Siswandono, NIDN. 0002105207 and Rr. Retno Widyowati, NIDN. 0005017701 and Tri Widiandani, NIDN. 0004128001 (2018) Modifikasi Struktur Turunan Asil Pinostrobin dan Hubungan Kuantitatif-Struktur Aktivitas Analgesik Terhadap Mencit (Mus musculus). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. (Unpublished)
Text (ARTIKEL)
C18-Modifikasi Struktur Turunan Asil Pinostrobin dan Hubungan Kuantitatif-Struktur Aktivitas Analgesik Terhadap Mencit (Mus musculus).pdf Download (13MB) |
|
Text (PEER REVIEW)
Val C-18.pdf Download (1MB) |
Abstract
Dalam upaya merancang dan mengembangkan obat baru untuk analgesik, langkah yang dilakukan antara lain dengan cara ekstraksi atau isolasi dari bahan alam yang secara empiris digunakan sebagai obat tradisional, yang telah diketahui struktur molekul, dan aktivitas biologisnya. Isolat tersebut dapat dijadikan senyawa penuntun untuk dikembangkan lebih lanjut melalui modifikasi struktur dan uji aktivitas biologisnya, atas dasar penalaran yang sistematik dan rasional dengan mengurangi faktor coba-coba seminimal mungkin. Salah satu obat tradisional yang secara empiris telah digunakan sebagai terapi analgesik adalah rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, salah satu metabolit sekunder dengan kandungan yang cukup besar yang terdapat dalam rimpang temu kunci adalah pinostrobin. Pada beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa pinostrobin efektif sebagai antiinflamasi dengan dosis pemberian sebesar 20 mg/kgBB tikus, dan juga memiliki aktivitas analgesik karena mampu menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Enzim COX-2 merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam sintesis prostaglandin yang terlibat dalam proses terjadinya rasa nyeri, panas dan inflamasi. Untuk meningkatkan aktivitas analgesik dari pinostrobin dilakukan modifikasi struktur dengan menambahkan gugus asil pada gugus hidroksi bebas, membentuk beberapa senyawa ester baru turunan pinostrobin yakni pinostrobin asetat, pinostrobin propionat, pinostrobin butirat, dan pinostrobin pentanoat. Sebelum dilakukan sintesis, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji in silico (docking) senyawa yang akan disintesis dengan reseptor COX-2 (kode pdb: 1PXX) dengan bantuan program komputer Molegro Virtual Docker (MVD) 5.5. Pemilihan reseptor berdasarkan ligan yang ada didalamnya yaitu Na diklofenak, obat analgesik yang sudah beredar di pasaran. Dari hasil uji in silico didapatkan data bahwa semua senyawa yang akan disintesis memiliki nilai Rerank Score (RS) lebih rendah dibanding pinostrobin, yang berarti diprediksi mempunyai aktivitas analgesik yang lebih besar dibanding pinostrobin, sehingga layak untuk disintesis. Proses sintesis senyawa turunan pinostrobin dilakukan melalui reaksi Schotten Baumann yaitu dengan mereaksikan pinostrobin hasil isolasi dari temu kunci, dengan empat turunan asil klorida (asetil klorida, propanoil klorida, butiril klorida dan pentanoil klorida), menggunakan basa trietilamin dan pelarut tetrahidrofuran. Uji kemurnian pinostrobin dan empat senyawa hasil sintesis dilakukan dengan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji penentuan titik lebur. Hasil uji menunjukkan bahwa pada uji KLT dengan menggunakan tiga eluen yang berbeda kepolarannya didapatkan hanya ada satu noda, sedang pada uji penentuan titik lebur didapatkan hasil rentang lebur yang kurang dari 2°C. Hal ini berarti bahwa pinostrobin dan empat senyawa hasil sintesis murni secara KLT dan titik lebur, sehingga dapat dilanjutkan dengan konfirmasi struktur.Dari hasil konformasi struktur dengan menggunakan spektrometer infra merah (IR), spektrometer magnetic inti (1H-NMR dan 13 C-NMR), dan spektrometer massa (MS), dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diisolasi dari temu kunci adalah pinostrobin dan senyawa yang disintesis adalah empat turunan pinostrobin yaitu pinostrobin asetat, pinostrobin propionat, pinostrobin butirat, dan pinostrobin pentanoat. Uji aktivitas analgesik pinostrobin dan empat turunannya dilakukan secara in vivo pada mencit (Mus musculus) menggunakan metode uji geliat dengan menentukan nilai ED, yaitu dosis efektif yang dibutuhkan suatu senyawa untuk memberikan efek sebesar 50 persen. Semakin kecil nilai ED50 semakin besar aktivitas senyawa tersebut. Hasil uji menunjukkan bahwa senyawa pinostrobin pentanoat memiliki aktivitas analgesik terbesar (ED50 50= 10,37 mg/kgBB), diikuti oleh pinostrobin butirat (ED = 14,17 mg/kgBB), pinostrobin propionat (ED = 16,92 mg/kgBB), pinostrobin asetat (ED 5050 = 17,80 mg/kgBB), dan pinostrobin yang memiliki aktivitas analgesik terendah (ED 50 = 41,10 mg/kgBB). Untuk mengetahui hubungan kuantitatif struktur-aktivitas (HKSA) turunan pinostrobin, antara perubahan sifat kimia fisika (lipofilik, elektronik dan sterik) dengan aktivitas analgesiknya dilakukan perhitungan persamaan HKSA dengan bantuan program statistik SPSS. Pada penelitian ini perhitungan persamaan HKSA hanya menggunakan satu parameter sifat fisikokimia karena hanya 5 senyawa yang diuji. Dari hasil persamaan HKSA dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linier antara parameter elektronik (E) dan parameter sterik (MR) senyawa turunan pinostrobin terhadap aktivitas analgesik pada mencit. Semakin rendah nilai E total suatu senyawa maka aktivitas analgesiknya akan meningkat, sedang semakin tinggi nilai MR suatu senyawa semakin meningkat aktivitasnya. Dari persamaan HKSA juga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linier antara hasil prediksi aktivitas analgesik secara in silico (RS) dan hasil uji aktivitas analgesik secara in vivo [Log(1/ED 50 total)] dari senyawa-senyawa turunan pinostrobin. 50
Item Type: | Other | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Subjects: | R Medicine R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi | ||||||||
Creators: |
|
||||||||
Depositing User: | Mr M. Fuad Sofyan | ||||||||
Date Deposited: | 21 Oct 2019 01:33 | ||||||||
Last Modified: | 21 Oct 2019 01:33 | ||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/87726 | ||||||||
Sosial Share: | |||||||||
Actions (login required)
View Item |