Syamsul Bahri
(1997)
Keragaan Biofertilisasi Nitrogen Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Di Lahan Kering Dengan Variasi Ketinggian Tempat.
Disertasi thesis, Universitas Airlangga.
Abstract
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang penting bagi Indonesia. Hasil kedelai nasional masih rendah, karena hasil rata-rata yang dicapai 0,89 ton per Ha. Rendahnya hasil kedelai, karena penanaman kedelai dilakukan di lahan kering yang ditanam pada dataran rendah dan penanaman pada akhir musim hujan. Lahan kering umumnya miskin unsur hara, terutama nitrogen yang mudah tercuci, mudah menguap, dan diperlukan dalam jumlah yang banyak bagi tanaman. Kebutuhan nitrogen bagi tanaman kedelai dipenuhi meialui pemupukan nitrogen, baik pupuk anorganik, organik, maupun biologi (biofertilisasi N). Biofertilisasi nitrogen pada tanaman kedelai terjadi melalui simbiosis Rhizobium japonicum L. dengan tanaman kedelai. Dengan demikian perlu serangkaian penelitian yang menyertakan Rhizobium japonicum L. pada tanaman kedelai yang ditanam pada ketinggian tempat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat biodiversitas strain Rhizobium indigen asal lahan kering pertanaman kedelai dengan ketinggian tempat yang berbeda, dengan indeks diversitas Rhizobium dataran tinggi, menengah, dan rendah berturut-turut 0,106; 0,110 dan 0,123. Terdapat 26 strain Rhizobium hasil isolasi dan ada 6 strain dominan dilihat dari jumlah bakteri setiap cc bahan. Masing-masing ketinggian tempat terdapat dua strain yang dominan, yaitu strain dataran rendah varietas Wilis (4.267.500) dan varietas Ringgit (4.442.500), strain dataran menengah varietas Wilis (4.732.500) dan varietas ringgit (4.915.000) dan strain dataran tinggi varietas Wilis (4.852.500) dan varietas Ringgit (3.925.000).
Actions (login required)
|
View Item |