Ririn Riani, FF
(2009)
VALIDASI METODE KCKT UNTUK PENETAPAN KADAR SIANIDIN DALAM BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdarifa Linn.).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) merupakan tumbuhan yang ditanam secara luas di daerah tropis (Hirunpanich et al., 2005) yang memiliki kaliks merah yang dapat dimakan sehingga menghasilkan b°berapa produk makanan dan minuman berapa jeli, selai, saus, minuman segar (Clydesdale et al., 1979), sirop dan teh (Anonim, 2006). Di Indonesia rosela lebih dikenal dengan narna teh merah (Anonim, 2007).
Senyawa-senyawa yang ada dalam Hibiscus sabdariffa antara lain asam buah (15-30%) yaitu asam sitrat, asam malat, asam tartat; flavonoid (Sifton, 2000), alkaloid, asam L-askorbat, anisaldehid, 0-karoten, (3-sitosterol, hibiscetin, mukopolisakarida, kuersetin (Hirunpanich et al., 2005), delfinidin-3-sambubiosida (71,4%), . sianidin-3-sambubiosida (26,6%) dan delfinidin-3-glukosida (2%) (Wong el al., 2002).
Sianidin-3-glukosida memiliki aktivitas antioksidasi 3,5 kali dari vitamin E pada uji Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) (Wang et al., 1997) sehingga mampu berperan dalam pencegahan penyakit jantung, kanker dan peradangan (Nakajima et al., 2004), dapat mengobati penyakit fibrosistik pada payudara manusia (Leonardi, 1993), penyakit mikrosirkulasi akibat kekakuan kapiler darah (Mian et al., 1977), menjaga permeabilitas vaskular (Robert et al., 1977), mencegah aterosklerosis pada kelinci (Kadar et al., 1979),. antineoplastik (Kamel et al., 1995). Sianidin antara lain terdapat dalam bunga Rosela sehingga penetapan kadar sianidin dalam bunga Rosela sangat penting dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat tent,ang kadar sianidin dalam bunga Rosela.
Beberapa metode telah dikembangkan untuk menentukan kadar antosianin yaitu KLT (Wong et al., 2002), KCKT (Wong et al., 2002), dan spektrofotometri (Lohachoompol et al., 2004). Kromatogarafr Cair Kinerja Tinggi (KCKT) memiliki beberapa keuntungan antara lain detektor bervariasi, kolom dapat dipakai berulang kali, serta ketepatan dan ketelitiannya yang relatif tinggi di jajaran teknik analisis fisiko-kimia (Mulja dan Suharman, 1995).
Dalam bunga Rosela, sianidin tercampur dengan komponen-komponen yang lain. Untuk dapat memisahkan sianidin dari campuran komponen yang kompleks diperlukan suatu eluen yang dapat memisahkan sianidin dari komponen lain, maka dilakukan penelitian untuk mencari eluen yang dapat memisahkan sianidin dari komponen bunga Rosela yang kompleks.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan optimasi fase gerak metanol-dapar fosfat pH berdasarkan kriteria harga Rs dan harga a, rnelakukan validasi metode penetapan kadar sianidin dalam bunga Rosela secara KCKT serta menentukan kadar sianidin dalam bunga Rosela dengan metode KCKT.
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penetapan kadar air dalam bunga Rosela, ekstraksi sianidin dalam bunga Rosela, optimasi kondisi KCKT, analisis kualitatif, validasi metode dan penetapan kadar sianidin dalam bunga Rosela. Validasi metode pada penelitian ini terdiri dari penentuan linieritas, batas deteksi, batas kuantitasi, presisi alat, presisi metode dan akurasi.
Tahap pertima ada.lah melakukan penetapan kadar air dalam bunga Rosela. Pada penelitian ini diperoleh kadar air dalam bunga rosela sebesar 91,125 %. Preparasi sampel dilakukan dengan cara mengekstraksi bunga Rosela segar dalam larutan 50% v/v asam asetat dalam air sehingga diperoleh filtrat. Filtrat tersebut ditambah HC1 2 M untuk dihidrolisis pada suhu 80°C selama 60 menit sehingga antosianin menjadi antosianidin (yaitu sianidin) dan gula. Ekstrak berwarna tersebut didinginkan, kemudian divorteks dengan n-heksan, petroleum eter dan etil asetat, selanjutnya fase air diambil. Selanjutnya fase air diekstraksi dengan n-amil alkohol. Pisahkan fase n-amil alkohol kemudian divapkan sampai kering, maka diperoleh ekstrak kering sianidin. Kemudian ekstrak keying sianidin tersebut dilarutkan pada larutan 0,01% HC1 dalam metanol. Selanjutnya difiltrasi dengan membran 0,2 gm dan siap dilakukan analisis dengan KCKT.
Penetapan kadar sianidin dalam bunga Rosela menggunakan metode KCKT dilakukan menggunakan fase diam RP-18 LiChrospher 4 mm x 250 mm x 5 gm, fase gerak metanol : dapar fosfat pH 3 (40:60), kecepatan alir 1 mL/rnenit, detektor DAD, panjang gelombang pengamatan 533,8 nm dan suhu kolorn 30°C. Pada penentuan selektivitas diperoleh harga a 1,68 (a > 1) dan R8 1,77(R8 > 1,5). Pada penentuan linieritas diperoleh persamaan regresi linier y = 67,0459x – 10,9063; r hitting = 0,99903; r tabel (a = 0,05; db = 7) = 0,666 (r hitung > r tabel); V xo sebesar 3,296% (VX° < 5%) sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan linier antara konsentrasi sianidin pada rentang 1,005 sampai 21,10 gg/mL terhadap area sianidin. Pada penetapan batas deteksi (BD) dan batas kuantitasi (BK) dilakukan dengan rnenyuntikkan standar sianidin dengan rentang konsentrasi 0,3998 sampai 0,6998 lrg/mL kemudian diamati dan dibuat kurva linieritas antara konsentrasi standar sianidin (gg/mL) dengan tinggi puncak sianidin (mAU). Diperoleh data persamaan linieritas y = 0,3968x – 0,01675 dengan r hitting 0,9629 yang lebih besar dari r tabel (a = 0,05, db = 3) yaitu 0,787. Batas deteksi (BD) sianidin 0,15 gg/mL dan batas kuantitasi (BK) 0,50 gg/mL. Penentuan presisi alat dilakukan dengan menyuntikkan larutan standar sianidin 12,06 gg/.nL sebanyak 10 kali pada KCKT dan diperoleh harga KV sebesar 1,95 %, yang memenuhi persyaratan yaitu KV< 2 %. Pada penentuan presisi metode diperoleh harga koefisien variasi sebesar 8,48 %, yang memenuhi persyaratan KV < 10%. Pada penentuan akurasi diperoleh harga rata-rata prosen perclehan kembali sebesar 100,52 %. Persyaratan. akurasi bionalisis sebesar 80-120%, sehingga dapat dikatakan bahwa prosen perolehan kembali memenuhi persyaratan.
Pada penetapan kadar sianidin dalam bunga Rosela diperoleh kadar sianidin sebesar 3,31.104 ± 6,09.10-5 % b/b terhadap berat basah atau 3,73.10-3 ± 6,84.10 % b/b terhadap berat kering.
Actions (login required)
|
View Item |