REGULASI KESEIMBANGAN RESEPTOR OPIOID µ DAN x DALAM MENEKAN GEJALA WITHDRAWAL PADA MENCIT YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN MORFIN

EVHY APRYANI, 050312849 (2009) REGULASI KESEIMBANGAN RESEPTOR OPIOID µ DAN x DALAM MENEKAN GEJALA WITHDRAWAL PADA MENCIT YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN MORFIN. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2009-apryanievh-9133-ff104_08.pdf

Download (223kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2009-apryanievh-9133-ff104_08.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Dewasa ini prevalensi penyalahgunaan obat atau bahan obat golongan narkotika dan psikotropika meningkat secara eksponensial. Pada tahun 2005 United Nations Office on Drug and Crime (UNODC) melaporkan sekitar 200 juta jiwa atau 5% dari total populasi dunia menggunakan obat terlarang, dimana 2,8% dari jumlah tersebut merupakan penyalahgunaan opioid. Di Indonesia, lebih dari 1,5% dari total jumlah penduduk (± 3,2 juta jiwa) merupakan penyalahguna obat golongan narkotika dan psikotropika. Beberapa obat golongan opioid yang sering disalahgunakan adalah morfin. Penggunaan morfin secara berulang dapat menstimulasi sistem saraf pusat dimana dapat menyebabkan timbulnya adaptasi fisiologis yang dapat berkembang menjadi toleransi, ketergantungan fisik, drug craving dan relapse. Apabila pemberian morfim dihentikan secara tiba-tiba akan dapat menyebabkan timbulnya gejala withdrawal. Sistem interseluler neuron dopaminergik di daerah mesolimbik (Ventral Tegmental Area (VTA), Nucleus Accumbens (NAc), striatum dan korteks) diketahui memegang peranan penting pada behavioral dan efek reward dalam ketergantungan obat. Selain itu reseptor μ, κ dan δ opioid pada neuron dalam sistem dopaminergik mesolimbik yang memodulasi transmisi dopaminergik juga memiliki peranan dalam timbulnya ketergantungan. Pada sistem ini neuron dopamin mengalami stimulasi melalui reseptor opioid μ pada interneuron GABA di VTA. Stimulasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar dopamin pada saraf dopaminergik di NAc, amygdala dan korteks prefrontal. Studi farmakologi lain menunjukkan adanya aktifasi berulang pada reseptor opioid μ oleh agonisnya seperti morfin dapat menyebabkan timbulnya down-regulasi dari fungsi reseptor μ yang mengaktifasi reseptor yang berpasangan dengan protein G di thalamus. Down-regulasi reseptor μ opioid dapat disebabkan oleh adaptasi fisiologis dari reseptor κ danδ yang akan memediasi respon untuk menjaga homeostatis dari otak. Sudah diketahui secara luas reseptorμ opioid memiliki sifat yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan reseptor κ opioid. Berdasarkan mekanisme tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pemberian pra-perlakuan U-50.488H yang merupakan selektif agonis x opioid reseptor dalam menekan gejala withdrawal yang muncul pada mencit dengan ketergantungan morfin. Kondisi ketergantungan pada mencit dibuat dengan cara mencit diberikan injeksi subkutan morfin dengan dosis bertingkat 2 kali sehari selama 7 hari. Pada hari ke-8, nalokson diberikan untuk mempresipitasi timbulnya gejala withdrawal. Pengamatan terhadap gejala withdrawal dilakukan 15 menit setelah injeksi nalokson. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahw pemberian morfim kronik dapat menyebabkan peningkatan aktifitas jumping sebesar 17.50 t 8.67 dengan nilai p = 0.027. Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap gejala withdrawal lain seperti diare (p = 0.000), kontriksi abdomen (p = 0.036), gangguan fungsi seksual (p = 0.035), postur abnormal (p = 0.067), iritabilitas (p = 0.035), gerakan menelan (p = 0.004) dan ptosis (0.003). Peningkatan aktifitas jumping dan frekuensi munculnya gejala withdrawal secara bermakna dapat diturunkan secara bermakna dengan pemberian pra-perlakuan U-50.488H (0-1 mg/kg, I mg/kg, 3 mg/kg dan 5.6 mg/kg) yang bersifat dose dependent manner. Pada pemberian pra-perlakuan U-50.48814 dengan dosis 0.1 mg/kg dapat menekan munculnya gejala-gejala withdrawal seperti diare (p = 0.141), gemeletuk gigi (p = 0.009), gerakan menelan (p = 0.0 17), ptosis (p = 0.038), postur abnormal (p = 0.000), iritabilitas (p = 0.069), kontriksi abdomen (p = 0.011) dan gangguan fungsi seksual (p = 0.002). Pemberian U-50.488H dengan dosis 1 mg/kg menekan munculnya gejala withdrawal seperti diare (p = 0. 119), gemeletuk gigi (p = 0. 174), gerakan menelan (p = 0.006), ptosis (p = 0.655), postur abnormal (p = 0.000), iritabilitas (p = 0.035), kontriksi abdomen (p = 0.001) dan gangguan f ingsi seksual (p = 0.230). Pada pra-perlakuan U-50.488H dengan dosis 3 mg/kg dapat menurunkan gejala withdrawal seperti diare (p = 0.067), gemeletuk gigi (p = 0.698), gerakan menelan (p = 0.132), ptosis(p = 0.549), postur abnormal (p = 0.000), iritabilitas (p = 0.069), kontriksi abdomen (p = 0.002) dan gangguan fungsi seksual (p = 0.234) dan pada pemberian pra-perlakuan U-50.488H dosis 5.6 mg/kg dapat menurunkan gejala withdrawal seperti diare (p = 0.622), gemeletuk gigi (p = 0.006), gerakan menelan (p = 0.544), ptosis (p = 0.690), postur abnormal (p = 0.008), iritabilitas (p = 0.049), kontriksi abdomen (p = 0.003) dan gangguan fungsi seksual (p = 0.777). Sedangkan pada pengaruh pemberian morfin terhadap efek sedasi yang diuji dengan menggunakan alat Rotarod, pemberian pra-perlakuan U-50.488H tidak menunjukkan pengaruh secara bermakna terhadap efek sedatif hewan coba (p = 1.000). Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian praperlakuan U-50.488H dapat menekan munculnya gejala withdrawal yang disebabkan oleh pemberian morfin kronik.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK-2 FF 104/ 08 Apr r
Uncontrolled Keywords: MORPHINE; DRUG WITHDRAWAL SYMPTOMS
Subjects: R Medicine
Divisions: 05. Fakultas Farmasi
Creators:
CreatorsNIM
EVHY APRYANI, 050312849UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorJunaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt.UNSPECIFIED
Thesis advisorSUHARIONO, Dra. Ms.UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Deby Felnia
Date Deposited: 18 Feb 2009 12:00
Last Modified: 07 Jun 2017 17:54
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10523
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item