Setiawan Koesdarto, - (2007) Pengembangan Diagnosis Toxocariasis Mengg Unakan Teknik Sandwich-Elisa Dengan Antibodi Monoklonal Anti-Protein Spesifik Toxocara callis Isolat Lokal. Laporan Penelitian. FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN, SURABAYA. (Unpublished)
Text (LAPORAN PENELITIAN)
2022_03_28_10_36_32.pdf Download (4MB) |
Abstract
Hingga saat ini protein Toxocara canis isolat lokal dengan spesifisitas tinggi untuk diagnosis secara imunologis pada infeksi toxocariasis belum diketahui. Padahal protein tersebut penting untuk diagnosis mengingat penyakit ini tergolong penting untuk diperhatikan karena selain bersifat zoonosis dan berdampak sangat berat, juga memiliki gejala klinis yang variatif serta pada infeksi bentuk larva tidak bisa didiagnosis secara konvensional (dengan pemeriksaan feses). Penelitian ini bertujuan untuk standarisasi teknik indirect capture-ELISA (IeELISA) dengan antibodi monoklonal (AbMo) anti-T. canis sebagai sarana diagnosis dini, cepat, dan akurat dalam mendeteksi antibodi anti-T. canis melalui pemeriksaan serum darah dan penjajagan DAS-ELISA pada coproantigen hewan tersangka toxocariasis, melalui tahapan: 1) Persiapan. pada tahap ini dilakukan isolasi telur, larva dan cacing dewasa (T. canis dan T. vitulorum), pembuatan homogenat (whole worm extract) cacing dewasa, homogenat larva kedua (L2), L2 jaringan, protein excretorysecretory (ES) L2J, dan pembuatan antibodi poliklonal; 2) Analisis protein, pada tahap ini dilakukan preparasi protein antigen dari larva dan cacing dewasa dengan teknik sodium dodecyl SUlphate polyacrilamide gel electrophoresis (SDS-PAGE), semi-dry blotting, dan blotting; 3) Isolasi protein dengan preparasi gel eletroforesis; dan 4) Uji antigenesitas dan imunogenesitas protein mumi hasil isolasi dengan teknik indirectELISA; 5) Memproduksi AbMo yang sangat spesifik terhadap Toxocara canis. Hasil analisis BM protein cacing dewasa T. canis didapatkan beberapa macam pita protein, yaitu 208,4, 147,9; 120,2, 107.2, 87,1, 79,4, 70,8, 63,1, 50,1, 49,0, 45,7, 42,7,40,7, 37,2, 34,7, 32,4, 30,2, 28,2, 24.5. 22,9, 20,0. 19,5, 18,2, dan 10,7 kDa. Pada ES L2J didapatkan protein yang sarna kecuali pita protein dengan BM 208,4, 50,1, 34,7 dan 18,2 kDa tidak tampak pada ES L2J, sedangkan protein dengan BM 95,5 dan 55,0 kDa hanya tampak pada ES L2J. Hasil identifikasi protein dengan teknik Western blot menggunakan antibodi poliklonal anti- L2J T. canis dapat dikarakterisasi beberapa protein. Beberapa pita reaksi antara serum anti-L2J T. canis terjadi pada protein dengan BM 208,4, 120,2, 107,2, 70,8, 63,1,50,1 dan 37,2 kDa, protein tersebut selain menunjukkan pita reaksi dengan protein eaeing dewasa T. canis juga menggambarkan pita reaksi silang antara serum anti-L21 T. canis dengan antigen eaeing dewasa T vitulorum. Untuk pita reaksi antara serum anti-L21 T. canis dengan antigen ES L2J T. canis terjadi pada protein dengan BM 45,7, 42,7, 37,2, 32,4, 24,5, dan 10,7 kOa. Oi antara beberapa pita reaksi antara serum antiL21 T. canis dengan antigen ES L2J T canis terse but pita reaksi pada protein dengan 37,2 kOa tampak lebih tegas dibandingkan dengan yang lain, hal ini menggambarkan antigenitas yang lebih tinggi dibanding dengan protein lain.
Actions (login required)
View Item |