HEPFI SULISTIYORINI, 050210187E
(2007)
PROFIL PELAKSANAAN PELAYANAN SWAMEDIKASI OLEH APOTEKER DI BEBERAPA APOTEK DI WILAYAH SURABAYA TIMUR.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri (Sukasediati, 1992). Swamedikasi merupakan upaya terbanyak yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum memutuskan mencari pertolongan medis. Di banyak negara, sampai 80% episode sakit dicoba diobati sendiri oleh penderita (WHO, 1997). Sekitar 60% masyarakat melakukan swamedikasi dengan obat modern sebagai tindakan pertama bila sakit (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan pelayanan swamedikasi. Peran tersebut didasarkan pada filosofi "Pharmaceutical Care", yaitu apoteker sebagai tenaga kesehatan yang besar peranannya dalam keberhasilan terapi pada pasien.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pelaksanaan pelayanan swamedikasi oleh apoteker di beberapa apotek di Wilayah Surabaya Timur. Teknik penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode sampling yaitu purposive sampling, dengan kriteria apoteker yang bekerja di apotek Wilayah Surabaya Timur yang berlokasi di perumahan yang bersedia mengisi kuisioner. Dari kriteria-kriteria tersebut terpilih 22 sampel apotek tersebar di 7 Kecamatan di Wilayah Surabaya Timur.
Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah kuisioner, yang telah diuji validitas rupa dan uji validitas isi, serta uji reliabilitas dengan metode Cronbach 's Alpha.
Data demografi yang didapat dari kuisioner dianalisis secara deskriptif untuk melihat distribusi identitas responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pengalaman kerja sebagai apoteker, pekerjaan lain selain sebagai apoteker, kehadiran responden di apotek, status responden di apotek. Sampel terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 72,2 %, rentang usia 41 tahun sampai 50 tahun sebanyak 36,4 %, pengalaman kerja sebagai apaoteker antara 21 tahun sampai 30 tahun sebanyak 40,9 %, pekerjaan lain selain sebagai apoteker sebanyak 100 % (17 responden dari 22 responden) sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau dosen di perguruan tinggi negeri, kehadiran responden di apotek 3 kali selama satu minggu sebanyak 27,3 % dan status responden di apotek sebanyak 95,5 % sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA).
Dari data tinjauan swamedikasi diperoleh hasil sebagai berikut: pada tahap peracikan 35 % apoteker menyatakan kadang-kadang melakukan penyiapan obat, Sebanyak 45 % apoteker menyatakan kadang-kadang melakukan pengemasan obat dan sejumlah 35 % apoteker menyatakan jarang memberikan etiket pada wadah obat dalam pelaksanaan pelayanan swamedikasi. Sebanyak 40,9 % apoteker menyatakan kadang-kadang memberikan informasi mengenai jangka
waktu penggunaan obat. Sejumlah 40,9 % apoteker menyatakan kadang-kadang memberikan informasi mengenai tindakan yang harus diambil jika lupa menggunakan obat. Sebanyak 45,5 % apoteker menyatakan kadang-kadang memberikan informasi mengenai pantangan pada saat menggunakan obat. Sejumlah 45,5 % apoteker menyatakan kadang-kadang dan sering meminta pasien untuk mengulang kembali informasi yang telah apoteker berikan. Sebanyak 40,9% apoteker menyatakan kadang-kadang dalam melakukan peragaan tentang penggunaan obat kepada pasien. Sejumlah 40,9 % apoteker menyatakan kadang¬kadang melakukan konseling.
Sebanyak 100 % apoteker menyatakan selalu menyerahkan etiket obat dalam keadaan tidak rusak atau dapat dibaca pasien. Sejumlah 86,4 % apoteker menyatakan selalu menyerahkan obat dalam kemasan asli dari pabrik dan sebanyak 100 % apoteker menyatakan selalu memberikan kemasan obat dalam keadaan terjaga kualitasnya. Sejumlah 50 % apoteker menyatakan sering dan selalu memberikan informasi mengenai nama obat dan indikasi obat sebesar. Sebanyak 40,9 % apoteker menyatakan sering memberikan informasi mengenai kontraindikasi obat. Sejumlah 81,8 % apoteker menyatakan selalu memberikan informasi mengenai cara penggunaan obat. Sebanyak 72,7 % apoteker menyatakan selalu memberikan informasi mengenai takaran penggunaan obat. Sejumlah 72,7 % apoteker menyatakan selalu memberikan informasi mengenai frekuensi penggunaan obat. Sebanyak 36,4 % apoteker menyatakan sering memberikan informasi mengenai efek samping obat.
Sejumlah 54,5 % apoteker menyatakan sering memberikan informasi mengenai interaksi obat. Sebanyak 50 % apoteker menyatakan sering dan selalu melakukan penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan pasien. Sejumlah 50 % apoteker menyatakan sering dan selalu melakukan pemantauan penggunaan obat pada saat pasien datang kembali ke apotek.
Hasil penelitian ini dapat dilihat apoteker sudah melaksanakan pelayanan swamedikasi di beberapa apotek di Wilayah Surabaya Timur tetapi masih kurang maksimal. Sehingga apoteker sebagai orang yang bertanggung jawab dan orang yang paling berkompeten di apotek harus meningkatkan pelayanannya. Apabila apoteker melakukan tanggung jawab ini dengan baik maka akan tercapai tujuan terapi yang optimal dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, sesuai dengan filosofi Pharmaceutical Care.
Actions (login required)
|
View Item |