VERONIKA YOCELINANDA FEBRIANTI, 100610177 (2010) GAMBARAN RIWAYAT MAKAN, FREKUENSI KONSUMSI PURIN DAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA GOUT ARTHRITIS (Studi pada pasien Gout Arthritis di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
2.pdf Download (184kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2011-febriantiv-13388-kkckkf-g.pdf Restricted to Registered users only Download (896kB) | Request a copy |
Abstract
Di Indonesia, gout arthritis menempati urutan kedua setelah penyakit rematik osteoarthritis (OA). Berdasarkan data tahun 2009 di RSU Haji Surabaya, tercatat gout arthritis menempati urutan kasus dengan jumlah pasien terbanyak dibanding penyakit rheumatoid lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari gambaran riwayat makan, frekuensi konsumsi bahan pangan sumber purin dan kadar asam urat darah pada penderita gout arthritis serta untuk mempelajari hubungan jenis kelamin dan riwayat makan terhadap kadar asam urat darah. Jenis penelitian observasional deskriptif dengan disain cross sectional. Populasinya adalah semua pasien gout arthritis yang berkunjung di RSU Haji Surabaya dengan besar sampel sejumlah 20 pasien, pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling. Sebagian besar responden berusia antara 51-60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi, dan pekerjaan PNS. Riwayat makan responden yang memicu terjadinya gout arthritis sebanyak 75%. Sumber purin nabati yang paling sering dikonsumsi adalah kacang-kacangan (20%) dengan frekuensi 2x seminggu dan alpukat (25%) 1x sebulan, sedangkan sumber purin hewani adalah udang (40%) dan kepiting (30%) dengan frekuensi 1x sebulan. Bir, anggur, dan tuak tidak pernah dikonsumsi, sedangkan tape dan brem dikonsumsi oleh 10% responden dengan frekuensi 1x sebulan. Namun ada juga makanan yang masih dikonsumsi harian yaitu bebek dan tape dengan frekuensi 1x sehari. Penderita gout arthritis yang memiliki kadar asam urat berlebih (hiperurisemia) sebanyak 70%. Responden laki-laki yang mengalami hiperurisemia sebanyak 72,7%. Dari semua responden yang mempunyai riwayat makan memicu timbulnya gout arthritis, sebanyak 80% mengalami hiperurisemia. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa riwayat makan yang memicu timbulnya gout arthritis mempunyai risiko tinggi untuk mengalami hiperurisemia. Untuk itu, perlu dipahami tentang pentingnya menjaga pola makan sejak muda, utamanya konsumsi bahan pangan sumber purin, agar kadar asam urat darah tidak berlebih sehingga terhindar dari serangan gout arthritis.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKC KK FKM 124/10 Feb g | ||||||
Uncontrolled Keywords: | ARTHRITIS AND GOUTH | ||||||
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA643-645 Disease (Communicable and noninfectious) and public health R Medicine > RB Pathology |
||||||
Divisions: | 10. Fakultas Kesehatan Masyarakat | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Nn Shela Erlangga Putri | ||||||
Date Deposited: | 10 Mar 2011 12:00 | ||||||
Last Modified: | 02 Aug 2016 01:24 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/21997 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |