HARTANTA BARUS, 060413325 (2008) PENGARUH PEMBERIAN MELATONIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL PULAU LANGERHANS PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) EKSPERIMENTAL DIABETES MELITUS TIPE I. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2009-barusharta-10735-abstrak-9.pdf Download (320kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s1-2009-barusharta-10342-kh39-9.pdf Restricted to Registered users only Download (925kB) | Request a copy |
Abstract
Radikal bebas merupakan suatu zat atau bahan kimia yang terbentuk dalam tubuh akibat metabolisme oksidasi. Kelebihan produksi radikal bebas dapat menyebakan oxidative stress. Oxidative stress adalah ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan. Keadaan oxidative stress membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh. Reaksi oxidative stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit tumor, kanker, katarak, keriput dan penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang dikenal sebagai penyakit pembunuh di Indonesia adalah diabetes melitus.Dugaan bahwa radikal bebas tersebar di mana-mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan bakar seperti mesin dan kendaraan bemotor. Paparan sinar ultraviolet yang terus menerus, pestisida dan pencemaran lain didalam makanan kita. Semuanya itu menyebabkan tubuh kita harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi gempuran radikal bebas adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan. Tubuh sebenarnya memproduksi antioksidan alarm seperti superoxide dismutase (SOD), glutathione, peroxidase dan catalase yang bekerja mencegah terbentuknya radikal bebas baru dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul jinak. Banyaknya radikal bebas yang masuk membuat tubuh membutuhkan makanan tambahan lain, berupa antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder berguna untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya kerusakan sel. Salah satu antioksidan yang dapat digunakan untuk pencegahan pada penyakit diabetes melitus adalah melatonin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian melatonin pada eksperimental diabetes melitus tipe I dalam mempertahankan jumlah sel pulau Langerhans pada dosis tertentu yang dibuktikan dengan bertahannya jumlah sel pulau Langerhans. Hewan coba digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang berumur ± 3 bulan sebanyak 25 ekor. Penelitian dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yang ditetapkan secaraa acak. Perlakuan I (P0) sebagai kontrol positif diberikan NaCl fisiologis, perlakuan II (P1) diinduksi alloksan pada hari ke-8 dengan dosis dosis 150 mg/kg BB hewan coba., perlakuan III (P2) diberikan melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB hewan coba, perlakuan IV (P3) diberikan melatonin dengan dosis 10 mg/kg BB hewan coba dan perlakuan V (P4) diberikan melatonin dengan dosis 15 mg/kg BB hewan coba. Melatonin diberikan sekali dalam sehari secaraa intraperitoneal selama 7 hari. Setelah pemberian melatonin,pada hari ke-8 diberikan alloksan dengan dosis 150 mg/kg BB hewan coba. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pembedahan dengan mengambil kelenjar pankreas untuk dibuat preparat histologi dengan metode Hematoxylin Eosin (HE). Melalui preparat histologi, kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop untuk menghitung jumlah sel pulau Langerhans. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap. Data dianalisis menggunakan Uji Analisis Varian (ANAVA), dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh. Hasil uji statistik analisis varians satu arah (One-way analysis of variant) didapatkan F (hitung) = 12,452 sedangkan F (tabel) (0,05) = 2,87 dan F (tabel) (0,01) = 4,43 yang berarti F (hitung) > F (tabel) (0,01) sehingga terdapat perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01). Data analisis yang diperoleh berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil yang diperoleh dari uji Duncan adalah dari keseluruhan perlakuan adalah P0 berbeda nyata dengan P1, P2, P3 dan P4. P1 berbeda nyata dengan P0, P2, P3 dan P4. Diantara P2, P3 dan P4 tidak terjadi perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata dengan P0 dan P1. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB (P2), 10 mg/kg BB (P3) dan 15mg/kg BB (P4) tidak efektif untuk mempertahankan sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I, karena pada uji Duncan P2, P3 dan P4 berbeda nyata dengan P0 sebagi kontrol positif. Tetapi pemberian melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB (P2), 10 mg/kg BB (P3) dan 15mg/kg BB (P4) dapat mengurangi kerusakan sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I, karena P2, P3 dan P4 berbeda nyata dengan P1 sebagai konrol negatif. Saran yang diberikan adalah perlu penggunaan peewanaan preparat histologi yang dapat spesifik melihat sel β pulau Langerhans untuk konfirmasi kerusakan sel β akibat alloksan maupun sel β yang bertahan karena pengaruh melatonin dan perlu penelitian lanjutan pemberian melatonin jangka panjang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I. Radikal bebas merupakan suatu zat atau bahan kimia yang terbentuk dalam tubuh akibat metabolisme oksidasi. Kelebihan produksi radikal bebas dapat menyebakan oxidative stress. Oxidative stress adalah ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan. Keadaan oxidative stress membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh. Reaksi oxidative stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit tumor, kanker, katarak, keriput dan penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang dikenal sebagai penyakit pembunuh di Indonesia adalah diabetes melitus.Dugaan bahwa radikal bebas tersebar di mana-mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan bakar seperti mesin dan kendaraan bemotor. Paparan sinar ultraviolet yang terus menerus, pestisida dan pencemaran lain didalam makanan kita. Semuanya itu menyebabkan tubuh kita harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi gempuran radikal bebas adalah dengan mengurangi paparannya atau mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan. Tubuh sebenarnya memproduksi antioksidan alarm seperti superoxide dismutase (SOD), glutathione, peroxidase dan catalase yang bekerja mencegah terbentuknya radikal bebas baru dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul jinak. Banyaknya radikal bebas yang masuk membuat tubuh membutuhkan makanan tambahan lain, berupa antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder berguna untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya kerusakan sel. Salah satu antioksidan yang dapat digunakan untuk pencegahan pada penyakit diabetes melitus adalah melatonin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian melatonin pada eksperimental diabetes melitus tipe I dalam mempertahankan jumlah sel pulau Langerhans pada dosis tertentu yang dibuktikan dengan bertahannya jumlah sel pulau Langerhans. Hewan coba digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar yang berumur ± 3 bulan sebanyak 25 ekor. Penelitian dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yang ditetapkan secaraa acak. Perlakuan I (P0) sebagai kontrol positif diberikan NaCl fisiologis, perlakuan II (P1) diinduksi alloksan pada hari ke-8 dengan dosis dosis 150 mg/kg BB hewan coba., perlakuan III (P2) diberikan melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB hewan coba, perlakuan IV (P3) diberikan melatonin dengan dosis 10 mg/kg BB hewan coba dan perlakuan V (P4) diberikan melatonin dengan dosis 15 mg/kg BB hewan coba. Melatonin diberikan sekali dalam sehari secaraa intraperitoneal selama 7 hari. Setelah pemberian melatonin,pada hari ke-8 diberikan alloksan dengan dosis 150 mg/kg BB hewan coba. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pembedahan dengan mengambil kelenjar pankreas untuk dibuat preparat histologi dengan metode Hematoxylin Eosin (HE). Melalui preparat histologi, kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop untuk menghitung jumlah sel pulau Langerhans. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap. Data dianalisis menggunakan Uji Analisis Varian (ANAVA), dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh. Hasil uji statistik analisis varians satu arah (One-way analysis of variant) didapatkan F (hitung) = 12,452 sedangkan F (tabel) (0,05) = 2,87 dan F (tabel) (0,01) = 4,43 yang berarti F (hitung) > F (tabel) (0,01) sehingga terdapat perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01). Data analisis yang diperoleh berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil yang diperoleh dari uji Duncan adalah dari keseluruhan perlakuan adalah P0 berbeda nyata dengan P1, P2, P3 dan P4. P1 berbeda nyata dengan P0, P2, P3 dan P4. Diantara P2, P3 dan P4 tidak terjadi perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata dengan P0 dan P1. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB (P2), 10 mg/kg BB (P3) dan 15mg/kg BB (P4) tidak efektif untuk mempertahankan sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I, karena pada uji Duncan P2, P3 dan P4 berbeda nyata dengan P0 sebagi kontrol positif. Tetapi pemberian melatonin dengan dosis 5 mg/kg BB (P2), 10 mg/kg BB (P3) dan 15mg/kg BB (P4) dapat mengurangi kerusakan sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I, karena P2, P3 dan P4 berbeda nyata dengan P1 sebagai konrol negatif. Saran yang diberikan adalah perlu penggunaan peewanaan preparat histologi yang dapat spesifik melihat sel β pulau Langerhans untuk konfirmasi kerusakan sel β akibat alloksan maupun sel β yang bertahan karena pengaruh melatonin dan perlu penelitian lanjutan pemberian melatonin jangka panjang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah sel pulau Langerhans pada eksperimental diabetes melitus tipe I.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 KH 39 / 09 Bar p | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | melatonin; histopatologi sel; tikus putih. | |||||||||
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture > SF405.5-407 Laboratory animals S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology |
|||||||||
Divisions: | 06. Fakultas Kedokteran Hewan | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Anisa Septiyo Ningtias | |||||||||
Date Deposited: | 20 Oct 2009 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 26 Jul 2016 01:01 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/20311 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |