Theresia Anita Pramesti
(2013)
Pengaruh Cognitive Behavior Therapy Terhadap Self Efficacy Dan Respon Biologis Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degencratif dan kronis, yang memerlukan pengobatan jangka panjang dan perawatan pasien secara mandiri, untuk dapat mencegah efek komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang. Kornplikasi pada penderita Diabetes mellitus (DM), terutama pada penderita del.vasa dan lanjut usia, biasanya terjadi karena gula darah yang tidak terkontrol dalarn waktu yang lama dan adanya penurunan days tahan tubuh sehingga dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut, komplikasi vaskuler jangka panjang. juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Penelitian yang pernah dilakukan menyebutkan bahwa sues menjadi salah satu faktor yang wring muncul pada penderita diabetes. Berdasarkan basil wawaneara pada saat studi pendahuluan tanggal 5 ianuari 2013 di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah didapatkan bahwa 9 dart 10 penderita DM mengeluhkan adanya kebosanan dan putus asa data 7n rnelakukan penatalaksanaan DM, Cognitive behaviour therapy (CBT) rnerupakan salah satu terapi kognitif yang digunakan untuk merubah persepsi kognisi yang salah, memoclifikasi perasaan dan perilaku sehingga diharapkan petnberian CBT pada penderita DM ripe 2 dapat mempengaruhi tingkat stres dan self efficacy. Sarnpai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya pengaruh CBT terhadap peningkatan self efficacy dan perbaikan respon biologis (kortisol dan gula darah) terhadap penderita DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh CBT terhadap Self Efficacy dan respon biologis pada Pasien DM Tipe 2.
Se (f efficacy dapat digunakan sebagai prediktor untuk mcngctahui kepatuhan pasien dalam self care activities. Pasien dengan kepatuhan yang rendah terlihat ntempunyai self efficacy yang rendah juga (Wu, 2007). Kondisi stirs akan menstimulasi hypothalamus untuk menseksesi neuropeptida yang naatinya akan mcngaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) dan hypofisis untuk melepaskan kortikosteroid dan katekolamin (Henry. et.al, 2007). Kortisol merupakan hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal dan merupakan golongan glukokortikoid utarna. Efek metabolik dari kortisol dan glukokortikoid adalah kemampuan dalam merangsang proses glukoneogenesis. Peningkatan glukoneogenesis yang terjadi menyebabkan peningkatan dala.m jumlah penyimpanan glikogen dalam selksel hati. Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Peningkatan kecepatan glukoncogenesis dart bcrkurangnya kcecpatan pemakaian glukosa oleh sel dapat menyebabkan peningkatan konserrtrasi glukosa darah (Guyton & Hall, 2007).
,Penis penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian pre -post test control group design. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol di Potiklinik Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. Sampel diambil dengan rnenggunakan purposive sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi terdiri dari 16 responder' dan dibagi
menjadi 8 responden di kelompok perlakuan dan 8 orang di kelornpok pemiyanding. Cognitive Behaviour Therapy dilakukan dalarn 4 sesi, setiap sesi akan dilakukan 1-3 kali. Instrtunen yang digunakan dalarn CBT antara lain ABC work-sheet, Panduan latihan eksplorasi Keeemasan, dan Modul Penatalaksanaan DM. Insaumen yang digunakan untuk mertilai self efficacy menggunakan kuesioner Diabetes Management Self Efficacy Scale (DMSES). Kadar kortisol dan kadar gula darah 2 jam PP diukur di laboratorium RSK Sumberglagah.
Berclasarkan basil uji normalitas variabel pada kelompok perlakuan sebelum diberikan CBT menggunakan kalmogarov-smirnov didaparkan bahwa distribusi self efficacy, kadar kortisol dan kadar gula darah 2 jam PP sebelum perlakuan berdistribusi normal sehingga uji hipotesis yang digunakan yaitu uji t dependen (paired r testi digunakan untuk menganalisis perbedaan sebelum (pre) dan sesudah (post) diberikan perlakuan dan uji independen t test digunakan untuk menganalisis perbedaan dari kedua kelompok. Tingkat kemaknaan p < 0,05.
Berdasarkan basil Paired t rest pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,000 yang berarti pemberian CBT dapat meningkatkan self eflicacy pada pasien DM tipe 2. sedangkan pada kelompok pembanding didapatkan p = 0,914 yang berarti tidak ada peningkatan nilai self efficacy sebelum (pre test) dan sesudah (post test). Uji beds antar kelompok menggunakan uji Independet t test didapatkan p = 0,000 dimana p < 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai self efficacy antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Uji Paired t lest pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,032 yang berarti pemberian CBT dapat menurunkan kadar kortisol pada pasien DM tipe 2, sedangkan pada kelompok pembanding didapatkan p = 0,220 yang berarti tidak ada penunman kadar kortisol sebelurn (pre test) dan sesudah (post test). Li ji beds antar kelornpok menggunakan uji independor t test didapatkan p 0.015 dimana p < 0.05 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kadar kortisol antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Berdasarkan hasil Paired t test pada kelompok perlakuan didapatkan p 0,007 yang berarti pemberian CBT dapat memperbaiki kadar gula darah 2 jam PP pada pasien DM tipe 2, sedangka.n pada kelompok penibanding didapatkan p = 0.312 yang berarti tidak ada perbaikan kadar gula darah 2 jam PP sebelurn (pre test) dan sesudah (post test). tiji beds antar kelompok menggunakan uji independet I test didapatkan p = 0,810 dimana p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah 2 jam PP antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan CBT.
Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengatasi dampak dari stressor dan mendapatkan kontdisi homeostatis yang baru, yang disebut days adaptasi. Namun bila kemampuan ini tidak dapat mengatasi dampak stresornya, maka individu tersebut membutuhkan bantuan. Salah satu bentuk bantuan dapat berupa psikoterapi, selain pemberian mcdikamentosa, Salah satu bentuk psikoterapi adalah CBT yaitu terapi kognitif yang pelaksanaannya dilakukan menggunakan pendekatan konseling yang di tang untuk menyclesaikan permasalahan klien pada saat ini. Pada dasamya, pengendalian kadar glukosa darah yang balk dapat mencegah terjadinya komplikasi balk akut maupun kronis, akan tetapi ada faktor-faktor yang mcmpengaruhi kadar gula darah pada penderita DM yang tidak dapat dirubab antara lain faktor umur dan genetik.
Actions (login required)
|
View Item |