Kusnoto, - and Suwarno, - and Tutik Juniastuti., - (2001) Imunogenitas Suspensi Homogenat Berbagai Stadium Toxocara vitulorum Sebagai Pemicu Pembentukan Anti Bodi Pada Mencit. Laporan Penelitian. Tropical Disease Center (TDC). (Unpublished)

Text (LAPORAN PENELITIAN) KKC 636.089 696 2 Kus I.pdf Download (3MB)

Abstract

Problem diagnosis terhadap penyakit toxocariasis yang saat ini muncul adalah diagnosis berdasarkan pemeriksaan telur, larva atau dengan menemukan cacing dewasa tidak mutlak dapat dilakukan, mengingat parasit ini memiliki hospes pada tingkatan umur yang berbeda. Telur cacing dan cacing dewasa hanya mungkin dapat ditemukan pada anak sapi umur kurang dari 6 bulan Larva stadium 1 (L1) yang merupakan perkembangan dari telur infektif amat sulit ditemulcan karena siklusnya amat pendek. Sementara itu L2 dapat ditemukan pada organ dalam (hati, ginjal, dan paru) sapi dewasa terinfeksi dan L3 dalam air susu dari sapi terinfeksi yang baru melahirkan (kolostrum) Penelitian ini mencoba untuk mengetahui imunogenesitas dari masing-masing stadium parasit (L1, L2 dan cacing dewasa) sebagai pemicu pembentukan antibodi pada mencit. Dengan melakukan uji ELISA-indirect dapat diketahui daya antigenesitas dan imunogenesitas suspensi homogenat masing-masing stadium parasit terhadap antibodi yang dihaslikan. Uji antigenesitas dan imunogenesitas ditentukan berdasarkan nilai optical density (OD) yang terdetelcsi dengan Teknik ELISA-indirect. Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap sebagai berikut. 1) Tahap pertama, isolasi T. vitulorum dari berbagai stadiunt dari sapi dengan umur yang berbeda. Telur berembrio (L1) dan cacing dewasa diisolasi dari feses anak sapi yang menderita Toxocariasis. Larva staditun 2 diperoleh dengan mengisolasi jaringan hati, ginjal dan paru mencit Balb/c, yang telah diinfeksi dengan telur T. vitulorum infektif, sebagai stok Larva 2. 2) Tahap kedua, pembuatan imunogen dari suspensi homogenat, masing-masirtg isolat kemudian dimurnikan dengan jalan dipisahkan dari feses, jaringan hati, ginjal dan paru untuk selanjutnya dibuat suspensi homogenat 1:10. Suspensi homogenat selanjutnya dicampur dengan adjuvan dalam volume sama banyak (Complete reund Adjuvant atau Incomplete Freund Adjuvant). 3) Tahap ketiga, uji imunogenesitas, untuk mengetahui imunogenitas dari masing-masing staditun parasit dilakukan penyu.ntikan suspensi homogenat pada mencit Balb/c betinaumur 8 minggu. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I diinjeksi dengan suspensi homogenat L1. Kelompok II dengan L2, Kelompok III dengan cacing dewasa, dan Kelompok IV diinjeksi dengan PBS sebagai kontrol negatif. Injeksi dilakukan sebanyak dua kali (injeksi pertama dengan Complete Freund Adjuvant dan injeksl kedua dengan Incomplete Freund Adjuvant) secara sublcutan dengan dosis 0,5 ml per ekor dan interval waktu 2 minggu. 4) Tahap keempat, uji ELISA indirect menggunakan konjugat goat antimouse yang dilabel dengan ensim alkalin fosfatase dan pembacaan dilakukan dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 405 nm. Pengamatan dilalcukaii pada minggu ke-1, 2 dan 3 pasca ixtjeksi yang pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daya imunogenisitas pada waktu pengamatan (minggu) berbeda dari cacing Toxocara vitulorum menunjukan perbedaan sangat nyata (p<0,01). Daya antigenesitas masing-masing stadium T. vitulorum, dalam mengenali antibodi, menunjukkan perbedaan sangat nyata (p < 0,01). Pada penelitian ini terdapat interaksi (p<0,01) antara waktu pengamatan antibodi dengan stadium T. vitulorum yang digunakan sebagai sumber antigen.

Actions (login required)

View Item