Raka Abdul Razaq (2019) Deconstructing Equality And Empowerment Of Humanity In The Greatest Showman (2017) Film. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
Text (ABSTRAK)
FS. BE. 73-19 Raz d abstrak.pdf Download (2MB) |
|
Text (DAFTAR ISI)
FS. BE. 73-19 Raz d daftar isi.pdf Download (159kB) |
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
FS. BE. 73-19 Raz d daftar pustaka.pdf Download (2MB) |
|
Text (FULL TEXT)
FS. BE. 73-19 Raz d.pdf Restricted to Registered users only until 18 November 2022. Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Kesetaraan menekankan bukan pada memperlakukan orang dengan cara yang sama namun tentang bagaimana setiap orang dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai hasil yang sama, sementara pemberdayaan berarti tindakan membantu atau mendukung orang yang membutuhkan untuk mencapai kesetaraan seperti orang lain. Keduanya adalah istilah yang sering diangkat dan dikaitkan dengan orang-orang yang termarginalkan terutama ketika menyangkut masalahmasalah seperti halnya ketidaksetaraan, diskriminasi, eksploitasi, dsb. Orang-orang difabel adalah sekelompok orang yang dianggap tergolong sebagai orang-orang yang termarginalkan atau rendah dalam suatu masyarakat. The Greatest Showman (2017) adalah sebuah film yang disutradarai oleh Michael Gracey yang menceritakan kisah P.T. Barnum dengan versinya sendiri tentang apa yang disebut "orang aneh" atau orang-orang difabel sebagai penampil dari sirkus P.T. Barnum. Dengan membentuk konflik atau kontradiksi antara makna film yang diusung dan motifnya dengan perlakuan terhadap P.T. Barnum terhadap anggota sirkusnya, penelitan ini bertujuan untuk mengungkap akan bagaimana film ini menantang hierarki kesetaraan vs ketidaksetaraan, kebaikan sosial vs. kebaikan pribadi, dan pemberdayaan nilai kemanusiaan vs perlemahan nilai kemanusiaan yang karenanya mendekonstruksi makna dari film itu sendiri. Menggunakan metode kualitatif serta teori Dekonstruksi dari Jacques Derrida, konstruksi dan pandangan makna film yang diusung yaitu kesetaraan dan pemberdayaan kemanusiaan menjadi tidak stabil sebagaimana makna tersembunyi diungkapkan melalui oposisi biner, ambivalensi, dan inkonsistensi. Sebagaimana makna yang dimaksudkan didekonstruksi, The Greatest Showman menjadi sebuah film yang tidak hanya membenarkan orangorang penyandang disabilitas diperlakukan secara tidak adil tetapi juga menunjukkan bahwa mereka tidak berdaya di masyarakat sebagai sebuah dampak dari kapitalisme.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB.KK2.FS.BE.73/19 Raz d | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Eksploitasi, kesetaraan, ketidaksetaraan, pemberdayaan, penyandang disabilitas | ||||||
Subjects: | P Language and Literature > P Philology. Linguistics > PE1585 English language -Semantics | ||||||
Divisions: | 12. Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Inggris | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Ny Siti Sawanah | ||||||
Date Deposited: | 28 Jan 2020 01:16 | ||||||
Last Modified: | 31 Jan 2020 10:33 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/91082 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |