Faishal, Ahmad, NIM. 129910046 (2008) REMOH DAN SANDHOR MADURA DI SURABAYA (1970-1980). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2008-faishalahm-7352-fssej2-k.pdf Download (331kB) | Preview |
|
Text (full text)
gdlhub-gdl-s1-2008-faishalahm-7319-fssej2-r.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Remoh ialah arisan yang diselengarakan oleh kelas sosial atas dalam masyarakat Madura dan khusus untuk laki-laki, dengan kemampuan ekonomi cukup serta selalu menampilkan hiburan Sandhor, memiliki aturan dan gengsi tersendiri bagi anggota kelompoknya. Sandhor adalah hiburan kesenian yang disajikan dalam acara Remoh, semacam perpaduan antara kesenian tradisional ludruk dan tandak. Serta diiringi oleh penari-penari laki-laki yang menyerupai perempuan dengan diiringi musik gamelan dengan nada dasar slendro. Hubungan Remoh dan Sandhor adalah seperti dua mata keping uang yang saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Sepanjang tahun Sandhor dan Remoh banyak mengalami perubahan. Pada tahun 1961, unsur-unsur magi dan mistik banyak mewarnai panggung dan menjadi proses ritual bagi masyarakat Madura, sekaligus pesta besar-besaran. Acara Remoh pada tahun 1961 ini dilakukan mulai dari pagi hari hingga dini hari pada hari berikutnya. Item-item pertunjukannya terdiri dari Kejung, Tandheng Alos, Tandheng Jhubek, Bhejek, Andungan, Panggilan, Wuwulan dan drama sandiwara Bhu 'Embu'-en atau Pak leter- Buk leter. Pada tahun 1970-1980, Remoh dan Sandhor banyak mengalami perubahan yang secara intrinsik dan ekstrinsik. Perubahan yang terjadi pada Remoh adalah adanya modernisasi dalam sistem opersional dan struktur kepengurusan, mulai ada stempel dan layar-layar kelompok, mulai ada stat (atau tagihan piutang). Perubahan lain yang terjadi dalam masyarakat Remoh adalah adanya konflik intern antar kelompok-kelompok, yakni konflik antara kelompok yang berasal dari kabupaten Bangkalan dan kelompok yang berasal dari Sampang. Konflik ini di kenal dengan nama pertikaian Bharak Songai untuk kelompok yang berasal dari Bangkalan dan Terror Songai untuk kelompok yang berasal dari Sampang. Istilah ini juga menandakan letak geografis kelompok yang bertikai tersebut, yakni Kelompok Bharak Songai (barat sungai) Kalimas, yakni kelompok yang berdomisili di daerah J1. Pesapen dan sekitarnya. Sementara kelompok Sampang berada di timur sungai Kalimas Surabaya. Efek dari konflik ini adalah semakin banyaknya anggota Remoh sehingga harus memotong konvensi dan bagian-bagian dalam Sandhor. Yakni Bhejek, Tandheng Alas., Tandheng jubek. Bhu 'Embu'-en pelahan-lahan mulai dihilangkan. Selain banyak bagian yang dihilangkan, karena banyaknya peserta maka ada beberapa sesepuh yang bukan kepala desa (klebun) menamakann dirinya klebun. Gelar klebun palsu ini kemudian diikuti dengan peserta yang lain sehingga menjadi tren, dan hampir semua peserta Remoh menamakan dirinya klebun. Gelar klebun palsu ini juga merupakan satu bentuk simbol penguasaan suatu daerah.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FS Sej 25/07 Fai r | ||||||
Uncontrolled Keywords: | ARTS, JAVANESS; MADURESE (INDONESIAN PEOPLE) | ||||||
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general > NX1-820 Arts in general | ||||||
Divisions: | 12. Fakultas Ilmu Budaya > Ilmu Sejarah | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Sulistiorini | ||||||
Date Deposited: | 08 Jul 2008 12:00 | ||||||
Last Modified: | 15 Jun 2017 19:04 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/27380 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |