PERGELARAN WAYANG KRUCIL DI DESA JANJANG KECAMATAN JIKEN, KABUPATEN BLORA ERA 1990-AN Kajian Hegemoni Negara di Tingkat Lokal Melalui Kesenian Rakyat

SETYA YUWANA, - (2000) PERGELARAN WAYANG KRUCIL DI DESA JANJANG KECAMATAN JIKEN, KABUPATEN BLORA ERA 1990-AN Kajian Hegemoni Negara di Tingkat Lokal Melalui Kesenian Rakyat. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img] Text
5 PERGELARAN WAYANG KRUCIL DI DESA JANJANG.pdf
Restricted to Registered users only

Download (25MB) | Request a copy
Official URL: http://www.lib.unair.ac.id

Abstract

Penelitian ini secara teoretis didorong oleh keinginan untuk memahami fenomena yang berkembang dalam masyarakat terkait dengan cam pur tang an negara (state) dalam pembinaan kesenian rakyat. Pada tahun 1990 saat Ki Dalang Rasid sakit lumpuh, ada keinginan dari anak sulungnya, Lanto, untuk menggantikan profesi ayahnya. Selain memiliki bakat mendalang, Lanto sejak berusia 5 tahun telah terlatih untuk mendalang. Namun, kepala desa Janjang sebagai pemilik hak prerogatif, memilih Supangkat sebagai dalang wayang krucil. Konen kepala desa Janjang mencalonl<an Samsuri, Supangkat, dan Sya'ir. Fenomena lain yang menarik untuk dikaji yaitu posisi dalang wayang krucil yang sangat lemah dalam proses tawar-menawar dengan kepala desa. Secara teoretik ada perdebatan mengenai posisi negara (state) sebagai pelindung (pengayom) kesenian dan campur tangan negara (state) sebagai perusak kesenian, antara van Groenendael (1987) dengan Lindsay (1995) dan Widodo (1995). Hal itu memunculkan berbagai permasalahan baru dalam kehidupan berkesenian, termasuk di antaranya yang menjadi fokus penelitian ini yaitu hegemoni negara di tingkat Jokal melalui kesenian rakyat. Beberapa pertanyaan penelitian yang muncul terkait dengan masalah hegemoni negara di tingkat lokal melalui kesenian rakyat, sebagai berikut. (1) Apakah afiliasi seniman dengan negara (state) di tingkat lokal dalam bentuk hegemoni, dominasi, ataukah kooptasi? (2) Bagaimanakah hegemoni negara terjadi dan berkembang di tingkat lokal melalui kesenian? (3) Posisi negara (state) bersifat melindungi (pengayom) kesenian ataukah perusak kesenian? (4) Bagaimanakah masyarakat pendukung kesenian memaknai hegemoni negara (state) terhadap kesenian? (5) Bagaimanakah resistensi kelompok perlawanan halus (gentle resistance group) terhadap kebijakan negara (state) dalam bidang kesenian? Sebagai landasan berpijak penulis menggunakan teori hegemoni, yang di dalamnya diperlukan kesungguhan dalam pengamatan, wawancara mendalam, abstraksi, imajinasi, dan interpretasi terhadap setiap fenomena yang muncul. Untuk. menjelaskan fenomena yang muncul, penulis memanfaatkan beberapa konsep yang merupakan kata kunci teori hegemoni, yaitu: negara, ideologi, civil society, resistensi, dan sumber produksi. Penerapan teori hegemoni berimplikasi metodologis, (1) memusatkan perhatian pad a pengalaman individu maupun kelompok, (2) menggali secara mendalam aspek kultural-ideologis sehingga tidak mudah percaya terhadap informasi dan data yang ·disampaikan secara sambil lalu, (3) memanfaatkan secara sungguh-sungguh cek dan recek informasi, verifikasi melalui diskusi dengan ternan sejawat, para pakar yang mendalami teori hegemoni, serta para informan terpilih.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Uncontrolled Keywords: SHOW, HEGEMONY, STATE FOLK ART
Subjects: H Social Sciences
H Social Sciences > HM Sociology
H Social Sciences > HM Sociology > HM(1)-1281 Sociology > HM621-656 Culture
Divisions: 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Doktor Ilmu Sosial
Creators:
CreatorsNIM
SETYA YUWANA, -NIM099512047 D
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
UNSPECIFIEDSoetandyo Wignjosoebroto, -NIDN-
UNSPECIFIEDDede Oetomo, -NIDN-
Depositing User: Dewi Puspita
Date Deposited: 11 Oct 2024 08:49
Last Modified: 14 Oct 2024 06:07
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/134016
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item