Perempuan Dan Kebangkitan Nasionalisme Indonesia Dalam Tetralogi Roman Pulau Baru Karya Pramoedya Ananta Toer

Maimunah, - and Diah Ariani A, - and S. Itafarida, - (2002) Perempuan Dan Kebangkitan Nasionalisme Indonesia Dalam Tetralogi Roman Pulau Baru Karya Pramoedya Ananta Toer. Laporan Penelitian. UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA.

[img] Text (LAPORAN PENELITIAN)
KKB 899 221 Mai p.pdf

Download (5MB)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Ada dua masalah penelitian yang dikaji dalam studi ini yaitu pertama, apa peran tokoh-tokoh perempuan ini yaitu Magda Peters, Miriam de la Croix, Ang San Mei, Prisnses van Kasiruta, Siti Soendari dan Nyai Ontosoroh dalam pembentukan kesadaran nasionalisme Indonesia? Kedua, bagaimana posisi perempuan dalam stratifikasi sosiokultural masyarakat kolonial: golongan Belanda, golongan Timur Asing, golongan pribumi. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: pertama, mengetahui peran perempuan dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. Kedua, menguraikan bagaimana posisi perempuan dalam stratifikasi sosial cultural masyarakat kolonial dan yang ketiga mengetahui bagaimana karya sastra mampu mengangkat realitas yang terjadi dalam masyarakat. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif Melalui metode ini akan terungkap peran perempuan dalam membangkitkan nasionalisme Indonesia. Pendekatan kritik sastra feminis dipakai karena kenyataan selama ini menunjukkan bahwa peran perempuan selalu tersisih dalam sejarah kebangkitan bangsa. Kritik sastra feminis menitikberatkan pad a citra dan stereotip perempuan yang direpresentasikan dalam karya sastra. Hasil penelitian menyimpukan bahwa tokoh-tokoh perempuan yang direpresentasikan Pramoedya memiliki peran yang signifikan dalam membawa perubahan bagi kemajuan bangsanya. Tokoh Magda Peters dan Miriam de Ia Croix adalah dua orang perempuan Belanda yang berjasa menumbuhkan tradisi berpikir kritis dan mengakui reaIitas bahwa kolonialisme Belanda telah menyengsarakan rak-yat Hindia. Magda adalah representasi perempuan Belanda dari golongan radikal yang pada akhimya disingkirkan oleh pemerintah Belanda sendiri karena dianggap membahayakan keberlangsungan pemerintahan koioniai. Miriam de la Croix merupakan perempuan yang mengalami transformasi pemikirannya. Semula, Miriam sebagaimana perempuan Belanda lainnya melihat kolonialisme tidak selalu berakibat negatif terhadap Hindia. Namun, perkembangan selanjutnya menunjukkan Miriam justru menjadi pembela kaum pribumi bersama suaminya Hendrik Friscboten. Sementara itu, Pramoedya juga menunjukkan bahwa nasionalisme tidak dapat dilepaskan dari intemasionalisme. Nasionalisme Hindia tidak dapat dipisahkan dari bangkitnya semangat nasionalisme Philipina dan Jepang. Munculnya tokoh dari Tiongkok Ang San Mei memperkuat hal tersebut. Ang San Mei yang juga aktivis gerakan muda Tiongkok memperkenalkan pentingnya organisisi modem sebagai wadah untuk menghimpun suara kaum sebangsa. Mei yang kemudian menjadi istri kedua Minke merintis berdirinya organisasi modem pertama di Hindia Sjarikat Prijaji. Disamping itu, Pramoedya juga menampilkan tokoh-tokoh perempuan pribumi seperti Prinses Van Kasiruta, Nyai Ontosoroh dan Siti Soendari yang masingmasing memiliki tafsiran yang berbeda. Nyai Ontosoroh adalah tokoh perempuan yang perkasa dan pemberani sehingga membalik mitos selama ini bahwa seorang gundik hanyalah perempuan yang mampu memuaskan kebutuhan tuannnya.

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Additional Information: KKB LP 899.221 Mai p
Uncontrolled Keywords: Women In Literature, Histories, Nasionalisme, Novel
Subjects: P Language and Literature > PN Literature (General)
P Language and Literature > PN Literature (General) > PN0441 Literary History
Divisions: 12. Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Indonesia
Creators:
CreatorsNIM
Maimunah, --
Diah Ariani A, --
S. Itafarida, --
Depositing User: shiefti dyah alyusi
Date Deposited: 05 Apr 2022 07:00
Last Modified: 05 Apr 2022 07:00
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/114601
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item