M Arwan Rosyadi, 070116610
(2006)
TAFSIR SOSIAL JIHAD : Studi Tentang Konstruksi Jihad Gerakan Islam Pada Masa Nabi Muhammad dan Masa Kontemporer di Indonesia (Muhammadiyah, NU, PKS, dan MMI).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Jihad, nampaknya menjadi satu-satunya term Islam yang tak pernah sepi dari perdebatan. Tak hanya dalam tataran wacana, perdebatan yang tak berkesudahan itu pun berimplikasi pada tataran praksis. Implementasi jihad oleh kelompok tertentu, senantiasa diikuti aksi pro-kontra kelompok yang lain. Hingga saat ini, masing-masing orang Islam berbeda-beda dalam memahami dan mengimplementasikan jihad. Mengapa mereka berbeda-beda dalam merekonstrusikan jihad?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian - yang melihat; bagaimana masing-masing kelompok melakukan rekonstruksi kenyataan jihad (yang melibatkan ekstemalisasi, obyektivasi dan internalisasi) di masa lalu -yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kelompoknya, dan di atas pengetahuan umum itu, kemudian terbangun fenomena (realitas) jihad di masa kini: penelitian dengan tema pokok "konstruksi sosial jihad gerakan Islam masa Muhammad dan masa kini". Rumusan metodologi penelitian kualitatif "konstruksi sosial" digunakan dalam studi ini. Data diperoleh melalui studi Iiteratur dan indepth interview, dengan informan adalah elit gerakan Islam (Muhammadiyah, NU, MMI, dan PKS) di Surabaya - yang diambil dengan teknik snowball-sampling untuk menentukan informan kunci. Data kemudian disajikan secara deskriptif, dan dianalis dengan menggunakan teori - khususnya sosiologi pengetahuan Berger dan Luckmann.
Menggunakan analisis Berger untuk memandang realitas sosial, mengharuskan melihat realitas sosial secara komprehensif, dan mengaitkan aspek mikro (individu), meso (kelompok), dan makro (dunia). Dengan interaksi sosial sebagai subject matter-nya, sosiolog - dengan kesadaran debunkingnyaberusaha menemukan makna, makna dalam wujud pengetahuan - yang berada "di atas" tiga momen yang simultan; eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi - yang terus berproses dari masa lalu ke masa kini dan menuju masa depan.
Jihad sebagai realitas sosial bukan ada dengan begitu saja, berawal dari dakwah Muhammad kepada masyarakatnya. Aksi Muhammad untuk mentauhidkan manusia secara terang-terangan, berbenturan dengan kepentingan Quraisy. Konflik pun tak terhindarkan, hingga berujung konflik fisik berulang-ulang yang akhirnya dimenangkan Muhammad dan pengikutnya – dengan gerakan jihadnya. Lalu, jihad pun menjadi realitas obyektif yang melembaga. Kini, jihad itu telah melembaga dan tertransmisi ke dalam diri kaum muslimin saat ini. Namun, jihad ditafsiri berbeda-beda oleh individu maupun kelompok dalam kaum muslimin itu. Pemahaman dan aktualisasi yang berbeda itu karena masing-masing memiliki penglihatan yang tidak sama, serta memandang dari arah dan posisi yang berbeda pula. Karena jihad merupakan bagian dari Islam, maka "pengambilan" jihad ini tak bisa dilepas dari cara dan posisi setiap gerakan (kelompok) itu dalam "mengambil" Islam - dan mengimplementasikannya. Hasilnya, (dalam kasus ini) Muhammadiyah yang memprioritaskan amal usahanya dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah, maka jihad Muhammadiyah pun tak jauh dari mainstream amal usahanya itu. Demikian pula NU, jihadnya akan senantiasa mengikuti mainstream gerakannya –yang tidak lepas dari konteks Bangsa Indonesia; jihad kebangsaan. Adapun MMI, maka jihadnya dioptimalkan dalam rangka memperjuangkan dan menjaga tegaknya Syari'at Islam. Sedangkan PKS, karena memahami bahwa untuk menciptakan masyarakat yang Islami itu hares mengamalkan Islam dalam semua aspek kehidupan, maka, jihadnya pun bergerak dalam semua lini kehidupannya. Bagi PKS, jihad adalah jalan meniti kehidupan.
Actions (login required)
|
View Item |