FIRMAN KRISTIANTO SUMEDI, 060413334 (2009) KARAKTERISASI GROWTH DIFFERENTIATION FACTOR-9 (GDF-9) PADA OOSIT SAPI YANG DIKOLEKSI DARI FOLIKEL PREANTRAL DENGAN METODE DOTBLOTTING. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2011-sumedifirm-15755-kh27-10-k.pdf Download (339kB) | Preview |
|
Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s1-2011-sumedifirm-13112-kh27-10-e.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Untuk mendapatkan oosit dengan kualitas optimum dalam aplikasi In Vitro Fertilization (IVF) banyak factor yang mempengaruhinya. Diketahui selain hormon, selama proses folikulogenesis dan maturasi oosit juga dipengaruhi oleh faktor lokal yang tedapat pada oosit, antara lain adalah Growth Factor. Growth Factor mempunyai peran penting dalam peningkatan proliferasi dan differensiasi sel granulosa, meningkatkan transportasi asam amino membran sel dan pengikatan asam-asam amino sehingga membentuk protein. Pada proses maturasi banyak protein yang diduga berperan pada pematangan oosit salah satunya adalah Growth Differentiation Factor-9 (GDF-9) yang juga merupakan Growth Factor derivat oosit yang bersifat parakrin. Growth Differentiation Factor-9 adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 51 kDa yang termasuk dalam anggota super famili dari TGF-β yang diekspresikan hanya dalam oosit dan disintesis sepanjang pertumbuhan folikel. Growth Differentiation Factor-9 mereduksi produksi cAMP yang distimulasi FSH dan berperan pada proses maturasi oosit yang sangat menentukan kualitas dan daya hidup embrio yang dihasilkannya (Vitt et al., 2002). Kerja biologis GDF-9 diperantarai oleh reseptor tipe I dan II bersama dengan kerja serine kinase spesifik yang ada disel granulosa. Kekurangan GDF-9 akan menyebabkan perkembangan folikel terhenti, serta berkurangnya kemampuan pembelahan meiosis pada oosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi fraksi protein GDF-9 yang diisolasi dari oosit sapi, dikoleksi dari folikel preantral dan diharapkan dapat memproduksi oosit dengan kualitas optimum untuk kepentingan dalam bidang transfer embrio. Penelitian ini dilakukan di laboratorium In Vitro Fertilization (IVF) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan laboratorium biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Ovarium sapi yang berasal dari RPH dicuci dengan menggunakan NaCl fisiologis, kemudian dilakukan aspirasi pada folikel preantral dengan jarum berukuran 18 G yang dihubungkan dengan spuit 5 cc yang telah berisi phosphat buffer saline (PBS) dan dilakukan koleksi oosit. Hasil koleksi oosit dilakukan isolasi antigen dengan metode elektroelusi, kemudian diimunisasikan pada 4 ekor kelinci yang bertujuan untuk mendapatkan serum yang mengandung antibodi terhadap GDF-9. Antibodi anti-GDF-9 yang didapat kemudian dilakukan dotblotting dengan cara direaksikan dengan antigen GDF-9. Hasil yang diperoleh dilihat dari berubahnya warna dot pada membran nitroselulosa yang menunjukkan adanya ikatan antara antibodi anti-GDF-9 dengan antigen GDF-9. Hasil uji dotblotting menunjukkan bahwa antigen GDF-9 mampu menginduksi antibodi anti-GDF-9 yang berasal dari serum darah kelinci. Munculnya warna dot pada membran nitroselulosa membuktikan bahwa adanya ikatan antara antigen GDF-9 dan antibodi anti GDF-9. Dari hasil analisis data diketahui bahwa pada booster I telah terjadi peningkatan intensitas warna mulai bleeding I (38 hari setelah imunisasi pertama) dan mencapai puncaknya pada bleeding IV. Pada booster yang kedua, intensitas warna dot mencapai puncaknya pada minggu keempat setelah booster atau bleeding ke-9 (minggu ke-11 setelah imunisasi pertama). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa protein GDF-9 dapat dikarakterisasi dengan menggunakan metode dotblotting, dan kandungan antibodi tertinggi didapatkan pada bleeding ke-9. Selanjutnya disarankan bila akan dilakukan penelitian tentang protein GDF-9 dengan menggunakan metode dotblotting, disarankan antibodi yang paling baik untuk digunakan adalah antibodi anti-GDF-9 dari serum darah hasil bleeding ke-9 (minggu ke-11 setelah dilakukan imunisasi). Selain itu, Untuk keperluan isolasi fraksi protein GDF-9 sebaiknya menggunakan oosit hasil koleksi dari folikel preantral.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KH 27/10 Sum k | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | GDF-9, oocyte, preantral follicle, dotblotting | |||||||||
Subjects: | Q Science > QL Zoology > QL700-739.8 Mammals S Agriculture > SF Animal culture > SF191-275 Cattle S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology |
|||||||||
Divisions: | 06. Fakultas Kedokteran Hewan | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Nn Anisa Septiyo Ningtias | |||||||||
Date Deposited: | 07 Mar 2011 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 26 Jul 2016 07:36 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/20345 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |