IGNASIUS RESA CHRISTANTO PRATOMO, 060012745 (2006) MODEL STATISTIK PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI LIMOUSIN BETINA BERDASARKAN UKURAN LINGKAR DADA, PANJANG BADAN DAN TINGGI GUMBA. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRACT) gdlhub-gdl-s1-2008-pratomoign-8019-kh2508.pdf Download (295kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s1-2008-pratomoign-8019-kh2508.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Di Indonesia jenis sapi salah satunya adalah sapi Limousin, yang mempunyai persentase daging dan tulang yang besar, kemampuan bereproduksi yang tinggi, mudah beranak, pedet memiliki kemampuan hidup lebih besar, efisiensi pakan dan pertumbuhan daging yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot badan sapi Limousin betina berdasarkan beberapa ukuran bagian-bagian tubuhnya dengan menggunakan model statistik dan membandingkan antara pemakaian model statistik dengan bobot badan ditimbang dan rumus bobot badan pads sapi Limousin betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bagian-bagian tubuh pada berbagai jenis ternak erat kaitannya dengan berat badan. Pertumbuhan dapat diukur dari perubahan bobot badan yang meliputi perubahan bagian-bagian tubuh, tulang daging dan lemak dengan kecepatan berbeda. Sampel penelitian yang digunakan adalah sapi Limousin betina hasil Inseminasi Buatan dan tidak bunting sebanyak 31 ekor. Rentangan lingkar dadanya antara 169 sampai 312 cm, panjang badannya antara 141 sampai 177 cm, tinggi gumbanya antara 124 sampai 159 cm, dan bobot badannya antara 431 sampai 849 kg. Berdasarkan basil analisis regresi, diperoleh hasil model statistik sebagai berikut: Y = -1019,97 + 0,713 LD + 5,74 PB + 4,228 TO. Model statistik yang diperoleh mempunyai koefisien determinasi ganda (R2) sebesar 0,718. Hasil ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba sangat nyata, dan sekitar 71,8 % perubahan bobot badan dipengaruhi oleh perubahan lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumbanya. Pada uji t, didapat bahwa variabel lingkar dada tidak memberikan hubungan yang nyata terhadap bobot badan, sedangkan variabel panjang badan dan tinggi gumba memiliki hubungan yang nyata dengan variabel bobot badan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sapi Limousin betina lebih dahulu mencapai ukuran maksimum pads panjang badan dan tinggi gumba dibandingkan lingkar dada. Uji Duncan menunjukkan bahwa pendugaan bobot badan dengan model statistik lebih mendekati ketepatan perhitungan bobot badan timbangan digital dibandingkan rumus Schoorl dan rumus modifikasi panjang badan. Jika bentuk tubuh sapi diumpamakan sebagai suatu bangun ruang atau silinder, maka pendugaan bobot suatu benda tidak cukup hanya menggunakan satu ukuran variabel saja. Hal ini yang menyebabkan perhitungan model statistik dan rumus modifikasi panjang badan lebih mendekati perhitungan timbangan digital daripada rumus Schoorl. Kesimpulan, persamaan garis regresi Y = -1019,97 + 0,713 LD + 5,74 PB + 4,228 TG dapat digunakan untuk menduga bobot badan sapi Limousin betina dengan rentangan umur antara satu sampai empat tahun dan tidak bunting. Saran, perlu dipertimbangkan kembali pendugaan bobot badan sapi dengan menggunakan rumus Schoorl, mengingat secara Uji Duncan memberikan hasil yang berbeda nyata.

Actions (login required)

View Item