AKHMAD ARMAN SUBIYANTO
(2003)
PENURUNAN KETAHANAN IMUNOLOGIK ASI PADA PERAN GANDA IBU MENYUSUI.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Full text not available from this repository.
Abstract
Penurunan kualitas ketahanan imunologik ASI dapat memberikan kerentanan bayi terhadap penyakit infeksi. Penurunan kualitas ketahanan imunologik ASI dapat dipengaruhi oleh kondisi stres ibu menyusui terutama pada peran ganda. Namun perbedaan pengaruh kondisi stres terhadap kualitas ketahanan imunologik ASI pada peran ganda dan bukan peran ganda ibu menyusui masih belum jelas. Penelitian crossectional yang bertujuan untuk mengungkap perbedaan pengaruh kondisi stres terhadap kualitas ketahanan imunologik ASI tersebut melibatkan sampel ibu menyusui yang memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel tersebut meliputi: umur ibu, masa menyusui, anak pertama, daerah sampel dan sehat fisik Sampel ibu menyusui tersebut didapatkan 28 orang ibu berperan ganda dan 23 orang ibu bukan peran ganda. Untuk lebih melihat homogenitas sample khususnya kondisi biologik, maka dilakukan pengukuran variabel kendali yang meliputi: hemoglobin, eritrosit, faal hati (SGOT dan STGPT), faal ginjal (kreatinin) dan gisi (total protein dan albumin). Yang ditetapkan sebagai variabel pengaruh adalah peran ganda dan bukan peran ganda ibu menyusui. Atas dasar pendekatan pemecahan masalah melalui konsep psikoneuroimunologik, maka variabel tergantung ditetapkan sebagai berikut: kortisol, Th dan Ts (dalam darah) serta IgA dan IgG dalam ASI. Perbedaan pengaruh kondisi stres terhadap kualitas ketahanan imunologik ASI pada peran ganda dan bukan peran ganda didasarkan stas penafsiran pola respons ketahanan psikoneuroimunologik. Sebagai hasil analisis penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) kondisi biologik pada peran ganda (G) dan bukan peran ganda (BG) ibu menyusui tidak didapatkan perbedaan dan dalam kondisi batas normal, (2) uji beda Manova seluruh variabel tergantung antara kedua kelompok ( G dan BG ) didapatkan tidak ada perbedaan (p>0,05), namun pada clustering yang menunjukkan empat sub-kelompok (G1=82,14 %, G2=17,86 %, BG1=78,26 % dan BG2=21,74 %) dengan didapatkan adanya perbedaan (p<0,01) (3) untuk mendapatkan pola respons ketahanan psikoneuroimunologik sebagai dasar penafsiran perbedaan respons ketahanan imunologik, maka diperlukan langkah analisis diskriminan yang menunjukkan tiga variabel pembeda (kortisol, Th dan IgA), selanjutnya alas dasar ketiga variabel tersebut diwujudkan suatu pola respon ketahanan psikoneuroimunologik, (4) hasil penafsiran pola respon ketahanan psikoneuroimunologik menunjukkan bahwa sekresi kortisol yang cukup tinggi pada G1 dan BG1 memberikan penekanan peran Th dan penurunan sekresi IgA ASI sedangkan G2 dan BG2 di mana sekresi kortisol tidak cukup tinggi justru memberikan peningkatan peran Th dan sekresi IgA, namun BG1 masih lebih baik dari G1 dan BG2 masih lebih baik dari G2. Dari hasil analisis penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) peran ganda lebih menurunkan respons ketahanan imunologik ASI dibandingkan dengan bukan peran ganda, namun 17,86 % peran ganda masih menunjukkan respons ketahanan imunologik ASI yang baik, (2) kortisol pada kondisi stres ibu menyusui berperan dalam respons ketahanan psikoneuroimunologik ASI yang melalui limbic-hypothala-muspituitary-adrenal (LHPA) axis. Atas dasar penurunan ketahanan imunologik ASI pada peran ganda, maka diperlukan kajian lebih lanjut yang menyangkut pengelolaan kualitas pemberian ASI pada bayi terutama dengan ibu yang berperan ganda.
Actions (login required)
|
View Item |