Alifiah Puji Larasati, -
(2021)
Analisis Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Dengan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (Non MKJP) Pada Kepesertaan KB Baru Di Kabupaten Ponorogo.
Laporan Magang thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (Fulltext)
LAPORAN MAGANG DPPKB PONOROGO_ALIFIAH PUJI LARASATI_101711133112.pdf
Download (2MB)
|
Abstract
Salah satu upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan membentuk Keluarga Berencana (KB). Sayangnya selama pandemi COVID-19, pengguna alat kontrasepsi menurun karena masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses di pelayanan kesehatan (Kompas, 2020). Tentu hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kenaikan angka kehamilan saat pandemi. Pemerintah telah menghimbau masyarakat untuk tidak memiliki anak saat pandemi karena dapat berisiko terhadap kesehatan ibu dan janin apabila imunitas ibu menurun (Liputan6, 2020). Menurut SDKI 2017, sebanyak 29% wanita menggunakan suntik KB, 12% menggunakan pil, 5% menggunakan susuk, 5% menggunakan IUD, dan sebanyak 4% wanita menggunakan MOW. IUD, MOW, dan susuk KB merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) untuk wanita. Menurut Survei Kinerja dan Akuntabilitas Pemerintah (SKAP) untuk program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga) pada tahun 2019 sudah mencapai target yaitu dari 24,6% dari 23,5% (BKKBN, 2019). Namun sisanya lebih besar (sebanyak 75,4%) yang tidak tidak menggunakan MKJP. Padahal, yang metode kontrasepsi yang dianjurkan dalam program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga ) adalah MKJP (BPS, 2018) karena tingkat efektifitas dalam menekan laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi (Weni, Yuwono dan Idris, 2019). Sedangkan keikutsertaan pria untuk memakai alat kontrasepsi lebih rendah dari perempuan. Sekitar 3% pria yang menggunakan kondom, kurang dari 1% yang melakukan MOP, dan 3% memakai kontrasepsi tradisional (senggama terputus) (BPS, 2018).
Actions (login required)
|
View Item |