Vicky Puspitasari, 050112355
(2006)
STUDI HUBUNGAN ANTARA KADAR SENYAWA AKTIF N-(4-METOKSIBENZOIL) SEFALEKSIN SETELAH PEMANASAN YANG DITETAPKAN SECARA KOLORIMETRI DENGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 29293.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Sefaleksin merupakan turunan sefalosporin generasi pertama. Turunan sefaleksin, N-(4-anetoksibenzoil)sefaleksin, mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027 yang lebih tinggi dibandingkan sefaleksin. Pemasukan 4-metoksibenzoil klorida pada gugus amina primer struktur sefaleksin dapat meningkatkan lipofilitas dan sifat elektronik senyawa sehingga mempeagaruhi proses distribusi dan interaksi senyawa dengan reseptor. Aktivitas N-(4metoksibenzoil)sefaleksin sebagai antibakteri hanya dapat terjadi bila cincin β-laktam belum terurai atau masib dalam bentuk senyawa aktifnya. Dengan demikian besarnya aktivitas antibakteri tergantung pada besarnya kadar senyawa aktif.
Untuk itu perlu dilakukan analisis kuantitatif terhadap kadar senyawa aktif N-(4-metoksibenzoil)sefaleksin. Metode penetapan kadar senyawa aktif yang digunakan hams merupakan metode yang seleaktif terhadap gugus β-laktam, yang mampu membedakan campuran senyawa aktif dan yang tidak aktif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan salah satunya adalah koloiime ii. Penentuan kadar ini harus mencerminkan aktivitas obat, maka untuk mengetahuinya dilakukan uji aktivitas mikrobiologi terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29293. Dari basil penetapan kadar senyawa aktif dan aktivitas antibakteri, akan diketahui apakah kadar senyawa aktif yang ditetapkan dengan metode kolorimetri tersebut sesuai dengan uji aktivitas.
Dalam penelitian ini metode penetapan kadar yang digunakan adalah kolorimetri dengan pereaksi hidroksilamin karena metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar sefaleksin. Prinsip metode ini adalah pemecahan cincin
β-laktam N-(4-metoksibenzoil)sefaleksin oleh hidroksilamin untuk membentuk N-(4-metoksibenzoil)sefaleksin hidroksamat, yang kemudian akan membentnk kompleks berwania dengan ion ferri. Hidroksilamin hanya bereaksi dengan N-(4metoksibenzoil)sefaleksin yang masih meagandung cincin β-laktam.
Untuk mendapatkan landau uji dengan kadar senyawa aktif yang berbeda¬beda, dilakukan pemanasan pada berbagai suhu. Larutan uji N-(4-metoksibenzoil) sefaleksin dengan perlakuan pemanasan pada berbagai suhu selama 2 jam ditetapkan kadamya dengan kolorimetri dan diuji aktivitasnya tediadap Staphylococcus aureus ATCC 29293. Serapan maksimum dari kompleks N-(4-metoksibenzoil)sefaleksin hidroksamat diperoleh pada panjang gelombang 479 nm dan menit ketujuh. Untuk uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan metode difusi silinder dengan media pertumbuhan Antibiotic 1 secara simultan. Pada uji aktivitas ini digunakan 100 µl inokuhim baktai,150 µl larutan uji dan 18 ml media Antibiotic 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan diameter daerah hambatan.
Dari hasil penetapan kadar, diperoleh bahwa makin tinggi suhu pemanasan maka makin rendah kadar senyawa aktif. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan persamaan garis regresi y = -0,838 x + 125,825 (r = 0,986). Berdasarkan hasil evaluasi kelinieran persamaan garis regresi dengan uji anova diicetahui bahwa kadar senyawa aktif N-(4anetoksibenzoi1)sefaleksin tergantung pada snhu pemanasan larutan uji.
Hasil analisis regresi antara kadar senyawa aktif N-(4-met ksibenzoil) sefaleksin setelah pemanasan yang ditetapkan secara kolorimetri dengan aktivitas antrbakteri terbadap Staphylococcus aureus ATCC 29293 dinyatakan dalam persamaan garis regresi y = 8,939.10-2x + 9,726 dengan harga r = 0,974 (n=5 ; α= 0,05). Jadi dapat dinyatakan bahwa ada korelasi liner antara kadar senyawa aktif N-(4-metoksibenzoil) sefaleksin setelab pemanasan yang ditetapkan secara kolorimetri dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29293. Dengan demikian metode kolorimetri dapat digunakan untuk penetapan kadar senyawa aktifN-(4- metoksibenzoil)sefaleksin.
Actions (login required)
|
View Item |