PERAN PAPAIN PADA PELEPASAN PLAK GIGITIRUAN SERTA SIFAT BIOKOMPATIBILITAS

SITI SUNARNINGTYAS, 099813127 D (2002) PERAN PAPAIN PADA PELEPASAN PLAK GIGITIRUAN SERTA SIFAT BIOKOMPATIBILITAS. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2007-sunarintya-5221-dis01_0-k.pdf

Download (497kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-sunarintya-5221-disk_01-3.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Pemakaian gigitiruan setelah pencabutan gigi sangat penting. Pemakaian gigitiruan akan menolong penderita dalam memperbaiki estetika, mengembalikan fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi bicara, mempertahankan kesehatan jaringan gusi serta relasi rahang atas dan rahang bawah, dan menambah kepercayaan diri. Gigitiruan yang dipasang di dalam mulut akan segera berkontak dengan saliva. Gigitiruan mengadsorpsi sejumlah molekul saliva dan membentuk lapisan organik tipis yang disebut pelikel. Pelikel mengandung protein yang dapat mengikat mikroorganisme rongga mulut sehingga melekat pada permukaan gigitiruan. Mikroorganisme ini akan berkoloni dengan mikroorganisme lain dan berkembang biak membentuk biofilm pada permukaan gigitiruan yang disebut plak. Mikroorganisme dan produk metabolisme mikroorganisme dapat menyebabkan keradangan jaringan mukosa mulut yang disebut denture stomatitis. Plak yang banyak juga dapat menimbulkan bau mulut kurang sedap dan perubahan warna gigitiruan. Untuk mencegah terjadinya keadaan patologis dan gangguan estetika tersebut perlu dilakukan pembersihan gigitiruan setiap hari. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimia. Pembersih kimiawi yang beredar di pasaran kurang memuaskan pemakai gigitiruan. Perendaman gigitiruan dalam larutan peroksida tidak efektif membersihkan plak. Pembersih hipoklorit dapat memecah matriks plak, tetapi menyebabkan pemutihan gigitiruan, korosi logam, dan meninggalkan bau serta rasa kurang sedap. Pembersih asam hidroklorida melarutkan komponen anorganik plak, tetapi menyebabkan korosi logam. Material abrasif menipiskan plat gigitiruan sehingga plat mudah patah. Material enzim baru dikembangkan dalam upaya memecah komponen organik plak. Analisis komponen plak menunjukkan bahwa plak terdiri dari 70 % mikroorganisme dan 30 % matriks plak. Matriks plak terdiri dari air 80 % dan fraksi padat 20 % . Fraksi padat terdiri dari protein 40-50 %, karbohidrat 13-18 %, dan lemak 10-14 %. Protein merupakan fraksi padat organik terbanyak matriks plak. Berdasarkan fakta ini, ingin dicari alternatif material pembersih gigitiruan yang dapat memecah komponen organik protein matriks plak sehingga susunan reguler plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Papain adalah enzim proteolitik yang berasal dari getah pepaya yang banyak diproduksi di Indonesia. Papain bekerja pada pH yang luas (3-11), mempunyai variasi pemilihan substrat yang banyak, mudah diperoleh, dan harganya murah. Papain banyak digunakan untuk pengobatan. Papain digunakan sebagai pelancar pencernaan, mengurangi penggumpalan darah sebelum operasi, melepaskan kulit nekrotik, dan pembersih lensa kontak. Pemakaian papain di bidang kedokteran gigi masih sangat jarang. Berdasarkan hal ini, ingin dikaji penggunaan papain di bidang kedokteran gigi sebagai pembersih plak. Penelitian eksperimental dilakukan untuk mengkaji peran papain sebagai material alternatif pembersih plak gigitiruan. Penelitian terutama dilakukan untuk mendapatkan dosis papain yang diperlukan untuk melepaskan plak yang melekat pada gigitiruan selama 24 jam, mengkaji proses pelepasan plak akibat hidrolisis papain, dan mempelajari sifat biokompatibilitas papain. Pada pengkajian dosis papain dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu banyaknya plak yang melekat pada permukaan gigitiruan, aktivitas papain yang diperlukan untuk menghidrolisis plak, dan waktu yang dibutuhkan papain untuk melepaskan plak. Pengkajian jenis protein plak yang terhidrolisis oleh papain dilakukan secara kualitatif menggunakan SDS PAGE. Pemeriksaan biokompatibilitas dilakukan setelah dibuktikan adanya papain tersisa pads gigitiruan setelah proses perendaman. Pemeriksaan biokompatibilitas dilakukan terhadap sitotoksisitas papain dan kejadian hipersensitivitas yang ditimbulkan oleh papain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya protein plak pada pemakaian giaitiruan lengkap rahang atas selama 24 jam adalah 23,56 ± 2,74 µg. Dosis papain yang dibutuhkan untuk menghidrolisis sejumlah plak tersebut adalah 15,66 TU/mg selama 10 menit. Papain yang digunakan perlu diaktifkan dengan sistein 0,02 M dan EDTA 0,003 M untuk mendapatkan aktivitas enzim yang optimum. Pelepasan protein plak dari permuaaan gigitiruan pads perendaman dalam larutan papain selama 10 menit terjadi secara menyeluruh pada semua band protein plak yang terdeteksi. Setelah proses pembersihan, temyata ada protein papain tersisa yang melekat pads gigitiruan sebanyak 0,009 ± 0,005 µg. Ujji biokompatibilitas menunjukkan bahwa paparan papain 15,66 TU/mg tidak bersifat sitotoksik. Tes tusuk kulit dan pemeriksaan Ig E spesifik papain dalam serum darah menunjukkan bahwa paparan papain tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas bagi orang sehat, namun dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas bagi penderita alergi papain dengan probabilitas 4,16 % (1 dari 24 sampel). Tes tempel kulit dengan paparan papain menunjukkan reaksi negatif pada semua sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa papain yang diberi sistein dan EDTA bersifat efektif dan efisien melepaskan plak gigitiruan. Papain bersifat menghidrolisis protein plak gigitiruan, yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan reguler plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Dosis papain yang diperlukan untuk menghidrolisis plak gigitiruan pada pemakaian selama 24 jam adalah aktivitas enzim sebesar 15,66 TU/mg dengan lama perendaman 10 menit. Paparan papain sebagai pembersih plak gigitiruan tidak menimbulkan efek sitotoksik dan reaksi hipersensitivitas bagi orang sehat tetapi dapat menimbulkan reaksi alergi bagi penderita alergi papain dengan probabilitas 4,16 %. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan mengkaji karakteristik plak pada penderita denture stumatitis guna mendapatkan dosis papain sebagai material pembersih kuratif dan mengkaji terjadinya reaksi alergi papain dan kemungkinan reaksi alergi silang antara papain dengan enzim golongan sulfhidril lainnya. Penelitian terhadap papain sebagai pembersih plak gigitiruan dapat dikembangkan menggunakan crude papain yang lebih murah harganya dan dapat diproduksi industri dalam negeri. Pengkajian biokompatibilitas perlu dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan dilakukan terus menerus sampai diperoleh pengakuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahkan oleh Council on Dental Materials and Devices

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 01/03 Sun p
Uncontrolled Keywords: PAPAIN; DENTURE CLEANSERS; BIOCOMPATIBILITY
Subjects: R Medicine
R Medicine > RK Dentistry > RK1-715 Dentistry
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
SITI SUNARNINGTYAS, 099813127 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorPURNOMO SURYOHUDOYO, PROF., DRUNSPECIFIED
Thesis advisorBOEDIHARDJO, DR., DRG., M.SC., SPPERIOUNSPECIFIED
Thesis advisorP.G. KONTHEN, PROF., DR., Dr., SP.PD-KAIUNSPECIFIED
Depositing User: Ika Rudianto
Date Deposited: 06 Jun 2016 05:38
Last Modified: 08 Jun 2017 22:21
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31840
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item