Audrey Novita Arijanto, 050212505 (2007) EFEKTIFITAS VANADIL SULFAT TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) DIABETES MELLITUS TIPE 2. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2007-arijantoau-4642-ff1300-t.pdf Download (458kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2007-arijantoau-4642-ff13007.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif yang prevalensinya cenderung meningkat. Pada tahun 2000 di Amerika jumlah pasien diabetes mencapai 13 juta dan pada tahun 2005 jumlah tersebut meningkat menjadi 20,8 juta. Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gaya hidup masyarakat yang berubah, pergeseran pola makan sehat ke pola makan tidak sehat, tidak sempatnya berolahraga dan usia harapan hidup yang meningkat. Terapi diabetes mellitus yang telah dilakukan selama ini menggunakan insulin dan berbagai jenis obat diabetes oral. Meskipun tingkat keberhasilan terapi insulin dan obat diabetes oral tersebut cukup baik namun pemakaian jangka panjang akan menimbulkan toleransi dan efek samping. Oleh karena itu diperlukan terobosan baru untuk mendapatkan metode penanganan diabetes mellitus yang lebih baik dan lebih spesifik. Penelitian biomolekuler menunjukkan bahwa terjadinya resistensi atau toleransi terhadap insulin berkaitan dengan adanya peningkatan aktivitas enzim tyrosine phosphatase. Enzim ini berfungsi dalam mengatur insulin signaling dengan jalan defosforilasi dan inaktivasi reseptor insulin. Ikatan insulin dengan reseptor insulin akan mengaktifkan berbagai molekul intraseluler yang terlibat dalam jalur insulin signaling yang kemudian akan menstimulasi glucose transporter 4 untuk bergerak ke membran sel dan memasukkan glukosa dari darah ke dalam sel. Jalur insulin signaling diawali dengan aktivasi tyrosine kinase pada reseptor insulin. Aktivasi pada tyrosine kinase menstimulasi terjadinya fosfatasi tyrosine oleh enzim tyrosine phosphatase sehingga reseptor insulin mengalami desentisisasi. Perlindungan reseptor insulin dari proses fosfatasi pada gugus tyrosine merupakan strategi baru dalam terapi diabetes mellitus. Bahan yang menunjukkan kemampuan untuk itu adalah vanadil sulfat. Pada penelitian ini diuji efektifitas penghambat tyrosine phosphatase yaitu vanadil sulfat terhadap penurunan glukosa darah pada mencit yang menderita diabetes mellitus tipe 2. Efektifitas vanadil sulfat tersebut kemudian dibandingkan dengan obat diabetes oral dari golongan sulfonilurea yang telah banyak digunakan, yaitu glibenklamid. Model diabetes mellitus tipe 2 dibuat dengan cara, mencit jantan galur Balb C berumur 8 minggu diinjeksi streptozotocin 75 mg/kg secara intraperitonial. Injeksi streptozotocin diulangi dengan dosis 50 mg/kg 2 minggu setelah injeksi pertama. Untuk memantau perkembangan diabetes mellitus, kadar glukosa darah diukur pada had 0, 7, 14, 21, dan 26 dengan alat portable glukometer. Setelah terjadi diabetes mellitus (hari ke-26) pada mencit, vanadil sulfat diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Vanadil sulfat diberikan sekali sehari selama 7 hari dengan dosis 1 - 200 mg/kg. Kadar glukosa darah kemudian diukur pada hari ke-26, 27, 29, 31, 33, dan 40. Pada pemberian vanadil sulfat 1 mg/kg dan 10 mg/kg sekali sehari selama 7 hari tidak menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan dibanding kelompok diabetes (F(1,53) = 2,392; p = 0,128 untuk dosis 1 mg/kg, F(1,33) = 1,540; p = 0,223 untuk dosis 10 mg/kg). Sementara pads pemberian vanadil sulfat dengan dosis 30 mg/kg dan 50 mg/kg menunjukkan penurunan glukosa darah secara bermakna (F(1,33) = 11,985; p = 0,002 untuk dosis 30 mg/kg, F(1,44) = 10,516; p = 0,001 untuk dosis 50 mg/kg). Pemberian tunggal vanadil sulfat juga menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada kelompok vanadil sulfat 50 mg/kg, 100 mg/kg, 150 mg/kg, dan 200 mg/kg dibanding kelompok diabetes (p = 0,001 untuk dosis 50 mg/kg, p = 0,017 untuk dosis 100 mg/kg, p = 0,001 untuk dosis 150 mg/kg, p = 0,001 untuk dosis 200 mg/kg). Pemberian vanadil sulfat menunjukkan adanya maintenance effect pada penurunan glukosa darah. Kelompok mencit yang mendapatkan vanadil sulfat dosis 1 mg/kg sampai dengan 50 mg/kg mampu mempertahankan kadar glukosa darah yang hampir sama dengan kadar glukosa darah kelompok kontrol meskipun pemberian vanadil sulfat sudah dihentikan. Kelompok mencit yang mendapatkan glibenklamid 0,65 mg/kg menunjukkan kadar glukosa darah yang cenderung kembali ke keadaan diabetes setelah pemberian glibenklamid dihentikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vanadil sulfat mampu untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan jalan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Dosis yang paling optimal berdasarkan hasil penelitian adalah 30 mg/kg. Dibandingkan dengan glibenklamid, vanadil sulfat memiliki potensi yang jauh lebih besar dalam menurunkan kadar glukosa darah. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis yang paling aman dan optimal dalam penggunaan vanadil sulfat.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FF.130/07 Ari e | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | BLOOD SUGAR; DIABETIC | |||||||||
Subjects: | R Medicine R Medicine > RC Internal medicine |
|||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Deby Felnia | |||||||||
Date Deposited: | 14 May 2007 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 06 Jun 2017 17:19 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10187 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |