Yuli Muji Lestari, 050413018
(2009)
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK 2-KLOROBENZOILUREA DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Telah diketahui bahwa senyawa urea mempunyai aktivitas antikanker. Turunan urea yang telah terbukti mempunyai aktivitas antikanker adalah hidroksiurea dan 3-bromopropionilamino benzoilurea. Herlina (2006) telah mensintesis senyawa 2-klorobenzoilurea dan dari hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa senyawa tersebut mempunyai aktivitas sebagai penekan sistem saraf pusat.
Senyawa 2-klorobenzoilurea belum diketahui mempunyai aktivitas antikanker. Dalam penelitian ini dicoba melakukan uji aktivitas sitotoksik salah satu senyawa turunan urea, yaitu 2-klorobenzoilurea. Penelitian ini dilakukan dalam usaha untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas antikanker. Tujuan penelitian ini adalah menentukan aktivitas sitotoksik senyawa 2-klorobenzoilurea dengan uji Brine Shrimp Lethality Test (BST), kemudian membandingkan aktivitas sitotoksiknya dengan senyawa urea dan hidroksiurea. Dipilih urea karena merupakan senyawa induk yang sudah diketahui mempunyai aktivitas antikanker, sedangkan hidroksiurea dipilih karena merupakan salah satu senyawa turunan urea yang sudah diketahui mempunyai aktivitas antikanker dan sudah terdapat sediaannya yang beredar di pasaran.
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST) menggunakan hewan coba Artemia sp. Senyawa 2-klorobenzoilurea dibuat larutan induk 1000 ppm dalam aseton kemudian dibuat larutan uji dengan cara diambil sebanyak 5,0 µl; 125,0 p1; 250,0 pl; 500,0 µl; 750,0 µl; 1000,0 pi; 1250,0 µl dan 1500,0 pl. Masing-masing volume tersebut dimasukkan dalam vial dan divapkan sampai kering. Senyawa urea juga dibuat larutan induk 1000 ppm dalam aseton kemudian dibuat larutan uji dengan cara diambil sebanyak 5,0 µl; 125,0 µl; 250,0 µl; 500,0 pl; 750,0 pl dan 1000,0 pl. Masing-masing volume tersebut juga dimasukkan dalam vial dan divapkan sampai kering. Sedangkan senyawa hidroksiurea dibuat larutan induk 1000 ppm dalam air laut kemudian dibuat larutan uji dengan cara diambil sebanyak 5,0 p1; 125,0 Ill; 250,0 p1; 500,0 µl; 750,0 pl; 1000,0 µl; 1250,0 µl; 1500,0 gl dan 1750,0 µl. Masing-masing vial pada senyawa 2-klorobenzoilurea, urea dan hidroksiurea ditambahkan 50,0 pl DMSO dan dicampur sampai senyawa yang ada pada vial dapat larut. Sebanyak kurang lebih 4 ml air laut dan 10 ekor larva udang ditambahkan pada vial tersebut dan ditambahkan air laut lagi sampai volume tepat 5,0 ml. Setelah 24 jam dihitung jumlah larva udang yang mati dan dilakukan analisis probit untuk menentukan harga LC50 masing-masing senyawa. Pada metode ini, suatu senyawa dinyatakan mempunyai aktivitas sitotoksik jika mempunyai LC50 kurang dari 200 ppm.
Hasil penelitian dengan tiga kali replikasi untuk masing-masing senyawa, didapatkan harga LC50 untuk senyawa 2-klorobenzoilurea 97,97 ppm dan hidroksiurea 186,58 ppm. Sedangkan urea tidak mempunyai LC50. Dan data yang diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa senyawa 2-klorobenzoilurea mempunyai aktivitas sitotoksik dan aktivitas sitotoksiknya lebih besar dari pada senyawa hidroksiurea. Aktivitas sitotoksik tersebut berpotensi sebagai antikanker. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa uji aktivitas biologik antikanker yang lebih spesifik untuk membuktikan bahwa senyawa 2-klorobenzoilurea benar-benar mempunyai aktivitas antikanker. Beberapa uji tersebut antara lain uji terhadap hewan coba yang telah diinduksi sel kanker dan uji kultur sel tumor manusia.
Actions (login required)
|
View Item |