R. HANDHITO SATRIYO, 020313248 (2007) FREKUENSI GAMBARAN RADIOGRAFIK POSISI MOLAR KETIGA BAWAH IMPAKSI DENGAN PERIKORONITIS (DI RSGMP FKG UNAIR) : Periode September 2006 - Februari 2007. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2007-satriyorha-5163-kg1060-t.pdf Download (325kB) | Preview
Preview	Text (FULL TEXT) gdlhub-gdl-s1-2007-satriyorha-5163-kg10607.pdf Download (1MB) | Preview

Abstract

Posisi impaksi distoangular molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi lebih tinggi terjadi perikoronitis (100%) dibandingkan dengan yang tidak perikoronitis (0%). - Posisi impaksi vertikal molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi lebih tinggi terjadi perikoronitis (61,5%) dibandingkan dengan yang tidak perikoronitis (38,5%). Posisi impaksi mesioangular molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi lebih kecil terjadi perikoronitis (32,8%) dibandingkan dengan yang tidak perikoronitis (.67,2%) - Posisi impaksi horisontal molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi lebih kecil terjadi perikoronitis (24,3%) dibandingkan dengan yang tidak perikoronitis (75,7%). Usia 20-24 tahun yang disertai gigi molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi terjadi perikoronitis lebih rendah (38,6%) dibanding gigi molar ketiga impaksi rahang bawah yang tidak terjadi perikoronitis,demikian halnya dengan periode usia diatas 30 tahun gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dengan perikoronitis sebanyak (39,5%), usia 25-29 tahun (38,2%) dan 18-19 tahun (25%). - Jenis kelamin, laki-laki yang disertai gigi molar ketiga rahang bawah impaksi memiliki frekuensi terjadinya perikoronitis lebih tinggi (40%) dibandingkan dengan wanita (36,7%).

Actions (login required)

View Item