TANGGUH ERA LESMANA, 070610308 (2010) Kritik Ideologi Korban Lumpur Lapindo Analisa Kritis Teori Kritis Mengenai Fenomena Lumpur Lapindo. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2011-lesmanatan-20993-fiss21-k.pdf Download (334kB) | Preview
	Text (FULL TEXT) gdlhub-gdl-s1-2011-lesmanatan-17592-fiss21-k.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Lumpur Lapindo adalah fenomena menyemburnya lumpur dari dalam perut bumi ke permukaan tanah pada tanggal 29 Mei 2006 di Desa Renokenongo, kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengakibatkan hilangnya segala jenis infrastruktur masyarakat mulai dari rumah, pemerintahan, industri, pendidikan, jalan raya, serta musnahnya modal sosial seperti budaya, pekerjaan, dan kekerabatan dalam masyarakat. Hal tersebut dipicu oleh eksplorasi Minyak dan Gas bumi yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas yang mengalami kesalahan dalam proses pengeborannya(driiling rrigger). Namun, berubah statusnya menjadi bencana alam(earthquake) dikaitkan dengan gempa yang terjadi di Jogjakarta pada 27 Mei 2006 setelah dilakukan penelitian selanjutnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kritik ideologi Korban Lumpur Lapindo. Permasalahan ini dianalisis menggunakan teori kritis dengan metode kritik ideologi atau kritik atas metodologi positivisme dengan menggunakan langkah subversif atau keluar dari common sense dan historis. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, hal tersebut merupakan bagian dari penipuan ideologis yang dilakukan oleh pihak Lapindo dalam menentukan status Lumpur Lapindo sebagai solusi yang harus diambil dalam menyelesaikan permasalahan yang terus ada. Korban secara tak sadar mengalami dominasi kekuasaan dan manipulatif pemikiran oleh lapindo sebagai penguasa modal. Dominasi kekuasaan oleh lapindo kepada korban dengan tujuan tetap melegalkan kekuasaannya, serta manipulatif pemikiran korban dengan sebab-sebab alamiah dan natural yang bertujuan penipuan ideologi agar korban dalam ketaksadaran telah tertindas.

Actions (login required)

View Item