KADEK AYU JULIA HERAWATI SUTABRATA, 050610040 (2010) PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN MORBUS HANSEN (LEPRA/KUSTA) (Studi Di Instalasi Rawat Inap SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2011-sutabratak-20148-ff2021-k.pdf Download (438kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2011-sutabratak-16896-ff2021-p.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Penyakit Morbus Hansen (MH) atau lepra/kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M. leprae), pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Kusta merupakan penyakit menular. Walaupun bukan penyakit yang mematikan tetapi sangat beresiko tinggi menyebabkan deformitas dan kecacatan pada saraf sensorik dan motorik. Di Indonesia insiden penyakit ini cukup besar, tercatat 17.682 orang menderita kusta pada tahun 2006 (Depkes RI, 2007). Pengobatan kusta bertujuan untuk memutuskan rantai penularan, menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita serta mencegah timbulnya kecacatan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan kusta tersebut, yaitu adanya problema obat yang mungkin terjadi selama penggunaan terapi dapson, rifampisin dan lampren antara lain efek samping dapson (anemia, DDS Syndrome, hepatitis dan reaksi alergi); rifampisin (hepatotoksik, flu like syndrome dan sindroma kulit); lampren (gangguan gastrointestinal, hiperpigmentasi, kulit dan mukosa kering) yang masih cukup banyak serta masalah kepatuhan pasien selama menjalankan terapi. Penelitian ini bertujuan mengkaji pola penggunaan obat terkait data laboratorium atau data klinis pasien dan mengidentifikasi kemungkinan adanya problema obat pada pasien kusta yang menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap (IRNA) SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jenis penelitian adalah observasional retrospektif dan analisa secara deskriptif. Sampel yang digunakan meliputi seluruh pasien kusta yang menjalani rawat inap selama 28 bulan mulai 1 Januari 2008 sampai 31 April 2010 (N = 49). Kriteria inklusi, yaitu pasien dengan diagnosis akhir kusta yang mendapatkan pengobatan utama kusta “Multi Drug Therapy (MDT)”. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh pasien kusta merupakan tipe Multibasiler (MB), sebagian besar termasuk pasien lama yang sedang menjalankan regimen Multi Drug Therapy (MDT) (80%), faktor resiko penularan terjadinya kusta pada pasien sebagian besar kemungkinan karena faktor lingkungan (airbone disease) (86%), kemudian diikuti dengan adanya riwayat kontak dengan penderita kusta sebelumnya (12%) serta diperoleh juga beberapa daerah endemis di Jawa Timur dan sekitarnya, Surabaya Barat sebagai daerah endemis terbesar (29%). Selain itu, juga diperoleh pola penggunaan obat yang digunakan dalam terapi kusta meliputi terapi utama sesuai dengan regimen WHO, yaitu MDT. Pada penelitian ini sebagian besar pasien menggunakan terapi MDT tipe MB (86%) dan sisanya menggunakan terapi MDT tipe MB tanpa dapson (12%) atau MDT tanpa lampren (2%) terkait efek samping obat. Terapi untuk mengatasi reaksi kusta adalah kortikosteroid (metil prednisolon 41%) dan NSAID (asetosal 39%). Berbagai terapi simptomatik yang digunakan meliputi antipiretik, antihistamin, antasida dan antiulser, nutrisi dan vitamin serta perawatan topikal. Terapi lain yang diberikan sesuai dengan efek samping obat dan komorbid yang dialami oleh pasien. Outcome terapi pasien kusta dapat dilihat melalui hubungan penggunaan obat dengan status dermatologis terkait (makula eritema, nodul eritema, neuritis dan lain-lain), data laboratorium terkait (HgB, RBC, HCT, WBC, LED) dan data klinik terkait (mual, muntah, nyeri perut, perih ulu hati). Kompleksnya obat yang digunakan dalam terapi dapat menimbulkan Drug Related Problems (DRPs), yang paling banyak terjadi adalah problema efek samping obat berupa anemia dan DDS Syndrome yang disebabkan oleh dapson (12%); mual, muntah dan nyeri perut yang disebabkan oleh beberapa obat seperti MDT, kortikosteroid, NSAID dan eritromisin (18%), serta ktidakpatuhan pasien dalam menjalankan regimen MDT (10%).
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK2 FF. 202/11 Sut p | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | DRUG UTILIZATION ; LEPROSY | |||||||||
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA648.5-767 Epidemics. Epidemiology. Quarantine. Disinfection R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA960-1000.5 Medical centers. Hospitals. Dispensaries. Clinics R Medicine > RC Internal medicine |
|||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Deby Felnia | |||||||||
Date Deposited: | 12 Oct 2011 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 25 Oct 2016 18:17 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/9804 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |