Salam, Rudy, NIM. 050312786 (2009) STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT (Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit TNI-AL Dr. RAMELAN Surabaya). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2008-salamrudy-9415-ff1410-k.pdf Download (456kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2009-salamrudy-9109-ff1410-s.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada negara maju, salah satunya adalah infark miokard. Mortalitas karena infark miokard akut (IMA) kurang lebih 30 persen, dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum individu yang terserang mendapat penanganan dari rumah sakit. Dengan demikian IMA telah menjadi masalah kesehatan utama pada negara maju dan diperkirakan juga akan menjadi masalah utama pada negara berkembang karena terjadinya perubahan pola hidup pada negara berkembang yang menunjang terjadinya aterosklerosis. Sehingga, apabila hal ini dibiarkan maka IMA akan menjadi penyebab kematian utama di abad ke-21. Oleh karena itu pencegahan dan penanganan penyakit ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan, karena dapat menyelamatkan ribuan jiwa dan akan menghemat milyaran biaya kesehatan. Pada pasien infark miokardial dengan infark yang mulai meluas hingga mencapai transmural dan cenderung semakin meluas akan menyebabkan remodeling pada ventrikel kiri yang akan menyebabkan perubahan fungsi jantung baik pada daerah infark maupun daerah yang normal, yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi ventrikel kiri. Terapi pada pasien infrak miokardial bertujuan untuk meminimalkan infark yang terjadi, mencegah komplikasi, menghambat progesifitas iskemia dan menurunkan resiko kematian. Terapi utama yang diberikan revaskularisasi arteri yang tersumbat dan selanjutnya adalah untuk mempertahankan kelancaran aliran darah arteri koronaria, memelihara fungsi ventrikel kiri, menurunkan kebutuhan oksigen miokardial sehingga menurunkan resiko terjadinya reinfark. Terapi yang diberikan: oksigenasi; vasodilator (nitrat dan pentoksifilina); analgesik poten; antitrombosis (fibrinolitik, antikoagulan dan antiagregasi platelet); inhibitor ACE dan anti aritmia. Mengingat banyaknya jumlah obat yang diterima oleh pasien infark miokardial sehingga kemungkinan terjadinya permasalahan terakit dengan obat (DRP) semakin besar. Selain itu, pemilihan jenis obat yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi sehingga diperlukan peranan farmasis dalam asuhan kefarmasian sebagai tim pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pola penggunaan obat pada terapi infark mokardial; (2) mengetahui permasalahan terkait dengan obat (Drug Related Problem) meliputi dosis, cara/aturan penggunaan, interaksi dan efek samping obat. Hasil penelitian dengan metode obsenasional retrospektif diperoleh dari RMK dan lembar observasi harian cardiovascular care unit (CVCU) pasien infark miokardial yang MRS pada periode Juni 2006-Mei 2007 di Rumkital Dr. RAMELAN Surabaya, diperoleh data yang memenuhi inklusi penelitian dengan data terapi obat yang lengkap sebanyak 30 RMK. Data tersebut kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil demografi menunjukkan prevalensi infark miokard lebih dominan pada laki-laki (77 %) dengan sebaran usia antara > 55-60 tahun (33,33 %). Faktor resiko terkait dengan infark miokardial mulai dari urutan tertinggi yaitu hipertensi (36,6%), hipertensi dengan diabetes mellitus (23,3%), hiperiensi dengan merokok (16,6%), tidak diketahui (10%), diabetes mellitus (6,6%), merokok (3,3%) dan dislipidemia (3,3%). Data klinik dan data laboratorium yang spesifik untuk infark miokardial yaitu riwayat nyeri pasien, troponin I positif dan adanya perubahan EKG pada pasien (ST elevasi, ST depresi dan Q patologis). Sesuai dengan tujuan terapi, teridentifikasi penggunaan obat infark miokard berupa: oksigenasi (100 %); resusitasi cairan (RL 93,33 % dan normal saline 6,66 %); vasodilator (ISDN 100 %, ISMN 3,33 % dan pentoksifilina 3,33 %); analgesik poten (morfin 6,66 % dan pethidine 3,33 %); fibrinolitik (streptokinase 26,66%); antikoagulan (heparin 6,66%, warfarin 3,33%, nadroparine 70%, enoxaparine 10% dan fondaparinux 3,33%); antiagregasi platelet (asetosal 90% dan klopidogrel 80%); β-bloker (bisoprolol 56,66%); pemblok kanal kalsium (diltiazem 10%); antiaritmia lain (amiodaron 6,66%); ACEI (kaptopril 40% dan lisinopril 23,33%); ARBs (valsartan 3,33% dan kandesartan 6,66%). Efek samping yang potensial terjadi yaitu: (1) asetosal, antara lain perdarahan, gastritis; (2) heparin, antara lain perdarahan, trombositopenia; (3) ACEI, antara lain batuk, hipotensi, hiperkalemia; (4) β-bloker, antara lain hipotensi, bradikardia. Interaksi obat yang potensial terjadi yaitu: (1) interaksi farmakokinetik, antara lain aspirin-spironolakton (13,33%), diltiazem-simvastatin (3,33%); (2) interaksi farmakodinamik, antara lain ACEI-furosemide (16,66%), ACEI-spironolakton (13,33%), asetosal-insulin (10%), heparin-asetosal (6,66%), warfarin-asetosal (3,33%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan obat pada penderita infark miokard akut di Rumkital Dr. RAMELAN telah sesuai dengan American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA) Guideline Recommendations.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FF. 141 08 Sal s | ||||||
Uncontrolled Keywords: | ATHEROSCLEROSIS; MALONDIALDEHYDE | ||||||
Subjects: | R Medicine > RC Internal medicine > RC666-701 Diseases of the circulatory (Cardiovascular) system R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology |
||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Sulistiorini | ||||||
Date Deposited: | 17 Feb 2009 12:00 | ||||||
Last Modified: | 05 Jun 2017 22:12 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10044 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |