RAFAEL PURTOMO SOMAJI, 099712421D (2004) PENGARUH STRUKTUR USAHA TERHADAP KINERJA KOPERASI MELALUI PERILAKU USAHA DAN BIAYA TRANSAKSI KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA TIMUR. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) somajiraf.pdf Download (479kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) Binder1somajiraf.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Kajian ekonomi kelembagaan ini dilandasai oleh pemikiran Coase (1937) dan Williamson (1987) hingga beberapa ahli Schmid, 1987:52; Eggertsson, 1990:125; Ropke, 1989:127) yang menjelaskan bahwa pengaturan alokasi sumberdaya baik melalui mekanisme pasar maupun hirarkhi administrasi merupakan dua metode ekstrim yang bersaing untuk menangani transaksi yang sama. Chandler (1977) menyebut pengaturan oleh mekanisme pasar disebut invisible hand dan pengaturan oleh hirarkhi administrasi disebut visible hand. Metode mana yang dipilih tergantung kepada efisiensi ditinjau dari aspek biaya transaksi yang berbeda tergantung pada karakteristik manusia dan perbendaharaan pasar (market properties). Jika biaya yang terlibat dalam transaksi pasar (lazim disebut transaksi eksternal) lebih efisien dibanding dengan transaksi yang terlibat dalam hirarkhi administrasi (lazim disebut transaksi internal), maka lebih menguntungkan untuk menyerahkan pengaturan alokasi sumberdaya ke arah ekstrim mekanisme pasar atau invisible hand. Sebaliknya jika biaya transaksi internal lebih efisien dari pada transaksi eksternal, maka kecenderungan ke arah ekstrim hirarkhi administrasi atau visible hand tak terkindarkan, misalnya, melalui integrasi vertikal. Pengaturan yang menggunakan kedua kombinasi ini oleh Williamson disebut hubungan kontraktual. Transaksi dapat dilakukan secara eksternal maupun internal, tergantung pada besarnya biaya transaksi relatif yang terlibat dalam menanggulangi pengaruh ketidakpastian. Pendekataan kelembagaan tampak dari pendekatan keterkaitan struktur organisasi – Perilaku dan Kinerja (S-C-P). Berdasarkan prinsip-prinsip yang dianutnya, serta berbagai orientasi normatif terlihat cukup menonjol adalah kasus pada koperasi khususnya Koperasi Persusuan di Jawa Timur. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis pengaruh: (1) struktur usaha koperasi yang meliputi aset, volume usaha utama, volume program bantuan pemerintah, modal sendiri dan jumlah anggota terhadap perilaku usaha koperasi yang meliputi jumlah unit usaha pelayanan, jumlah karyawan, koefisien orientasi usaha, koefisien modal liar dan koefisien spesialisasi usaha (2) struktur usaha melalui perilaku usaha terhadap kinerja koperasi persusuan. yang meliputi produktivitas aset, produktivitas usaha, produktivitas anggota, produktivitas modal dan SHUA. (3) struktur usaha koperasi terhadap biaya Umsaksi_ (4) struktur usaha melalui Maya transaksi terhadap kinerja koperasi persusuan. (5) struktur usaha melalui perilaku usaha terhadap biaya transaksi . (6) struktur usaha koperasi melalui perilaku usaha dan biaya transaksi terhadap kinerja koperasi persusuan. Ada beberapa pendekatan teoritis, untuk analisis perilaku usaha dipakai teori Smith, Cook dan Koopke melalui pendekatan S-C-P, sedang untuk analisis kelembagaan kontraktual didasarkan pada teori Ronald Coase,Williamson, Koopkey serta Kasper dan Steir. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non survey, obyek penelitian adalah seluruh koperasi persusuan di Jawa Timur. Dalam hal ini koperasi persusuan dipandang sebagai satu kesatuan usaha Berdasarkan data yang ada di GKSI Jawa Timur, jumlah koperasi persusuan adalah 38 unit Waktu pelaksanaan penelitian antara tahun 1997 hingga tahun 2001 dengan menggunakan data sekunder khususnya laporan keuangan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Data yang digunakan adalah data runtut waktu (times series) selama lima tahun dan data cross section dengan memakai metode panel data (polling data). Untuk menguji hipotesis digunakan model persamaan linier dengan variabel intervening. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Struktur usaha koperasi persusuan di Jawa Timur cenderung mempunyai perilaku usaha berorientasi ke non anggota, strategi finansial lebih mementingkan rasio modal luar yang besar serta melakukan deversifikasi usaha tetapi bukan untuk memperkuat usaha anggota. Perilaku usaha koperasi tersebut belum mencerminkan karakteristik koperasi persusuan yang secara konseptual harus dalam bentuk integrasikan vertikal usaha anggotanya. (2) Kondisi struktur serta perilaku usaha belum mencerminkan koperasi persusuan sebagai bentuk integrasi vertikal dari usaha anggota. Hal tersebut membuat kinerja koperasi cenderung tidak optimal dilihat dari tujuan pendirian koperasi persusuan. Peningkatan kinerja koperasi khususnya produktivitas aset, produktivitas usaha dan SHUA bisa terjadi jika : (a) aset berupa aktiva tetap diperbesar, jumlah anggota dikurangi atau peran pemerintah diperbesar, dan (b) perilaku usaha koperasi berorientasi ke non anggota, rasio modal luar diperbesar dan melakukan deversifikasi usaha tetapi tidak mengkait kepada usaha anggota Hal ini berarti koperasi persusuan semakin menjauh dari hakekat dan visi tujuan pendirian koperasi persusuan yakni memperkuat usaha anggota. (3) Kondisi struktur dan perilaku usaha koperasi persusuan selain memperbesar biaya transaksi, juga membuat alokasi biaya tersebut lebih banyak dibebankan kepada anggota, koperasi adalah pengelolaan aset berupa aktiva tetap yang cenderung tidak signifikan terhadap kinerja. (4) Biaya transaksi mampu meningkatkan kinerja koperasi, tetapi biaya tersebut sebagian besar dipikul oleh anggota. Hal ini mempunyai makna bahwa pengelolaan sumberdaya koperasi persusuan selama ini cenderung mempertinggi biaya transaksi, sebaliknya pengelolaan sumberdaya anggota membuat efisien koperasi persusuan dilihat dari sisi biaya transaksi. Secara esensial dimaknai bahwa kontribusi anggota dalam peningkatan kinerja, besar, tetapi pengelolaan struktur usaha kurang memperhatikan kepentingan anggota. (5) Biaya transaksi yang besar selain dipengaruhi oleh pengelolaan struktur usaha khususnya aset tetap dan intervensi pemerinntah juga oleh perilaku usaha yang cenderung berorientasi ke non anggota, mengutamakan modal luar serta deversifikasi usaha tetapi tidak memperkuat usaha anggota. Sebaliknya sumberdaya anggota tetap mengurangi beban biaya transaksi oleh koperasi. (6) Pengaruh struktur usaha terhadap kinerja koperasi melalui perilaku usaha dan biaya transaksi menghasilkan hasil analistik empirik yang secara esensial tidak merubah hasil model sebelumnya. Besarnya faktor struktur usaha melalui variabel antara perilaku usaha koperasi akan menurunkan kinerja koperasi Sebaliknya kenaikan biaya transaksi akan meningkatkan kinerja koperasi persusuan, tetapi beban biaya transaksi lebih banyak ditanggung anggota. Kenaikan koefisien orientasi usaha internal justru mengurangi kinerja koperasi, mengindikasikan bahwa koperasi persusuan keterkaitan dengan suaha anggota masih terbatas dan belum efisien. Implikasi kebijakan yang bisa diambil adalah : (a) rasionalisasi struktur usaha baik aset tetap maupun jumlah anggota, dan (b) perilaku usaha koperasi persusuan ditekankan pada orientasi bisnis internal, keseimbangan rasio modal luar maupun deversifikasi usaha yang mampu memperkuat visi integrasi vertikal guna penguatan usaha anggota yakni peternakan sapi perah milik anggota. Secara teoritis perlu upaya analisis tingkat optimal biaya transaksi yang diperlukan untuk mengkoordinasi pasar dan mengorganisasi bisnis serta partisipasi anggota.

Actions (login required)

View Item