PENGARUH β-SIKLODEKSTRIN SEBAGAI SENYAWA PEMBENTUK KOMPLEKS INKLUSI TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT PADA SUASANA BASA

Febri Annuryanti, 050212494 (2007) PENGARUH β-SIKLODEKSTRIN SEBAGAI SENYAWA PEMBENTUK KOMPLEKS INKLUSI TERHADAP KELARUTAN ASAM MEFENAMAT PADA SUASANA BASA. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2007-annuryanti-4546-ff4807-t.pdf

Download (522kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2007-annuryanti-4546-ff4807.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Asam mefenamat merupakan non steroidal antiinflammatory drugs (NSAID) yang memiliki sifat praktis tidak larut dalam air. Sifat ini akan berpengaruh terhadap onset of action-nya. Salah satu usaha peningkatan kelarutan asam mefenamat dapat dilakukan dengan membentuk kompleks inklusi asam mefenamat-β-siklodekstrin. β -siklodekstrin merupakan senyawa pembentuk kompleks inklusi yang berbentuk oligosakarida siklik dan tersusun atas 7 unit glukosa. Kompleks inklusi dapat terbentuk dikarenakan adanya kesesuaian ukuran molekul antara asam mefenamat dengan rongga β-siklodekstrin. Dengan ukuran molekul yang sesuai, bagian molekul asam mefenamat yang bersifat hidrofobik dapat tepat masuk kedalam rongga β-siklodekstrin yang bersifat hidrofobik. Faktor lain yang mendorong terbentuknya kompleks inklusi adalah interaksi termodinamik antar senyawa pembentuk kompleks inklusi serta tersedianya energi yang sesuai. Nilai pH larutan dan pKa obat yang digunakan harus dipertimbangkan saat pembentukan kompleks inklusi dikarenakan β-siklodekstrin lebih cenderung membentuk kompleks inklusi dengan molekul obat yang tidak terionisasi. Semakin besar nilai pH larutan, maka Asam mefenamat dengan nilai pKa 4,2 akan semakin banyak terionisasi. Banyaknya molekul yang terionisasi akan mempengaruhi pembentukan kompleks inklusi asam mefenamat-β-siklodekstrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh β-siklodekstrin sebagai senyawa pembentuk kompleks inklusi terhadap kelarutan asam mefenamat pada pH basa. Sebelum penentuan kelarutan asam mefenamat pada pH 7,0; 8,0; 9,0; dan 10,0 dilakukan, terlebih dahulu ditentukan waktu kelarutan jenuh asam mefenamat dalam air suling. Untuk uji waktu kelarutan jenuh, dilakukan ultrasonik terhadap sampel asam mefenamat selama 1 jam kemudian dikocok menggunakan waterbath shaker dengan suhu 37±0,5ºC dan kecepatan 130 kali/menit. Sampel diambil pada jam ke-2, 4, 5, 6, dan 7 kemudian ditentukan kadarnya. Dari hasil uji Anova yang dilakukan, ditetapkan waktu kelarutan jenuh asam mefenamat pada jam ke-5. Dari penelitian diperoleh hasil kelarutan asam mefenamat dalam larutan dapar tanpa β-siklodekstrin sebesar 7,35x10-4M pada pH 7,0; 1,43x10¯³; M pada pH 8,0; 2,18x 10-2 M pada pH 9,0; dan 5,51x10-² M pada pH 10,0. Hasil ini sesuai dengan teori persamaan Handerson-Haselbaach yang menyebutkan bahwa obat yang bersifat asam lemah akan lebih banyak terionisasi wiring dengan meningkatnya pH. Banyaknya bagian molekul asam mefenamat yang terionisasi akan meningkatkan kelarutan asam mefenamat. Hasil yang sama juga nampak pada asam mefenamat yang dilarutkan dalam larutan dapar dengan β-siklodekstrin 2x10-3 M. Kelarutan asam mefenamat dalam larutan dapar yang mengandung β-siklodekstrin 2x10-3M juga mengalami peningkatan seiring meningkatnya pH dengan nilai berturut-turut 9,34x10-4 M path pH 7,0; 1,81x10-3 M pada pH 8,0; 2,25x 10-2 M pada pH 9,0; dan 5,32x 10-2 M pada pH 10,0. Besarnya persentase peningkatan kelarutan asam mefenamat dalam larutan dapar dengan -β-siklodekstrin 2x10-3M mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya pH. Pada pH 7,0 terjadi peningkatan kelarutan sebesar 27,07 %; pada pH 8,0 terjadi peningkatan kelarutan sebesar 26,57 %; pada pH 9,0 terjadi peningkatan kelarutan sebesar 3,20 % sedangkan pada pH 10,0 terjadi penurunan kelarutan asam mefenamat sebesar 3,45 %. Berdasarkan uji t-test pada pH 7,0 dan pH 8,0 didapatkan nilai sig.(2-tailed)<0,05 yang menunjukkan bahwa pada pH 7,0 dan pH 8,0 terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar asam mefenamat dalam larutan tanpa dan dengan β-siklodekstrin 2x10-3 M. Sedangkan pada pH 9,0 dan pH 10,0 didapatkan nilai sig.(2-tailed)>0,05, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar asam mefenamat dalam larutan tanpa dan dengan β-siklodekstrin 2x10-3 M. Tidak adanya perbedaan kelarutan asam mefenamat dalam larutan dapar tanpa dan dengan β-siklodekstrin 2x10-3 M pada pH 9,0 dan pH 10,0 dapat terjadi karena semakin banyaknya molekul asam mefenamat yang terionisasi sehingga jumlah kompleks inklusi yang terbentuk juga semakin kecil. Banyaknya jumlah molekul asam mefenamat yang terionisasi menyebabkan gaya tolak dari rongga β-siklodekstrin yang bersifat hidrofob. Gaya tolak ini menyebabkan molekul asam mefenamat yang terionisasi menjadi lebih mudah keluar masuk rongga β-siklodekstrin sehingga kompleks yang terbentuk menjadi tidak stabil. Dan hasil uji kelarutan asam mefenamat dapat diketahui bahwa β-siklodekstrin 2x10-³M dapat meningkatkan kelarutan asam mefenamat pada pH 7,0 sebesar 27,07 % dan pH 8,0 sebesar 26,57 %. Sedangkan pada pH 9,0 dan pH 10,0, larutan dapar dengan β-siklodekstrin 2x10-3 M tidak mempengruhi kelarutan asam mefenamat. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konstanta stabilitas (Ks) untuk mengetahui kestabilan kompleks inklusi yang terbentuk.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK-2 FF.48/07 Ann p
Uncontrolled Keywords: MEFENAMIC ACID
Subjects: R Medicine
Divisions: 05. Fakultas Farmasi
Creators:
CreatorsNIM
Febri Annuryanti, 050212494UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorDEWI ISADIARTUTI, Dra. M.Si., AptUNSPECIFIED
Thesis advisorSOEMARTINI, Dra. S.,MARS., Apt.UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Deby Felnia
Date Deposited: 07 May 2007 12:00
Last Modified: 06 Jun 2017 16:54
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10176
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item