DAVID S PERDANAKUSUMA, 099913619 D
(2003)
PENGARUH KADAR MELANIN TERHADAP TERJADINYA AKUMULASI KOLAGEN PADA KELOID : Penelitian Eksperimental dan Observasional.
Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Keloid adalah suatu parut abnormal yang terjadi akibat proliferasi abnormal dari fibroblas di dalam lapisan dermis kulit, merupakan respon penyembuhan luka yang berlebihan dan berhubungan dengan deposisi kolagen yang berlebih pada jaringan parut. Keloid banyak ditemukan pada orang kulit berwarna dengan pigmen melanin banyak. Semakin gelap seseorang akan semakin besar peluang terjadinya keloid. Pada penderita albino, yaitu suatu keadaan tidak ada atau minimalnya pigmen melanin dinyatakan tidak pernah menderita keloid. Melanin merupakan biopolimer kompleks dalam jaringan kulit normal yang di biosintesis di melanosom dalam melanosit. Melanin merupakan pigmen yang paling menentukan warna kulit berbagai ras di dunia. Melanin bersifat asam, ditemukan dalam melanin adanya fosfatase asam dan melanin banyak mengandung asam karboksilat. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap mekanisme terjadinya akumulasi kolagen pada peningkatan kadar melanin. Dilakukan penelitian eksperimental laboratorik dengan pendekatan biokimia menggunakan sampel penelitian (n=73) terdiri dari melanin Sepia officinalis (Sigma® M 2649), kolagen tipe 1 insoluble bovine achilles tendon (Sigma® C 9879) dan enzim kolagenase (Sigma® EC 3.4.24.3). Eksperimen pertama mengukur pH melanin berbagai kadar (1, 10, 30, 70 dan 90 mg yang dilarutkan dalam 1 ml H2O2 1 %) dengan menggunakan pH meter. Eksperimen kedua melakukan reaksi kolagen dengan enzim kolagenase pada berbagai pH (optimal 7,5; 7,2; 7,1; 6,9 dan 6,8), hasil absorbansi dibaca dengan Elisa reader. Eksperimen ketiga melakukan reaksi kolagen dengan enzim kolagenase yang ditambahkan melanin berbagai kadar (1, 10, 30, 70 dan 90 mg), hasil absorbansi dibaca dengan Elisa reader. Tahap berikutnya melakukan penelitian observasional cross-sectional pada penderita keloid dengan sampel penelitian (n = 30; 10 pria, 20 wanita, berusia antara 10-45 tahun) diambil dari populasi penderita keloid yang datang ke poliklinik Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo. Terhadap jaringan keloid dilakukan pengukuran pH jaringan keloid segera setelah operasi dengan menggunakan pH meter, setelah itu jaringan dibuat preparat histopatologi dan dilihat dengan menggunakan mikroskop kandungan melanin dan kolagennya. Data penelitian dianalisis menggunakan t-test clan analisis regresi. Hasil eksperimen menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara hasil absorbansi pH #8804; 7,2 dengan pH >7,2 (p < 0,05) dan tampak dari hasil eksperimen tidak ada perbedaan antara melanin dengan pH (p > 0,05). Hasil pengukuran pH melanin berbagai kadar didapatkan semakin meningkat kadar melanin akan semakin menurun pHnya (p < 0,05). Hasil absorbansi reaksi kolagen dengan enzim kolagenase pada berbagai pH didapatkan semakin lebih rendah dari pH 7,5 akan semakin menurun aktifitas degradasi ditunjukkan dengan nilai absorbansi (sisa kolagen) yang semakin meningkat (p < 0,05). Hasil absorbansi reaksi kolagen dengan enzim kolagenase yang ditambahkan melanin berbagai kadar tampak tidak ada pengaruh yang signifikan (p > 0,05), hal ini menunjukkan bahwa melanin tidak mengganggu aktifitas degradasi kolagen secara langsung tetapi secara tidak langsung melalui mekanisme penurunan pH. Pada penelitian observasional didapatkan seluruh jaringan keloid mempunyai pH #8804; 7,2. Didapatkan semakin tinggi kandungan melanin di jaringan keloid akan semakin rendah pHnya (p < 0,05). Semakin rendah pH akan semakin tinggi kepadatan kolagennya (p < 0,05). Kandungan melanin yang semakin meningkat serta pH yang semakin menurun akan meningkatkan kepadatan kolagen (p < 0,05). Hasil penelitian eksperimental dan observasional didapatkan bahwa melanin berpengaruh terhadap terjadinya akumulasi kolagen melalui mekanisme penurunan pH menjadi asam yang akan mengganggu enzim kolagenase untuk mendegradasi kolagen.
Actions (login required)
|
View Item |