Fatihah Al Firdaus, 050413010
(2008)
MAMMARY CANCER MODELLING: PENELITIAN EFEK EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness.) TERHADAP KARSINOMA MAMMAE TIKUS DENGAN INDUKSI DMBA Mammary Cancer Modelling: Research of the Effect of Andrographis paniculata Extract on Mammary Carcinoma in t.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Kanker merupakan penyebab utama kedua kematian orang dewasa di negara maju, dan merupakan salah satu penyebab utama kematian anak-anak yang berumur antara 1 hingga 14 tahun (NCI fact sheet, 2007). Kanker merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan pergeseran dalam kontrol berbagai mekanisme yang mengatur proses bertahan hidup, proliferasi dan diferensiasi sel (Katzung, 2007). Kanker payudara adalah proses komplek yang mengalami berbagai tahapan yang dapat diinduksi salah satunya oleh bahan kimia, selain itu dapat juga disebabkan oleh radiasi, virus atau faktor genetik. Untuk menunjukkan interaksi yang kompleks mengenai kanker, maka dibutuhkan model hewan coba untuk mengetahui mekanisme kanker yang terjadi akibat induksi bahan kimia (Russo dan Russo, 1996). Pada penelitian ini, dibuat model hewan coba dengan cara, Tikus betina galur Sprague dawley diinduksi DMBA (7,12-dimethylbenz(a)anthracene) dosis 20 mg/ kg BB secara per oral sebanyak 10 kali induksi dalam waktu lima minggu. Setelah diikuti dengan masa pematangan selama sembilan minggu, hewan coba dikorbankan dan dilakukan pengamatan makroskopik meliputi volume kelenjar mammae serta pengamatan histopatologi.
Mekanisme DMBA menginduksi kanker mammae karena DMBA berinteraksi secara cepat dengan sel yang sedang berproliferasi di terminal end bud membentuk DNA adduct, yang berperan dalam mengubah sel terminal end bud yang normal menjadi kanker. Diperkirakan aksi yang menginduksi karsinogen tergantung pada sekresi ovari. Selanjutnya selama periode laten siklus esterogen, terkait dengan rendahnya kadar preovulasi dari Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH), peningkatan kadar 1713-estradiol, dan kekacauan pola gen untuk Hypotalamic Gonadotropin-Releasing Hormon serta reseptornya di hipotalamus. Selain itu, tikus yang diinduksi DMBA menunjukkan rendahnya pelepasan LH sebagai respon terhadap penggantian estradiol. Penurunan pelepasan Hypotalamic Gonadotropin-Releasing Hormon diukur secara in vitro menggunakan synaptosomes dari mediobasal hypotalamus. Mengingat sifat esterogenik dari molekul DMBA, hat ini memungkinkan karsinogen ini mendesak dengan efeknya yang bertahan lama pada membran plasma dari neuron yang sensitif esterogen. Selain itu, DMBA dapat berinteraksi dengan reseptor esterogen dan sebagian menunjukkan aksi positif dan negatif feedback dari estradiol pada tikus yang .mengalami ovariectomized (Lenoir et al, 2005). DMBA pada penelitian ini dapat menginduksi 90 % kanker mammae pada hewan. Hewan yang diinduksi DMBA juga menunjukkan perubahan volume kelenjar mammae yang berbeda dibandingkan kelompok kontrol normal (dengan F(i,ll) = 100,592 dan p < 0,001 melalui uji ANOVA satu arah.
Kanker mammae umumnya diobati dengan cara pembedahan, radiasi, dan kemoterapi dengan obat sitotoksik yang akan merusak DNA atau bertindak sebagai inhibitor umum pada pembelahan sel. Oleh karena itu, tidak semua pasien mendapatkan keuntungan dari terapi yang mereka dapatkan (Carlson, 2005). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pencarian dan penemuan senyawa bioaktif dari tanaman obat Indonesia yang memiliki aktivitas antikanker, khususnya terhadap kanker mammae, dan telah didapatkan hasil bahwa senyawa andrografolida dari sambiloto (Andrographis paniculata Nees) memiliki aktivitas tersebut (Sukardiman, 2005).
Pada penelitian ini dilakukan pengujian efek preventif dan kuratif ekstrak sambiloto terhadap karsinoma mammae tikus putih betina galur Sprague dawley. Metode preventif dilakukan dengan cara, hewan coba diberikan sampel uji secara peroral setiap hari pada pagi hari, dua minggu sebelum pemberian DMBA, selama pemberian DMBA, dan lima minggu setelah pemberian DMBA (total 12 minggu) dengan dosis sampel uji masing-masing 100, 300 dan 1000 mg/kg BB. Pemberian DMBA dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak dua kali seminggu selama lima minggu. Pemberian sampel uji dan DMBA berbeda minimal selama dua jam. Pemberian ekstrak dengan metode preventif menghasilkan volume kelenjar mammae yang berbeda secara signifikan dengan model DMBA dengan F(4,36) _ 99,930 dan p < 0,001 melalui uji ANOVA satu arah dan tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Kejadian kanker mammae pada tikus metode preventif 100 mg/ kg BB dan 300 mg/kg BB adalah 30 % dan preventif 1000 mg/ kg BB adalah 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dengan metode preventif berpengaruh terhadap turunnya kejadian kanker mammae pada tikus.
Pada metode kuratif, sampel uji (ekstrak sambiloto) dengan dosis masing¬masing 100, 300 dan 1000 mg/kg BB diberikan setelah dilakukan pemberian DMBA dengan dosis 20 mg/kg BB per oral, dua kali seminggu selama 5 minggu. Hewan coba diberi sampel uji secara per oral setiap hari pada pagi hari, setelah terbentuk nodul tumor sesuai dengan dosis masing-masing. Lama pemberian sampel uji selama enam minggu. Berbeda dengan metode preventif, pada metode kuratif tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume kelenjar mammae kelompok perlakuan kuratif dengan model DMBA dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol normal vs kuratif 100 mg/kg BB dan 1000 mg/ kg BB dengan F (4,27) = 2,239; p<0.05) melalui uji anova satu arah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dengan metode kuratif tidak berpengaruh terhadap turunnya kejadian kanker mammae pada tikus yang diinduksi DMBA.
DMBA dapat menginduksi kanker mammae pads tikus dengan memperhatikan usia hewan saat karsinogen diberikan. Senyawa Andrographalide yang terdapat pada ekstrak sambiloto mempunyai efek terhadap membaiknya kanker mammae tikus secara preventif dan kuratif, namun treatment preventif lebih baik dan dapat menurunkan kejadian kanker payudara tikus melalui mekanisme Andrographolide yang berkontribusi terhadap efek sitotoksik dengan fragmentasi DNA serta induksi apoptosis.
Perlu dilakukan berbagai penelitian mengenai dosis dan rute administrasi yang paling balk digunakan serta kondisi host yang optimal untuk terjadinya respon terhadap tumor akibat DMBA dalam membuat model kanker mammae. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai farmakokinetik metabolisme andrographolide untuk menentukan dosis efektif optimum dari komponen fitokimia tersebut dalam menghambat kanker payudara pada rnanusia.
Actions (login required)
|
View Item |