Nathania Bayu Astrella, 110110489 (2006) ASPIRASI PERKAWINAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANG TUA PADA MASA ANAK - ANAK. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (Abstrak) gdlhub-gdl-s1-2006-astrellana-1312-psi500-k.pdf Download (327kB) | Preview
Preview	Text (FULL TEXT) 26474.pdf Download (3MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana individu yang mengalami perceraian orang tua pada masa anak-anaknya, memaknai perkawinan dan perceraian. Serta mengetahui bagaimana aspirasi perkawinan individu, dan faktor apa Baja yang turut mempengaruhi aspirasi perkawinan individu tersebut. Teknik yang dig unakan dalam penelitian ini adalah tipe pendekatan kualitatif studi kasus eksplanatif, dengan menggunakan desain multi kasus holistik. Penelitian ini menggunakan 2 orang subyek dengan usia 22-23 tahun, serta significant other untuk memperkaya data. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara terhadap subyek dan significant other, serta observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah penjodohan pola (pattern matching) dan explanation building. Setelah melakukan penggalan data dan analisis data, maka diperoleh hasil mengenai pemaknaan individu akan perkawinan dan perceraian. Individu memaknai perkawinan sebagai hubungan yang dilandasi komitmen, kepercayaan, dan merupakan proses yang kontinyu. Pemaknaan ini diperoleh melalui pengalaman individu dalam melihat perkawinan orang tuanya baik sebelum dan setelah perceraian terjadi. Perceraian dimaknai sebagai terputusnya hubungan suami-istri yang memiliki dampat besar bagi anak dan berkelanjutan. Perceraian merupakan alternatif terakhir sebagai solusi perkawinan yang bermasalah, karena hingga saat penelitian berlangsung individu masih merasa dampak dari perceraian orang tua yang telah terjadi lebih dari 10 tahun. Aspirasi perkawinan individu, merupakan aspirasi yang realistis. Individu ingin menikah pada awal usia 20 tahun, dengan toleransi terhadap kemungkinan mundurnya rencana tersebut, dan telah melakukan persiapan menuju perkawinan. Individu ingin membangun keluarga yang harmonis, dan tidak terjadi perceraian, sehingga individu membicarakan mengenai kemungkinan yang akan terjadi dalam perkawinan dengan pasangan sejak masih pacaran. Aspirasi ini muncul karena kemampuan individu dalam menganalisis penyebab perceraian orang tuanya, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Hingga individu memiliki gambaran akan keluarga yang harmonis dan peran/figur orang tua dan suami-istri yang ingin diwujudkan. Akhirnya faktor yang mempengaruhi aspirasi perkawinan individu diantaranya adalah peranan orang tua dalam keluarga, gambaran peran suami-istri dalam masyarakat, pengalaman masa lalu, minat dan nilai individu, pendangan individu akan perkawinan, serta pasangan. Diharapkan dari penelitian ini, masyarakat tidak memberikan stereotipe terlebih dahulu mengenai anak yang orang tuanya bercerai. Karena anak membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya, termasuk keluarga dan masyarakat, baik sebelum, selama dan setelah peristiwa perceraian. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan subyek yang lebih banyak, serta pengalaman perceraian yang lebih beragam. Bagi individu yang mengalami perceraian orang tua, disarankan untuk mampu melihat/menganalisis permasalahan perkawinan orang tua hingga perceraian terjadi. Terus berusaha untuk meminimalisir ketakutan mengenai kemungkinan terjadinya perceraian nantinya, dan tidak mengh ndari perkawinan.

Actions (login required)

View Item