MOH. SABAB NASHRULLOH, 071614753008 (2018) MASKULINITAS LAKI-LAKI PEDESAAN: Studi Citra Tubuh Laki-laki Di Pusat Kebugaran. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

	Text (ABSTRAK) ABSTRAK_TSO.12 18 Nas m.pdf Download (268kB)
	Text (FULLTEXT) FULLTEXT_TSO.12 18 Nas m.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy
	Text (JURNAL) JURNAL_TSO.12 18 Nas m.pdf Download (421kB)

Abstract

Perkembangan pemahaman mengenai maskulinitas tidak tetap dan selalu berubah baik dari kontek waktu dan tempat. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pengaruh kondisi sosial khususnya media informasi dan komunikasi. Memahami maskulinitas dalam penelitian ini berangkat dari sebuah realitas sosial pada pusat kebugaran yang berdiri di area pedesaan. Berdirinya pusat kebugaran di area pedesaan merupakan hal yang tidak biasa. Pusat kebugaran yang biasanya berdiri di area perkotaan dan menjadi salah satu ciri dari budaya perkotaan kini ada di Desa Dukun Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Tidak sedikit laki-laki yang menjadi anggota tetap di pusat kebugaran tersebut. Realitas sosial tersebut menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipahami lebih dalam apa yang menjadi kesadaran maskulinitas laki-laki pedesaan dalam memahami citra tubuh dan respon sosial pada laki-laki pedesaan di lingkungan sekitar pusat kebugaran. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif dengan pendekatan kualitatif, wawancara mendalam sebagai metode pengambilan data. Penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi dengan analisis fenomenologi Edmund Husserl dan Maurice Morleau Ponty. Membentuk tubuh yang atletis di pusat kebugaran merupakan sebuah eksistensi dari kesadaran laki-laki pedesaan dalam menciptakan citra tubuh yang mereka anggap maskulin. Kesadaran laki-laki pedesaan berawal dari sebuah kesengajaan, yang terdiri dari (1) awal kesenangan terhadap olahraga yang berbenturan dengan kesibukan; (2) kesehatan yang nampak pada tampilan visual; (3) gambaran tubuh laki-laki ideal dari teman, keluarga dan media informasi dan komunikasi, seperti: Google, Youtube, Instagram, Twitter. Citra tubuh laki-laki pedesaan timbul melalui interaksi sosialnya, yang timbul oleh faktor: (1) penilaian dari keluarga dan orang lain; (2) perbandingan dengan saudara dan teman dekat; (3) peran sebagai suami yang membutuhkan kebugaran seksual dan peran pada pekerjaannya yang mementingkan bentuk tubuh yang atletis; (4) identifikasi pada sosok idola. Citra tubuh yang maskulin dengan memiliki tubuh yang atletis membuat laki-laki pedesaan semakin mudah masuk dan diterima pada lingkungan baru sehingga mendapatkan lebih banyak teman, pengakuan dan pujian, semakin percaya diri, mudah mendapatkan kekasih (perempuan), dan terlihat bagus memakai macam jenis baju. Kesadaran laki-laki pedesaan berbanding lurus dengan respon sosial masyarakat di lingkungan sekitar pusat kebugaran yang sebagian besar menganggap bahwa tubuh laki-laki yang atletis menciptakan citra tubuh laki-laki nampak lebih maskulin dibanding dengan laki-laki yang tidak memiliki tubuh yang atletis.

Actions (login required)

View Item