GEMPUR SANTOSO, 090013734 D
(2003)
PENGARUH PERUBAHAN LETAK TITIK BERAT DAN TITIK TUMPU TUBUH KERJA BUBUT POSISI BERDIRI TERHADAP KELELAHAN OTOT BIOMEKANIK :PENELITIAN EKSPERIMENTAL ERGONOMIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN METABOLISME ENERGI ANAEROBIK.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penelitian ini mempelajari pengaruh perubahan letak titik berat (TB) daD titik tumpu (TT) tubuh kerja bubut posisi berdiri terhadap kelelahan otot biomekanik. Permasalahan tersebut dilatarbelakangi bahwa sampai saat ini tenaga kerja posisi berdiri masih banyak mengalami kelelahan (Yassierli et.al, 2000; Gempur, 2001), back pain (Duquette, 1997), dan lumbar lordosis (Lord et.al, 1997). Pekerjaan bubut manual merupakan jenis pekerjaan yang sampai saat ini dilakukan dengan kerja posisi berdiri tegak (TG). Perubahan letak TB dan TT tubuh yang dimaksud adalah letak TB dan TT pada kerja bubut posisi berdiri tegak (TG) diubah menjadi letak TB dan TT pada kerja bubut posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran (SDTS) maupun pada kerja bubut posisi berdiri pakai sandaran (SDPS). Kelelahan otot biomekanik merupakan kelelahan otot skelet yang diukur berdasarkan metabolisme energi anaerobik (MEA) yakni diukur berdasarkan konsentrasi asam laktat dan glukosa. Redesain kerja bubut posisi berdiri dengan cara merubah letak TB dan TT tubuh tersebut, diharapkan mendapatkan posisi berdiri yang lebih ergonomis. Dengan demikian, dapat menghilangkan atau mengurangi kelelahan otot biomekanik berdasarkan konsep MEA, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja bubut Metode penelitian ini dirancang menggunakan jenis penelitian eksperimental secara pre-post control group design, yakni mengukur kelelahan otot biomekanik sebelum dan sesudah kerja antara kelompok kontrol dengan tiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol (K) adalah kelompok kerja bubut yang tidak melakukan aktivitas kerja. Tiga kelompok perlakuan antara lain: kelompok kerja bubut dengan letak TB dan TT tubuh posisi berdiri TG, SDTS, dan SDPS. Populasi penelitian ini adalah peserta latihan calon tenaga kerja bubut manual di Balai Latihan Kerja Industri dan Pengembangan (BLKIP) Surabaya, sejumlah 60 tenaga kerja (naker). Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara kriteria dan random. Secara kriteria, dari 60 naker yang memenuhi kriteria sebesar 58 Raker. Kemudian, dari 58 naker diambil secara random 40 naker peserta dalam penelitian. Selanjutnya, dari 40 naker dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing 10 naker. Karena ada 4 naker pada kelompok K mengundurkan diri, maka besar sarnpel kolompok K menjadi 6 naker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MEA sebelum kerja antar kelompok adalah sama (p> 0,05). Namun, sesudah kerja MEA antar kelompok terjadi perbedaan (p< 0,05). Terdapat perbedaan respons MEA antar kelompok (p< 0,05). Respons MEA dapat sebagai kontribusi yang membedakan pola kerja posisi berdiri TG, SDTS, dan SDPS (p< 0,05). Pola koefisian respons MEA terhadap pola kerja bubut untuk posisi berdiri TG (laktat 4,853 mmol/kg, glukosa 0,221 mg %); posisi berdiri SDTS (laktat 3,100 mmol/kg, glukosa 0,175 mg %); dan SDPS (laktat 3,314 mmol/kg, glukosa 0,07089 mg %). Terdapat hubungan kuat antara tingkat kelelahan otot biomekanik (TKOB) dengan konsentrasi asam laktat dan glukosa (R >0,05). TKOB antar kelompok kerja bubut adalah tidak sama (p< 0,05). Terdapat hubungan antara perubahan letak TB dan TT kerja bubut posisi berdiri, perubahan sudut tubuh (PST), TKOB dan produktivitas kerja (R > 0.05). Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan pertama, bahwa tenaga kerja bubut yang belum atau tidak melakukan aktivitas kerja, tidak mengalami perubahan konsentrasi asam laktat dan glukosa (p> 0,05). Letak TB dan TT tubuh kerja bubut posisi berdiri TG mengalami metabolisme energi secara anaerobik lebih tinggi dibanding letak TB dan TT tubuh kerja bubut posisi berdiri SDTS maupun SDPS (p< 0,05). Kedua, letak TB dan TT tubuh pada kerja bubut posisi berdiri TG membutuhkan intensitas kontraksi otot yang lebih besar dibanding letak TB dan TT kerja bubut posisi berdiri SDTS maupun SDPS (p< 0,05). Ketiga, TKOB pada letak TB dan TT tubuh tenaga kerja bubut posisi berdiri TG lebih tinggi dibanding TKOB posisi berdiri SDTS, dan TKOB pada letak TB dan TT tubuh SDTS lebih tinggi dibanding TKOB posisi berdiri SDPS (p< 0,05). Jadi letak TB dan TT tubuh kerja bubut posisi SDPS lebih tidak melelahkan (lebih nyaman) dibanding letak TB dan TT tubuh posisi berdiri TG maupun SDTS. Ke-empat, produktivitas kerja bubut pada letak TB dan TT tubuh SDTS dan SDPS secara signifikan adalah tidak beda (p > 0,05). Produktivitas kerja tenaga kerja bubut pada letak TB dan TT tubuh posisi berdiri SDTS dan SDPS lebih tinggi dibanding produktivitas kerja tenaga kerja bubut pada letak TB dan TT tubuh posisi berdiri TG (p< 0,05). Oleh karena itu, disarankan bahwa perusahaan atau instansi yang mempekerjakan tenaga kerja dengan kerja posisi berdiri tegak statis agar diubah menjadi posisi berdiri setengah duduk yang dapat relaksasi sehingga dapat mengurangi kelelahan otot biomekanik dan dapat meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.
Item Type: |
Thesis
(Disertasi)
|
Additional Information: |
KKA KK Dis K 18/04 San p |
Uncontrolled Keywords: |
body center of gravity and point of support, lathe working, lactic acid, glucose, lactic acid response, glucose response, biomechanical muscular fatigue, working productivity, ergonomic |
Subjects: |
R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: |
09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
GEMPUR SANTOSO, 090013734 D | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | UNSPECIFIED | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Tn Fariddio Caesar
|
Date Deposited: |
30 Oct 2016 20:22 |
Last Modified: |
13 Jun 2017 21:49 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31963 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |