Listiyono Santoso, - and Puji Karyanto, - (2001) Kebudayaan Daerah Dalam Proses Akulturasi: Studi Kritis Terhadap Asas·Asas Tri·Kon Dan Sari-Sari Kebudayaan Nasional Ki Hadjar Dewantoro. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. (Unpublished)

Text KKB 303.482 SAN K.pdf Download (4MB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab persoalan keberadaan kebudayaan daerah,dalam hal ini kesenian tradisional ketoprak ketika mengalami proses akulturasi.Akulturasi kesenian ketoprak tersebut dijelaskan melalui penelaahan konsep KiHadjar Dewant3.ra tentang asas Tri-Kon (konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi).Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki konsepsi filosofis yang terdapat dalam prosesakulturasi kesenian ketoprak. Selain itu juga untuk mengetahui keberadaan kesenian ketoprak dalam proses akulturasi melalui penelahaan konsepsi Ki Hadjar Dewantara, sebagai alternatif dalam melakukan pengkajian terhadap dinamika kesenian tradisional ketoprak sebagai bagian dari kebudayaan daerah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam mendekati persoalan historis akiual, yaitu tentang adanya proses perubahan dalam kesenian ketoprak sebagai konsekuensi adanya proses akulturasi. Adapun langkah-Iangkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (I) menentukan obyek penelitian. Sebagai obyek penelitian adalah kesenian lradisional kctoprak yang lerdapat dalam berbagai rcferensi yang dianalisis dcngan pcndckalan as as Tri-Kon-nya Ki Hadjar Dcwantara; (2) mcngurnpulkan data sekunder; (3) rnenganalisis obyek penelitian dengan memanfaatkan teori-teori yang hiasanya dipakai dalam analisis penelitian kefilsafatan yang bersifat historis-aktual; (4) mcnyimpulkan dan menyusull laporan. Kesenian tradisional ketoprak merupakan salah satu bagian integral kebudayan daerah, dimana terminologi kebudayaan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. K~toprak sebagai salah satu bent uk seni pertunjukan rakyat juga tidak luput dari adanya perllhahan (tnmsformasi) kchllday,mn. Pad a awalnya, kctoprak merupakan teater rakyat yang digelar oleh masY,lrakat kebanyakan sebagai salah satu pertunjukan ·rakyat dengan menggunakan alat lesung sebagai musiknya. Tapi, lama kelamaan, tcrjadi pcrgcscran ruang pcrtunjukan dari rakyat kc iSlana kcrcljaan. dan kemudian ke layar televisi. Pergeseran ini mengandung implikasi tcrhadap munculnya berbagai pcrubahan mendasar dalam tampilan (panggung) kctoprak.Perubahan tampilan ketoprak sebagai seni tradisional milik masyarakat pedesaan juga terdapat dalam ragatn bahasa yang digunakan. Dalam ketoprak, ditemukan dua system dialog; nyanyian (tembang) dan dialog konvensional (verbal). Ragam bahasa yang digunakan ada em pat; ragam kromo illggit, kromo deso, Ilgoko dall ragam kedatholl. Perubahan penggunaan ragam bahasa tersebut. karenapada awalnya yang digunakan dalam ketoprak adalah ragam bahasa Ilgoko sebagai bahasa sehari-hari masyarakat pedesaan. tetapi kemudian ketika dipentaskan di istana, maka bahasa yang digunakan adalah krol11o illggi/ dan kedalholl.13erbagai ragam bahasa ini digunakan untuk alat ekspresi yang tujuan pokoknya membangun dan membentuk suasan lakon, agar menambah keserasian dan menarik. Proses perubahan kesenian keloprak menjadi lebih modern, utamanya dalam tampilan panggung dengan alat-alat modcrnnya, tidak kcmudian mcrubah karclklcr dasar keloprak; yang menjadikan ia discbul kctoprak. Ada asas konsentrisitas (litik sentrum) dari ketoprak yang mcmungkinkannya tClap mempunyai ciri khas sebagai ketoprak. meskipun mengalami kontinuitas kebudayaan menuju kebudayaan yang konvergen. Ketoprak mampu beradaptasi dengan budaya modern. tetapi dengan tidak kehilangan warna tradisionalnya.

Actions (login required)

View Item