DIAN AYU PRADANI, - (2004) MANAJEMEN PERSIAPAN PENETASAN TELUR AYAM ARAB DI PETERNAKAN RAHMADYA UTAMA MOJOROTO – KEDIRI. Tugas Akhir D3 thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Text
MANAJEMEN PERSIAPAN PENETASAN TELUR AYAM ARAB DI PETERNAKAN RAHMADYA UTAMA -DIAN AYU PRADANI - ABSTRAK.pdf Download (618kB) |
|
Text
MANAJEMEN PERSIAPAN PENETASAN TELUR AYAM ARAB DI PETERNAKAN RAHMADYA UTAMA -DIAN AYU PRADANI.pdf Download (1MB) |
Abstract
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. - Panen telur dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 11.00 siang dan pukul 15.00 sore dengan menggunakan sarong tangan. - Telur dibersihkana dengan kain lap yang dicelupkan air hangat. - Telur disimpan pada ruangan penyimpanan yang menjadi satu dengan ruang penetasan. - Seleksi telur berdasarkan pada bentuk tefur yang tidak terlalu lonjong dan tidak terlalu bulat, telur tetas harus mUlus, ruang udara telur harus utuh, urnur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, dan telur dihasilkan dari induk yang baik dan dikawinkan dengan pejantan dengan perbandingan satu pejantan untuk tiga ekor betina. 2. Dengan perbandingan antara jurnlah induk betina dan jantan (I: 3) dapat menghasilkan tefur tetas dengan tingkat fertilitas yang sangat tinggi, yaitu mencapai 94 %, tetapi jurnlahnya sangat jauh bila dibandingkan dengan jumlah telur yang menetas, yaitu rata-rata 60-63 % sehingga daya tetas yang dihasilkan hanya sekitar 62, 42 %. Daya tetas ini dapat dikatakan rendah bila dibandingkan dengan daya tetas ayam kampung rata-rata mencapai 81, 63O/o(Dudung, 1990). Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. - Panen telur dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 11.00 siang dan pukul 15.00 sore dengan menggunakan sarong tangan. - Telur dibersihkana dengan kain lap yang dicelupkan air hangat. - Telur disimpan pada ruangan penyimpanan yang menjadi satu dengan ruang penetasan. - Seleksi telur berdasarkan pada bentuk tefur yang tidak terlalu lonjong dan tidak terlalu bulat, telur tetas harus mUlus, ruang udara telur harus utuh, urnur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, dan telur dihasilkan dari induk yang baik dan dikawinkan dengan pejantan dengan perbandingan satu pejantan untuk tiga ekor betina. 2. Dengan perbandingan antara jurnlah induk betina dan jantan (I: 3) dapat menghasilkan tefur tetas dengan tingkat fertilitas yang sangat tinggi, yaitu mencapai 94 %, tetapi jurnlahnya sangat jauh bila dibandingkan dengan jumlah telur yang menetas, yaitu rata-rata 60-63 % sehingga daya tetas yang dihasilkan hanya sekitar 62, 42 %. Daya tetas ini dapat dikatakan rendah bila dibandingkan dengan daya tetas ayam kampung rata-rata mencapai 81, 63% (Dudung, 1990).
Item Type: | Thesis (Tugas Akhir D3) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology | ||||||
Divisions: | 06. Fakultas Kedokteran Hewan > Ilmu Kedokteran Hewan Dasar | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Dewi Puspita | ||||||
Date Deposited: | 16 May 2024 01:56 | ||||||
Last Modified: | 16 May 2024 01:56 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/133155 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |