ADELEIN NANNERL WITRYA HOETARJO - PAKASI, 099813101D
(2005)
PERAN TRANSFORMING GROWTH FACTOR-; DAN NITRIC OXIDE TERHADAP TIMBULNYA APOPTOSIS DAN NEKROSISJARINGAN TRABECULAR MESHWORK PENDERITA GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER OBSERVASI KLINIS DAN PENELITIAN BIOLOGI MOLEKULER UNTUK MENJELASKANPATOGENESIS GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER CREEPING.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor 2, baik di Indonesia maupun di dunia. Angka kebutaan yang tinggi ini di sebabkan beberapa hal. Pertama adalah patogenesis kelainan yang belum di pahami dengan benar yang mengakibatkan penatalaksanaan yang tidak tepat. Kebutaan akibat glaukoma juga di sebabkan karena penanganan yang terlambat akibat ketidaktahuan penderita akan kelainan yang sedang di deritanya. Terdapat dua jenis glaukoma di mana penderita sering mendapatkan penanganan yang terlambat. Pertama, Glaukoma Sudut Terbuka Primer (GSBP) yang menunjukkan perjalanan penyakit panjang, menahun dan progresip, yang terjadi akibat meningkatnya Tekanan Intra Okuli (TIO) yang perlahan. Penderita GSBP tidak pernah merasakan sakit ataupun menunjukkan tanda merah pada matanya karena kemampuan adaptasi yang di miliki mahluk hidup. Adaptasi juga menyebabkan penderita tak sadar akan kekurangannya. Ketika defek lapang pandang sudah amat luas barulah penderita sadar namun saat itu kerusakan saraf optik yang ireversibel telah terjadi. Penanganan terlambat juga di alami penderita Glaukoma Sudut Tertutup Primer (GSTP) Creeping pada mana TIO meningkat amat perlahan; keadaan ini janggal untuk sebuah sudut tertutup. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan kejadian ini dengan cara membandingkannya terhadap dua bentuk glaukoma yang juga terjadi pada sebuah sudut tertutup yaitu GSTP Akut Lanjut dan GSTP Subakut. GSTP Akut Lanjut dan GSTP Subakut terjadi karena pupillary block yang dapat dengan mendadak menghambat aliran keluar cairan akuos dari dalam bola mata. Keluhan penderita amat tergantung pada cepat dan tingginya TIO meningkat. Pada GSTP Akut Lanjut, TIO meningkat amat cepat dan tinggi, sehingga timbul rasa sakit hebat di mata di sertai perasaan mual sampai (mau) muntah. Ketajaman penglihatan menurun dengan cepat karena timbulnya edema kornea. Semua keadaan ini menyebabkan penderita segera mencari pertolongan dokter. Pada GSTP Subakut, TIO meningkat mendadak hanya untuk waktu yang singkat dan menjadi normal kembali secara spontan. Keadaan ini dapat di bantu dengan cara penderita menekan bola matanya (karena rasa sakit), dan ternyata tindakan ini dapat membantu karena TIO menurun spontan. Tekanan di dalam bola mata dapat meningkat lagi secara mendadak, perisitiwa ini terjadi berulang sehingga akhirnya terjadi juga kenaikan TIO yang terlalu tinggi yang dapat merusakkan saraf optik. Pada GSTP Creeping, TIO meningkat amat perlahan (bertahun-tahun) tanpa pernah menimbulkan rasa sakit. Ketidak-tahuan penderita akan adanya sebuah kelainan pada matanya menyebabkannya terlalu sering datang pada stadium akhir penyakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian ini di sebabkan iris crowding pada dasar sudut Bilik Depan Mara sehingga ruangan BMD menjadi sempit / dangkal dan terjadi aposisi iris terhadap bagian perifer kornea. Dalam jangka panjang akan timbul perlekatan yang akan makin membuat sudut sempit itu menjadi lebih sempit lagi. Penyempitan yang perlahan menimbulkan hambatan perlahan dan kenaikan TIO yang perlahan pula. Meskipun tidak berbeda bermakna namun secara klinis ternyata penderita GSTP Creeping merupakan kelompok usia yang paling tua di antara ketiga jenis GSTP. Berbeda dengan kedua jenis GSTP lainnya yang di dominasi oleh penderita perempuan, maka pada GSTP Creeping jumlah penderita laki-laki sama dengan perempuan. Penderita GSTP Creeping adalah mereka yang datang ke RS paling lambat (sampai bertahun) dan berbeda dengan kedua jenis GSTP lainnya yang ketika datang masih mempunyai tajam penglihatan yang cukup baik maka penderita GSTP Creeping datang ketika kedua belah matanya telah menderita atrofi saraf optik lanjut. Hal tersebut di buktikan dengan terdapatnya penggaungan cawan optik yang besar, yang berbeda bermakna di banding dua bentuk GSTP lainnya. Melalui sebuah gonioskop, ketiga bentuk GSTP dapat di bedakan secara kwalitatip. Apabila di gunakan sebuah Ultrasound Biomicroscope maka membedakan besarnya sudut BMD dapat di lakukan secara kwantitatip dan akurat, namun belum seluruh pusat Glaukoma di dunia mempunyai alat canggih ini (juga belum di RSSA Malang). Dengan mempelajari reaksi sel endotel TM pada berbagai bentuk GSTP di harapkan di temukan perbedaan mendasar pada ketiga bentuk glaukoma sudut tertutup karena pada ketiga bentuk glaukoma tersebut terdapat perbedaan kenaikan TIO. Telah di buktikan beberapa peneliti sebelumnya bahwa shear stress yang perlahan dan ringan akibat aliran cairan dalam pembuluh merangsang timbulnya Transforming Growth Factor beta (TGF- ) sedangkan tekanan hidraulik yang tinggi dan mendadak yang di berikan pada endotel merangsang timbulnya Nitric Oxide (NO). TGF- berfungsi pada TM sebagai penyeimbang TIO, melalui mekanisme perubahan matrik ekstra seluler pada membrana basalis endotel TM. NO berfungsi pada TM sebagai penyeimbang TIO melalui perubahan vakuol TM dengan cara merelaksasi vakuol apabila tekanan mulai meningkat. Dalam jumlah yang tinggi dan mendadak NO tidak lagi mungkin menjamin keseimbangan cairan akuos dalam TM bahkan dapat menimbulkan apoptosis dan dalam jumlah amat berlebihan_ iskemia yang timbul dapat menyebabkan timbulnya nekrosis. Konsentrasi NO dan TGF- yang akan di periksa di ambil dari cairan akuos, sedangkan apoptosis serta nekrosis di tentukan berdasarkan pemeriksaan janngan TM. Hipotesis yang di ajukan adalah bahwa nilai ke empat variabel (TGF- , NO, Apoptosis dan Nekrosis) pada GSTP Creeping berada di Iuar kedua GSTP lainnya, karena secara Minis GSTP Creeping di anggap mempunyai patogenesis yang berbeda di banding kedua jenis GSTP lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NO dan indek Apoptosis berbeda bermakna, sedangkan variabel TGF- dan indek Nekrosis tidak berbeda bermakna. Untuk variabel yang berbeda bermakna, GSTP Creeping mempunyai nilai yang berada di antara GSTP Akut Lanjut dan GSTP Subakut. Untuk variabel yang tidak berbeda bermakna justru nilainya di luar variabel kedua jenis GSTP lainnya. Kesimpulan yang dapat di tarik adalah bahwa GSTP Creeping mempunyai mekanisme seperti GSTP Akut Lanjut dan GSTP Subakut, namun juga mempunyai mekanisme tersendiri. Dengan demikian pada GSTP Creeping ada sebuah multi mekanisme (pupillary block dan iris crowding). Variabel NO yang bermakna menunjukkan bahwa sifat dan amplitudo stres yang mengenai endotel berpengaruh. Variabel apoptosis yang bermakna menunjukkan bahwa mungkin ada peran tTgase (dan bukan TGF- 2) pada peristiwa ini. Untuk kedua variabel yang bermakna ini tidak ada cut off yang bisa di peroleh untuk GSTP Creeping.
Item Type: |
Thesis
(Disertasi)
|
Additional Information: |
KKA KK Dis K 08/07 Hoe p |
Uncontrolled Keywords: |
Creeping Angle Closure Glaucoma, TGF- 2 |
Subjects: |
R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: |
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
ADELEIN NANNERL WITRYA HOETARJO - PAKASI, 099813101D | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | Purnomo Suryohudoyo, Prof., dr | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Tjahjono D. Gondhowiardjo, Dr., dr., SpM(K) | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Nn Husnul Khotimah
|
Date Deposited: |
04 Oct 2016 04:28 |
Last Modified: |
11 Jun 2017 21:08 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31895 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |