ANALISIS PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK HERBA TEMULAWAK DENGAN VARIASI LOKASI PENANAMAN MENGGUNAKAN KLT - DENSITOMETRI

MOHAMMAD CHOIRUL MIZAN, 050810190 (2013) ANALISIS PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK HERBA TEMULAWAK DENGAN VARIASI LOKASI PENANAMAN MENGGUNAKAN KLT - DENSITOMETRI. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img] Text (ABSTRAK)
download.php_id=gdlhub-gdl-s1-2013-mizanmoham-23371&no=6

Download (1kB)
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2013-mizanmoham-23371-1.FULLTEXT.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Faktor yang mempengaruhi komposisi kandungan kimia pada tanaman adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik dan variasi fisiologi. Hal ini menyebabkan keberagaman metabolit pada tanaman, diperkirakan pada tanaman tunggal memiliki 5000-10.000 metabolit dengan total dimungkinkan mencapai 200.000 struktur yang berbeda dalam kerajaan tanaman (Pereira et al., 2006). Keberagaman ini membuat kandungan kimia tanaman memiliki berbagai kemanfaatan, seperti perasa penambah aroma, biopestisida dan zat tambahan makanan dan selain itu juga dapat obat-obatan (Rao dan Ravishankar, 2002). Sekitar 80% pasokan bahan baku industri obat tradisional masih mengandalkan hasil pemanenan dari hutan atau habitat alami, sisanya dipasok dari hasil budidaya secara tradisional, umumnya sebagai usaha sampingan (Hasanah, 2006). Disini terlihat bahwa, sebagian besar industri mengambil bahan baku dilokasi yang berbeda. Padahal kandungan metabolit pada tanaman dipengaruhi faktor eksternal, meliputi perlakuan terhadap tanaman, kondisi lingkungan, letak geografi (Figueiredo et al., 2008). Sebagai negara agraris yang memiliki iklim tropis Indonesia memiliki keberagaman hayati yang cukup besar. Berbagai tanaman dapat tumbuh subur di Indonesia. Salah satu tanaman yang cukup dikenal dan memiliki banyak manfaat pada dunia kesehatan adalah temulawak, Curcuma xanthorrhiza, tanaman famili Zingiberaceae ini merupakan tanaman khas Indonesia. Temulawak banyak ditemukan diberbagai tempat, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. (Rahardjo,2010). Dari uraian permasalahan diatas menarik untuk dilakukan analisis perbandingan profil kromatogram ekstrak herba temulawak dari berbagai tempat menggunakan metode KLT–Densitometri. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan komposisi kandungan kimia herba temulawak yang ditanam di berbagai kondisi lingkungan. Pada penelitian ini, temulawak diambil di areal lahan pertanain yang memiliki karakteristik berbeda, yakni di daerah Lembang, Sukabumi dan Bogor. Herba temulawak yang diambil dari ketiga kota tersebut kemudian dikeringkan dan dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan dengan digetarkan dengan sonikator selama 3 kali 10 menit. Kemudian dipekatkan menggunakan rotavapor dan dialiri gas nitrogen selama 10 menit samapi didapatkan bobot konstan. Rendemen ekstrak yang didapatkan : Sukabumi 7,55%, Bogor 7,51%, Lembang A 4,58%, Lembang B 4,26%, Lembang C 3,73%, lembang D 4,54%. Selanjutnya ekstrak dilakukan uji kadar air. Uji kadar air dilakukan dengan cara metode pengovenan pada suhu 105oC selama 30 menit. Hasil uji kadar air : Sukabumi 15,86%, Bogor 16,78%, Lembang A 14,38%, Lembang B 9,53%, Lembang C 10,12%, lembang D 12,78%. Selanjutnya dilakukan optimasi kondisi analisis. Dipilihlah kosentrasi yang akan digunakan 3000ppm. Jumlah larutan sampel yang akan ditotolkan 20μl. Eluen yang akan digunakan kloroform : metanol (40 : 1). Panjang gelombang yang akan digunakan untuk mendeteksi adalah 366nm. Kondisi ini dipilih karena mampu menghasilkan peak terbanyak dan didapatkan noda yang tidak tailing. Sebelum memasuki analisis sampel, dilakukan validasi metode terlebih dahulu. Pada uji stabilitas dalam pelarut, sampel mampu stabil dalam etanol absolut selama 1 hari. Pada uji stabilitas dalam plat, sampel mampu stabil dalam plat silika gel 60F 254 selama 2,5 jam. Pada uji selektifitas fase gerak, fase gerak yang digunakan mampu membedakan karakterisitik noda masing-masing sampel secara visual. Pada uji presisi, KV jumlah spot kurang dari 10 %, KV rasio area kurang 10%, korelasi spektra >0.95 dan variabilitas Rf interday dan intraday dari 3 peak major memenuhi parameter yang dipersyaratkan oleh Riech (2008). Pada uji robustness, dilakukan dengan perbedaan kadar, hasil yang didapatkan pada rentang jumlah yang ditotolkan sebanyak 15μl - 25μl pada kosentrasi 3000ppm didapatkan jumlah peak yang stabil. Setelah dilakukan validasi dan poin validasi telah memenuhi parameter yang ada, selajutnya adalah dilakukan analisis sampel. Setiap sampel dilakukan replikasi sebanyak 13 kali. Tiap sampel dilakukan eluasi pada satu plat 10 x 20 cm, dilakukan preparasi sampel pada kosentrasi 3000ppm dan ditotolkan menggunakan linomat -5 masing-masing spot sebanyak 20μl. Selanjutnya dilakukan eluasi menggunakan ADC-2 dengan fase gerak terpilih, yakni kloroform : metanol (40 : 1). Plat yang telah dieluasi kemudian di scanning untuk menentukan kromatogramnya menggunakan densitometri pada panjang gelombang 366 nm. Selanjutnya ditentukan peak identity dan peak purity, menggunakan panjang gelombang 200-700 nm. Dari tahap tersebut didapatkan masing-masing area dan Rf. Peak yang diterima adalah peak yang stabil (selalu muncul) pada 13 kali replikasi dan replikasi yang diterima adalah replikasi yang memiliki peak purity dan peak identity yang dipersyaratkan. Pada penelitian ini persyaratan peak identity dan peak purity yakni > 0.9500 Data area dan Rf yang telah disortir kemudian diproses menggunakan excel. Pada pemrosesan ini ditentukan penamaan peak, rRf dan rasio area masing-masing peak pada tiap replikasi sampel. Selanjutnya data yang telah diproses menggunakan excel, diolah menggunakan software analisis multivariat, Unscrambler 9.7. Data yang dihasilkan menunjukkan pemetaan tiap sampel yang berbeda kota terpisah. Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan profil metabolit sampel ekstrak herba temulawak yang memiliki variasi lokasi penanaman. Untuk mengetahui pengaruh lokasi penanaman terhadap kandungan senyawa kimia tanaman lebih mendalam, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai karakteristik kandungan kimia tanaman herba temulawak berasal dari daerah Lembang, Bogor dan Sukabumi, yang dilakukan penanaman pada lokasi yang sama.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK-2 FF.FT.26/13 Miz a
Uncontrolled Keywords: JAVA TURMERIC; CHROMATOGRAPHY
Subjects: Q Science > QK Botany
Divisions: 05. Fakultas Farmasi
Creators:
CreatorsNIM
MOHAMMAD CHOIRUL MIZAN, 050810190UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorGunawan Indrayanto, Prof. Dr.UNSPECIFIED
Depositing User: mrs hoeroestijati beta
Date Deposited: 18 Mar 2013 12:00
Last Modified: 01 Aug 2016 10:02
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/9187
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item