugian yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat infestasi ektoparasit Octolasmis yang menginfestasi kepiting bakau, mengetahui genus dari jamur yang menginfestasi kepiting bakau, dan korelasi antara infestasi ektoparasit Octolasmis dan infestasi jamur pada kepiting bakau. Penelitian ini bersifat survei dengan analisis korelasi dengan sampel yang diambil yaitu 40 ekor. Berdasarkan hasil pengamatan korelasi antara infestasi ektoparasit Octolasmis dan infestasi jamur menunjukkan korelasi positif dengan nilai (r) sebesar 0,718. Korelasi positif memiliki arti bahwa peningkatan salah satu variabel akan diikuti oleh kenaikan variabel yang lain. Kenaikan jumlah variabel X (Octolasmis) diikuti dengan kenaikan jumlah variabel Y (genus jamur). Variabel X berhenti tidak ada kenaikan lagi pada jumlah 13 dan variabel Y berhenti tidak ada kenaikan lagi pada jumlah 2. Jumlah genus jamur tidak berubah setelah jumlah octolasmis ≥ 13 artinya tidak ada kenaikan lagi pada kedua variabel. Kriteria intensitas infestasi ektoparasit dapat dikelompokkan sesuai dengan jumlahnya, tidak ada kenaikan lagi pada variabel X (jumlah Octolasmis) setelah mencapai 13 sampai 22 karena jumlah tersebut masih dalam satu kategori intensitas infestasi ektoparasit yaitu sedang.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKC KK PK.BP.153/18 Ham k
Uncontrolled Keywords: Kepiting; budidaya
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling > SH1-691 Aquaculture. Fisheries. Angling > SH20.3-191 Aquaculture
Divisions: 14. Fakultas Perikanan dan Kelautan > Budidaya Perairan
Creators:
CreatorsNIM
ZAINUL HAMID, 141411131132UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorPutri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si.UNSPECIFIED
Depositing User: Turwulandari
Date Deposited: 15 Jan 2019 04:30
Last Modified: 15 Jan 2019 04:30
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/78784
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item