Pengaruh Pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Terhadap Spastisitas Ankle Plantarefleksor Pada Subjek Stroke

Yohan Christian Suisan (2019) Pengaruh Pemberian Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Terhadap Spastisitas Ankle Plantarefleksor Pada Subjek Stroke. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img] Text (HALAMAN JUDUL)
1. HALAMAN JUDUL.pdf

Download (1MB)
[img] Text (ABSTRAK)
2. ABSTRAK.pdf

Download (593kB)
[img] Text (BAB 1)
3. BAB 1.pdf

Download (773kB)
[img] Text (BAB 2)
4. BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text (BAB 3)
5. BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (534kB) | Request a copy
[img] Text (BAB 4)
6. BAB 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (974kB) | Request a copy
[img] Text (BAB 5)
7. BAB 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (683kB) | Request a copy
[img] Text (BAB 6)
8. BAB 6.pdf
Restricted to Registered users only

Download (733kB) | Request a copy
[img] Text (BAB 7)
9. BAB 7.pdf
Restricted to Registered users only

Download (514kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
10. DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (954kB)
[img] Text (LAMPIRAN)
11. LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Stroke merupakan penyebab kecacatan utama pada USIa dewasa di Indonesia. Angka kejadian stroke berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 meningkat dari 8,3 per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Stroke menimbulkan sindroma Upper Motor Neuron (UMN) dengan tanda positif berupa spastisitas. Dampak spastisitas amat beragam, mulai dari sekedar rasa tidak nyaman, nyeri, sulit berjalan, sering terjatuh, gangguan transfer, hingga kontraktur sendi. Berbagai cara dikembangkan untuk menangani spastisitas mulai dari farmakoterapi, pembedahan, latihan, hingga penggunaan berbagai modalitas. Salah satu modalitas yang digunakan untuk mengurangi spastisitas adalah stimulasi elektrik. Modalitas ini merupakan modalitas dengan teknik aplikasi yang sederhana, tidak invasif, dan sering digunakan pada fasilitas kesehatan. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah bentuk lain dari stimulasi listrik yang secara spesifik mengaktivasi serabut saraf sensoris sehingga tidak menghasilkan kontraksi otot. Pedoman rehabilitasi stroke yang diterbitkan oleh American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation menyatakan bahwa stimulasi elektrik dapat dipertimbangkan dalam penanganan spastisitas (evidence class IIb level A). Efek antispastisitas dapat bertahan antara 30 menit - 3 jam setelah satu kali stirnulasi TENS selama 10-45 menit. Hal ini membuat TENS dapat diberikan sebelum terapi latihan untuk meningkatkan efektivitas latihan. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan mengenai standar baku penggunaan stimulasi elektrik untuk penanganan spastisitas. Ulasan artikel terbaru menyatakan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter optimal dari TENS terutama durasi dan lokasi aplikasi dihubungkan dengan efek antispastisitas yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti bermaksud membandingkan efek TENS yang diberikan pada kelompok otot agonis dibandingkan dengan kelompok otot antagonis dalam menurunkan spastisitas otot plantar fleksor pada subjek stroke. Penelitian ini menggunakan pengukuran spastisitas secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan menggunakan Mod!fied Asworth Scale (MAS) dan Modified Tardieu Scale (MTS). Subjek penelitian ini adalah pasien stroke subakut usia 50-70 tahun dengan spastisitas ankle plantarfieksor MAS 2-3. Sepuluh orang subjek dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok agonis dan antagonis. Subjek mendapatkan TENS selama 45 menit pada lokasi yang sesuai dengan kelompoknya. Setelah periode washout selama 1 minggu, subjek dialokasikan ke kelompok yang berlawanan. Nilai MAS dan MTS diukur sebelum, segera, dan 30 menit setelah TENS. Parameter TENS yang digunakan adalah rectangular monophasic waveform, frekuensi 100Hz, durasi pulse 0,125 ms, intensitas 2x batas ambang sensor (dibawah ambang motor), durasi terapi 45 menit. Pada kelompok agonis, MAS menurun secara signifIkan dari 2.7±0.S menjadi 2±0.S (p=O.OOS). Nilai MTS dari -12.2±9.1 menjadi -1.7±6.1 (p=O.OOl). Kelompok antagonis juga menunjukkan perbaikan yang signifIkan. Nilai MAS menurun dari 2.7±O.S menjadi 2.1±O.6 (p=O.014). Nilai MTS dari - 15.8±S.7 menjadi -4.4±S.6 (p=O.OOS). Penurunan spastisitas menetap pada kedua kelompok hingga 30 menit setelah TENS. Tidak ada perbedaan penurunan spastisitas (MAS dan MTS) antara kedua kelompok (p=O.648 dan p=O.768). Hal ini mungkin disebabkan karena mekanisme TENS untuk menurunkan spastisitas terutama diperankan oleh inhibisi presinaptik la, padahal inhibisi presinaptik la ini difasilitasi oleh stimulasi TENS baik pada sisi agonis maupun antagonis. Selain itu keluaran yang dipakai mungkin kurang sensitif dalam mendeteksi perubahan spastisitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan penurunan spastisitas otot plantar fleksor setelah pemberian TENS pada kelompok otot agonis dibandingkan dengan penurunan spastisitas otot plantar fleksor setelah pemberian TENS pada kelompok otot antagonis.

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKA KK PPDS IFR 16/19 Sui p
Uncontrolled Keywords: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation; Spastisitas Ankle Plantarefleksor
Subjects: R Medicine
Divisions: 01. Fakultas Kedokteran > Ilmu Fisik & Rehab
Creators:
CreatorsNIM
Yohan Christian SuisanNIM011518166306
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorMeisy AndrianaNIDN8858700016
Thesis advisorRwahita SatyawatiNIDN8818130017
Depositing User: sugiati
Date Deposited: 28 Jun 2021 04:31
Last Modified: 28 Jun 2021 04:31
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/108279
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item