Dani Jaya Kristanto, 070016342
(2006)
WACANA MASYARAKAT BETAWI DALAM SINETRON BAJAJ BAJURI (Analisis Wacana Kritis Terhadap Wacana Masyarakat Betawi Dalam Sinetron Bajaj Bajuri).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Sinetron bersetting budaya Betawi menjadi salah satu jenis sinetron yang sangat mudah ditemukan dalam hampir setiap stasiun televisi yang ada di Indonesia Mulai booming sejak Si Doel Anak Sekolahan, lalu makin banyak daftar sinetron berlatar budaya Betawi yang muncul di layar kaca. Beberapa judul sinetron yang bernuansa Betawi antara lain: Julia Jadi Anak Gedongan, Duk Duk Mong, Wong Cilik, O-Jekri, Gado Gado Betawi, Unjuk Gigi, Norak Tapi Beken, Kecil-Kecil Jadi Manten, Ganteng Ganteng Kok Monyet, Bule Betawi, Jamilah Binti Selangit serta yang sedang populer Bajaj Bajuri. Namun gambaran Betawi dalam sinetron tidak pernah jauh dari stereotipe sebagai masyarakat yang `terbelakang', hal ini mengundang tanya bagi peneliti untuk memahami wacana apa yang ada di balik representasi masyarakat Betawi dalam sinetron "Bajaj Bajuri", yang dirumuskan dalam petanyaan `Bagaimana wacana yang ingin disampaikan mengenai masyarakat Betawi dalam sinetron komedi situasi "Bajaj Bajuri" yang ditayangkan oleh Trans TV, berkaitan dengan representasi dan ideologi yang dibawanya?' Untuk mengarahkan penelitian digunakan kajian pustaka yang berhubungan dengan sinetron Betawi, televisi dan Critical Discourse Analysis, yakni Betawi di Layar Kaca, Membaca Images Televisi Sebagai Teks, Ideologi dan Hegemoni di Balik Tanda serta Critical Discourse Analysis,
Metode penelitian yang digunakan adalah Critical Discourse Analysis dengan menggunakan kerangka kerja dari Teun Van Dijk. Van Dijk menamakan pendekatannya sebagai analisis kognisi sosial. Ada tiga dimensi yang menjadi acuan dalam menganalisis, yakni teks, kognisi sosial pembuat teks, dan analisis sosial. Teknik pengumpulan data terdiri dari tiga cara, yakni, rekaman vcd "Bajaj Bajuri", wawancara dengan Aris Nugraha sebagai kreator dari sinetron tersebut, dan penelusuran literatur.
Hasil penelitian menjelaskan mengenai gambaran kehidupan masyarakat Betawi sebagai masyarakat marjinal ibukota. Citra Betawi sebagai masyarakat yang `terbelakang' adalah gambaran yang sesuai dengan konversasi atau `aturan' simbolis televisi. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat kekerasan bertingkat dalam sinetron Bajaj Bajuri, yaitu antara Emak dengan Bajuri; dan antara Bajuri dengan Oneng. Peneliti menyimpulkan bahwa `sekedar hiburan' merupakan suatu ideologi yang berakar dari kapitalisme, artinya pembuat teks ingin tayangannya menarik dan ditonton banyak orang, dan akhirnya mendapat rating yang tinggi untuk mengundang para pengiklan.
Actions (login required)
|
View Item |